"Yechanie?"
"Oh, kenapa hyung? Maaf aku melamun ya"
"Tak apa. Ya aku ingin bertanya kenapa kamu melamun?"
Mata bulat Jaehan rasanya begitu menghipnotis. Yechan tak pernah tidak tersenyum dibuatnya. Sangat cantik kalau Yechan jabarkan.
"Hehe sedang memikirkan kenapa hyung semakin cantik" Tentu saja bukan itu yang sebenarnya, tapi Yechan memilih merahasiakannya.
Namun Jaehan yang mendengar alasan itu tentu saja bersemu. Bahkan meski itu hanya sebuah bualan, Yechan selalu sukses membuatnya salah tingkah.
Yechan tertawa pelan melihat kekasihnya sampai gelagapan.
"Mau berbelanja? Perlengkapan hyung ada yang perlu di stok lagi tidak?"
"Yechanie kau tau ingatan ku tidak bagus. Tentu saja aku lupa apa saja yang harus di beli lagi." Jaehan sedikit merungut.
"Humm benar, maaf hyung. Yasudah kalau begitu besok saja belanja perlengkapan nya. Nanti malam kita cek dulu apa saja yang perlu di beli. Sekarang bagaimana kalau kita pesta Hanwoo? Aku sedang ingin makan daging"
Jaehan mengangguk setuju, terlihat sama semangatnya.
"Umm aku juga mau, pasti enak sekali"
Yechan tersenyum lalu mengusak lembut surai Jaehan. Dan akhirnya mereka pun memilih mengisi waktu di hari libur ini dengan berpesta Hanwoo, daging sapi Korea yang terkenal kelezatannya.
Jaehan teringat sesuatu.
Sebin!
"Yechanie boleh aku mengajak Sebinie?" Ujar Jaehan meminta izin.
"Tentu saja boleh hyung. Silahkan, hyung telfon saja. Sekalian saja ajak kekasihnya juga"
"Umm ok"
***
Yechan menantikan dokter yang masih memeriksa kekasihnya. Menunggu penjelasan dari hasil pemeriksaan Jaehan.
Yechan langsung membawa Jaehan ke rumah sakit.
Rumah sakit tempat Jaehan berobat. Ia memiliki dokter khusus juga. Dokter Xen namanya.
Dokter yang menangani para pasien Alzheimer. Dan Jaehan menjadi salah satu pasien prioritas nya. Bisa dikatakan, Yechan mendaftarkan Jaehan sebagai pasien VIP.
Dengan rekomendasi dari rumah sakit. Setelah Yechan mulai dekat dengan Jaehan ia langsung meminta dokter Xen yang menangani Jaehan mengenai penyakitnya, terhitung sudah hampir tiga tahun, dokter Xen lah yang membantu memantau kondisi Jaehan. Yechan sendiri sampai memanggilnya dengan sebutan Hyung karena sudah sangat dekat.
"Bagaimana hyung?"
"Kita bicarakan di ruangan ku. Biar Jaehan istirahat dulu"
Yechan pun mengangguk, paham.
.
Dokter Xen menatap Yechan dengan tatapan yang bisa Yechan pahami bahwa ada yang tidak baik-baik saja.
"Katakan saja Hyung!"
"Jaehan, ia mungkin akan kehilangan 70% dari ingatannya...."
Deg.
Yechan tak dapat mengeluarkan suaranya, hanya ekspresi tertegun dengan mata yang terasa memanas menahan air mata.
"Aku sudah tidak menyarankan untuk dia bekerja. Sebaiknya kita fokus untuk menjaga kondisinya agar tetap sehat, karena imun Jaehan juga mulai menurun. Dia sudah tidak bisa dipaksa untuk mengingat sesuatu, itu akan mempengaruhi kesehatannya"
Yechan menundukkan wajahnya. Rasanya jika bukan wajah yang solid, ia sudah menjatuhkan wajahnya dan menangis meraung-raung.
Dokter Xen yang paham pun bangkit dari kursinya. Menarik Yechan kedalam dekapannya. Membiarkan Yechan bersembunyi dibalik tubuh kecilnya. Bahkan meski postur mereka jauh berbeda dokter Xen memiliki kehangatan tersendiri karena ia sudah menganggap Yechan seperti adiknya.
"Aku tak bisa menerimanya Hyung.. Hiks hiks kumohon selamatkan dia hyung hiks"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔The Last Letter - Yechan Jaehan
FanfictionKim Jaehan tak mengenal apa itu kenangan, karena kenangan akan berlalu dan hilang begitu cepat dari ingatannya. Sementara Shin Yechan sangat bersahabat dengan kenangan, sampai-sampai terus bersumpah tak akan ada sedetik kenangan pun yang akan ia si...