•Part 26: Kado untuk Hari Ayah

386 87 3
                                    

Pas sekali, 12 November hari ayah
Become a papa juga update

Selamat hari Ayah untuk para ayah hebat di luar sana

*
*
*
*
*

Anang dan Lingga yang sedang menyiapkan sarapan, dibuat bingung oleh tingkah para bocil yang sudah standby di ruang tengah. Keempat bocah berseragam sekolah itu kini terlihat duduk melingkar sambil berbisik, seolah tengah membahas sesuatu yang rahasia.

"Anak-anak kenapa, tuh?" tanya Anang entah pada siapa.

Gilang yang baru saja selesai mengaduk kopinya lantas menoleh ke arah ruang tengah. "Nggak tau, tapi emang udah dari kemarin mereka kaya gitu."

"Gue takut mereka bikin aneh-aneh, apalagi hari ini jadwal kita padet semua," celetuk Lingga yang sontak membuat ketiga sahabatnya termenung.

"Nanti kita coba tanya mereka," ucap Bintang lalu menoleh ke ruang tengah. "Kakak, adek-adeknya diajak makan, Nak. Nanti keburu siang."

"Oke, Papa," balas Yuar.

Tak lama kemudian, keempat bocah itu berjalan beriringan menuju ruang makan. Mereka mendudukkan diri di samping ayahnya masing-masing dengan santai.

"Kalian habis ngapain?" tanya Lingga tak mampu membendung rasa penasarannya. Apalagi ekspresi muka Nio yang mencerminkan kalau bocah itu tengah menyimpan sebuah rahasia begitu kentara, membuat jiwa kepo Lingga seketika meronta.

"Ndak ngapa-ngapain, tuh," jawab Nio sambil menyendok nasi gorengnya dengan lahap.

"Cih, pembohong." Lingga berdecih pelan diiringi lirikan sinis untuk sang anak.

Sarapan pun berlangsung sedikit lebih cepat karena anak-anak terlihat buru-buru menghabiskan makanan mereka. Entah apa yang merasuki mereka, hingga keempat bocah itu bahkan enggan digendong ayahnya.

Bintang, Anang, Lingga, dan Gilang tentu saja bertanya-tanya dengan sikap anak-anak yang terlihat berbeda. Hal itu membuat keempat papa muda menjadi dilema. Mereka takut para bocil melakukan sesuatu yang aneh seperti terakhir kali-saat tidur di luar-tetapi kewajiban kuliah juga tidak bisa mereka tinggalkan.

"Adek, karena Mbak Risa sakit, nanti kalian berdua dijemput Mama Dela, ya," ucap Lingga sambil membenarkan seat belt Nio.

"Benelan? Yeay, ketemu Mama Dela!" Nio memekik senang sambil bertepuk tangan, membuat Lingga merotasikan matanya.

•••••||✧◝(⁰▿⁰)◜✧||•••••

Yuar dan Gindra terlihat berdiskusi saat jam istirahat tiba. Sambil menikmati bekal yang Lingga dan Anang siapkan, keduanya membahas sesuatu yang amat sangat penting.

"Kak Yuar nanti mau nulis apa buat Papa Binbin?" tanya Gindra setelah menelan potongan melon di mulutnya.

"Belum tau. Nanti kita minta bantuan Mbak Ida aja. Sekalian ambil kado yang udah dipesen sama Tante Winda," jawab Yuar di tengah kegiatannya memotong ayam katsu. Dengan sendoknya sendiri, Yuar mengarahkan nasi dan potongan ayam itu pada sang adik. Gindra tentu tak menolak saat Yuar menyuapinya. Hal yang selalu mereka lakukan dulu saat masih hidup di jalanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Become A Papa||00LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang