Chapter 2

214 39 0
                                    

"Hoekkk... Akhh"

Jaehan diam sebentar menetralkan perutnya yang terasa bergejolak, kepalanya juga sedikit pusing. Ia tak mengerti apa dia salah makan atau bagaimana, tapi saat bangun tidur tiba-tiba saja perutnya terasa mual.

Di rasa lebih baik, Jaehan kembali ke kamar nya. Sedang mempertimbangkan juga mau tetap bekerja atau izin dulu sehari.

Akhirnya Jaehan memilih bertanya pada kekasih nya dulu.

Sial, ia lupa dimana meletakan ponselnya.

Jaehan berkeliling, mencari mulai dari nakas samping kasur, tas kerja, jaket yang tergantung bekas ia gunakan kemarin. Tapi hasilnya nihil.

Tak ingin menambah pusing di kepalanya meningkat akhirnya Jaehan memilih membaringan tubuhnya.

Ia pun bertanya-tanya kenapa tiba-tiba tidak enak badan seperti ini.

"Bagaimana ini?.." Lirihnya. Mengabari orang terdekatnya tak bisa, bagaimana pun jika ia tidak bisa masuk kerja, ia harus mengabari atasannya dulu. Sedangkan kepalanya menjadi semakin pusing jika memaksakan mengingat dimana ia menyimpan ponselnya.

Jaehan menenggelamkan wajahnya pada bantal yang mulai basah, tangannya meremat seprei dan bergumam begitu lirih, bersamaan dengan pandangannya yang mulai memberat hingga matanya menutup sempurna.

"Yechanie aku sakit,"

Suara dering ponsel terdengar di samping buku catatan yang semalam Jaehan coretkan keresahan nya.

Bertanda panggilan tak terjawab...

Yechanie❣️




***






Melihat kembali ponselnya, Yechan mengernyit. Kenapa tidak diangkat. Apa Jaehan masih bersiap-siap?

Akhirnya Yechan membiarkan dulu, ini memang masih sangat pagi, sepertinya Jaehan memang sedang bersiap. Biarlah nanti ia telfon kembali.

Hari ini Yechan sudah tau akan cukup sibuk. Makanya dia ingin mengabarkan juga, mungkin tidak bisa menjemput kekasihnya. Jika seperti ini biasanya Yechan akan menyuruh supirnya yang akan menjemput Jaehan.


.
.





Sebin semakin gelisah menatap kursi rekan kerja kesayangannya yang masih kosong tak terisi. Waktu sudah menunjukan hampir pukul 10. Jika memang tidak masuk setidaknya Jaehan pasti akan menghubunginya.

"Tidak, ini tidak benar. Aku harus mengeceknya langsung!"

Dengan cepat Sebin langsung mengambil jaket dan ponselnya. Ia benar-benar khawatir, perasaannya tidak enak.

Ia melangkahkan menuju ruangan manajernya, tentu saja ia harus meminta izin dulu.

.

"Kumohon Hyuk-ah"

Seseorang yang dipanggil Hyuk itu menghela nafas, melihat bawahan sekaligus kekasihnya itu memohon sampai menahan tangis.

"Ya ya baiklah hyung. Pergi bersamaku ku. Tunggu di luar, aku bersiap dulu"

Sebin tersenyum senang. "Gomawo"

"Umm" Hyuk pun jadi ikut tersenyum melihat kekasih cantiknya itu menyunggingkan senyuman manisnya.

Sebin pun keluar ruangan lebih dulu.

***

Sebin semakin dibuat khawatir karena saat sampai di apartemen Jaehan pintunya terkunci dan sepertinya terkunci dari dalam. Itu tandanya Jaehan memang masih ada di dalam.

Sebin tak memiliki nomor Yechan, sehingga ia tidak bisa bertanya pada kekasih sahabatnya itu.

"Hyuk cepat minta pihak apartemen untuk membuka pintunya dengan kunci cadangan. Aku sangat khawatir" Desak Sebin pada kekasihnya.

Sejujurnya Hyuk juga jadi ikut khawatir, dia sangat tau kondisi Jaehan.

"Yasudah tunggu sebentar ya. Hyung tenang dulu, jangan cemas berlebihan. Mengerti"

Sebin mengangguk paham dan mulai menenangkan dirinya.

"Hyung, jebal"










Tbc.


✔The Last Letter - Yechan JaehanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang