Jaehan menyambut kedatangan kekasihnya dengan senyuman. Begitu senang karena setelah dua hari tidak pulang, akhirnya ia bisa kembali melihat wajah tampan Yechan.
Benar, Yechan tidak pulang ke apartemen nya selama dua hari. Entah pekerjaan apa yang ia lakukan sampai meninggalkan kekasihnya selama itu.
Ibu Yechan, dia tidak datang.
"Maaf aku meninggalkan mu lama hyung"
Jaehan menggeleng seraya tersenyum menenangkan.
"Tidak apa-apa Yechanie."
"Hyung sudah makan? Apa hyung makan dengan baik? Maaf juga karena Ibu tidak bisa datang ya hyung"
"Malam ini belum, karena tau kau akan pulang jadi aku ingin makan malam nya bersama mu. Soal Ibu juga tidak apa-apa, beliau pasti sibuk"
"Baiklah ayoo kita makan"
"Unggg" Mengangguk semangat, mereka pun berpindah menuju ruang makan.
"Hyung yang memasak semua ini?" Tanya Yechan penasaran. Ada beberapa hidangan yang terlihat lezat.
"Tidak, aku membelinya."
"Ah begitu. Baiklah."
***
Cukup lama Yechan terus memandangi wajah cantik kekasihnya. Baru saat itu pula ia menyari betapa pucat wajah indah itu. Pipi yang sebelumnya begitu gembul dan menggemaskan kini terlihat semakin tirus.
Bagaimana ia sebodoh itu sampai membiarkan kekasihnya seorang diri.
Apakah kekasihnya sakit?
Benarkah Jaehan baik-baik saja ia tinggal seorang diri?
Yechan memejamkan matanya, menghalau sesak yang datang hanya karena memikirkan hal itu. Lalu bagaimana dengan Jaehan yang ia tinggalkan hanya karena keegoisan nya.
Yechan kau benar-benar jahat, pikirnya.
"Yechanie?"
"N-ne hyung?"
"Ada apa? Kenapa melamun? Aku memanggil mu dari tadi."
"Maaf hyung, ya ada apa hyung?"
"Aku ingin menemui Ayah."
Dada Yechan kembali memanas.
"Tapi hyung,"
"Sudah lama aku tidak mengunjungi rumah abu. Ayah pasti merindukan ku."
Yechan sedikit bernafas lega, ternyata Jaehan mengingatnya. Ia benar-benar trauma dengan malam menyakitkan itu.
"Baiklah hyung, besok kita kesana ya. Bagaimana?"
Mata Jaehan terlihat berbinar.
"Kau ada waktu? Apa Yechanie tidak sibuk?"
"Tidak hyung, tidak apa-apa. Aku akan menyempatkan waktu."
"Ung baiklah. Terimakasih Yechanie"
"Sama-sama hyung sayang"
***
Yechan menunggu dengan sabar, ia membiarkan Jaehan yang sedang berbicara dalam hati seraya terus menatap kotak abu milik Ayah nya. Lalu tak lama ia memejamkan matanya.
"Ayah.. Aku datang bersama seseorang yang begitu berharga untuk ku setelah dirimu. Ayah, aku ingin meminta restu mu. Aku ingin selamanya bersama dia, namanya Shin Yechan begitu selaras ya dengan ketampanan nya. Ayah dia menjaga ku sepenuh hati, doakan agar aku bisa terus melewati setiap waktu yang ku punya bersama dirinya. Aku mencintaimu, terimakasih Ayah."
Jaehan membuka matanya. Jemari indahnya mengelus kotak kaca itu lalu tersenyum.
"Sampai bertemu lagi Ayah."
"Sudah cukup hyung?" Tanya Yechan, lembut. Jaehan membalasnya dengan anggukan kecil.
Merekapun keluar dari rumah abu dengan perasaan yang lebih lega. Namun kelegaan tak berlangsung lama. Karena saat Yechan ingin meraih tangan Jaehan, kekasihnya justru pergi begitu saja, melewatkan gandengan tangan Yechan yang seharusnya menjadi hal biasa bagi mereka saling menggenggam tangan.
"Hyung!" Seru Yechan namun belum di gubris sampai panggilan ketiga, Jaehan menoleh.
"Jaehan hyung."
Jaehan menatapnya lalu berkata, "eoh kau mengenal ku?"
"Tidak lagi hyung, jebal..."
Tbc.
Huhu maaf lama ya🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
✔The Last Letter - Yechan Jaehan
FanfictionKim Jaehan tak mengenal apa itu kenangan, karena kenangan akan berlalu dan hilang begitu cepat dari ingatannya. Sementara Shin Yechan sangat bersahabat dengan kenangan, sampai-sampai terus bersumpah tak akan ada sedetik kenangan pun yang akan ia si...