Chapter 6

209 36 15
                                    

"Hyung aku pulang."

Mengedarkan pandangan ke seluruh area di ruangan yang hanya berisi berapa petak itu, namun Yechan tak mendapat balasan seperti biasa. Ruangan itu pun terasa kosong.

"Hyung?"

Sedikit tergesa Yechan membuka pintu kamar kekasihnya, kosong. Kamar mandi dalam pun tidak ada.

Mendesah frustasi Yechan pun mengeluarkan ponsel nya. Menelfon Jaehan.

"Kau kemana hyung" Gumam Yechan seraya menunggu jawaban.

"Aishh kenapa tidak di angkat" Yechan semakin resah, terakhir kali seperti ini kondisi Jaehan tidak baik-baik saja, sekarang apa lagi.

Jaehan sudah tidak bekerja, dan Yechan pun memutuskan tinggal bersama Jaehan. Biasanya Jaehan hanya akan menunggunya, Yechan sudah memperingatkan untuk tidak pergi keluar tanpa dirinya.

Syukurlah Jaehan mengangkat setelah beberapa kali Yechan menelfon.

"Hyung kau dimana? Kenapa pergi sendirian"

"Ohya maaf Yechanie aku lupa mengabarimu"

"Kau dimana biar aku jemput"

"Umm aku sedang di rumah Ayah. Tiba-tiba saja aku merindukannya, tapi aku tidak tau sekarang dia kemana, aku sudah menunggunya dari siang tapi dia belum pulang juga. Rumahnya di kunci"

Mata Yechan memanas, tanpa sadar ia menutup mulutnya dengan tangan bergetar. Setetes air mata tak bisa ia halau.

"H-hyung..." Lirih Yechan.

"Sepertinya aku memang perlu di jemput Yechanie, disini sudah gelap sepertinya akan turun hujan. Mungkin Ayah sedang ada urusan di luar. Maaf merepotkan mu Yechanie"

"T-tunggu aku hyung. Sekarang carilah tempat untuk berteduh, aku akan segera sampai. Mengerti"

"Umm, aku tunggu"

.
.


Kali ini Yechan tak bisa menahan tangisnya saat melihat Jaehan berjongkok dibawah rumah usang. Pintu gerbang kecil itu sudah terlihat begitu reot karena tempat itu memang sudah tak berpenghuni.

"Yechanie" Jaehan yang melihat kedatangan Yechan pun dengan semangat menghampiri kekasihnya.

"Yechanie kenapa menangis?"

Tak berniat menjawab Yechan hanya membawa Jaehan kedalam pelukannya. Menangis meraung berharap rasa sesaknya menghilang.

"Mian Yechanie..."

Hujan benar-benar turun. Mengguyur keduanya, begitu deras seakan ingin senada dengan derasnya air mata Shin Yechan.

"Hyung hiks hiks jebal"



***


Lagi-lagi aku membuatnya menangis.
𝓣𝓱𝓮 𝓛𝓪𝓼𝓽 𝓛𝓮𝓽𝓽𝓮𝓻

 𝓣𝓱𝓮 𝓛𝓪𝓼𝓽 𝓛𝓮𝓽𝓽𝓮𝓻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Tbc.

Capek nangis 😭

✔The Last Letter - Yechan JaehanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang