Terapi terus dilakukan untuk memberikan stimulus ingatan pada Jaehan.
Sejak hari itu, Jaehan benar-benar kehilangan setengah dari ingatannya. Dan apa yang ia lupakan adalah memori tiga hingga lima tahun ke belakang.
Ingatan yang masih jelas ia ingat adalah saat bersama Ayah nya hingga moment dimana Ayah nya meninggal dunia.
Hari-hari Yechan yang sebelumnya sudah berat menjadi semakin berat, bagaimana tidak, kekasihnya bahkan tak mengingatnya sama sekali. Tak ada satu pun ingatan tentang Yechan yang Jaehan ingat. Yechan sudah berkonsultasi dengan dokter Xen, kenapa semua ini terjadi begitu tiba-tiba. Namun dokter itu mengatakan jika ini justru lebih lama dari yang ia perkiraan. Ini mengacu pada penjelasan nya beberapa waktu lalu yang sudah memberikan peringatan jika Jaehan akan segera kehilangan 70% ingatannya, dan apa yang terjadi saat ini justru lebih lama dari perkiraannya.
Hal itu mungkin karena Jaehan sendiri yang memaksakan dirinya untuk selalu mengingat apapun, meski kenyataannya daya ingatnya sudah tidak bisa menampung kenangan baru.
Karena itu pula kesehatannya terus menurun tanpa disadari.
Hingga sampai lah saat ini, dimana ia sudah tak bisa mengontrol nya dan kondisi terparah saat ini adalah kehilangan ingatannya.
Dengan itu, akhirnya Yechan pun mencoba untuk menerima, namun tetap... Ia belum bisa mengikhlaskan. Rasa sakit ketika Jaehan tak lagi bisa memanggilnya Yechanie, bahkan ia tak bisa memanggil kekasihnya dengan sebutan 'sayang'.
Itu menyesakkan, Yechan belum lah siap. Namun menangis pun tak mengubah apapun. Ia hanya bisa berusaha menerima dan mencoba membiasakan diri.
***
Jaehan melihat sekeliling apartemen yang katanya tempat tinggal ia dan Yechan. Jika di lihat sekilas memang sepertinya itu adalah rumahnya bersama Yechan, ada beberapa fotonya bersama Yechan yang terpajang rapi. Memasuki kamar utama juga terdapat frame cukup besar bergambar dia dan Yechan. Sepertinya wajar sekali karena mereka adalah pasangan kekasih.
Dengan melihat ini Jaehan pun menjadi semakin yakin jika memang benar Yechan adalah seseorang yang special baginya. Ia merasa begitu bersalah karena melupakan kekasihnya sendiri.
"Hyung mau mandi? Biar aku siapkan air hangat jika hyung mau," tawar Yechan dengan senyuman ramah di wajahnya.
Yechan juga sangat baik padanya, Jaehan semakin merasa bersalah.
"Tidak perlu Yechan-ah, nanti aku akan siapkan sendiri. Terimakasih ya." Menolaknya bukan berarti Jaehan bermaksud canggung, tapi ia hanya tak ingin merepotkan Yechan terus menerus.
"Baiklah hyung. Ohya, jika hyung masih merasa risih. Aku akan tidur di kamar lain saja, hyung bisa menempati kamar ini," ucap Yechan mencoba sebisa mungkin agar Jaehan tetap merasa nyaman. Mengorbankan dirinya yang terus merasakan sesaknya kekecewaan, namun tak bisa menyalahkan siapapun.
"O-oh itu, umm... Ku rasa tidak apa-apa kita tidur bersama. Lagipula tidak akan ada yang terjadi kan, aku tidak masalah. Bagaimanapun ini rumah mu juga, bahkan mungkin seutuhnya apartemen ini milik mu, begitukah?"
"Tidak hyung, ini milik kita berdua. Kita membelinya dengan uang bersama." Bohong Yechan.
"Eoh begitu baguslah. Yasudah ayoo kita bersih-bersih dulu saja. Kau juga pasti lelah, nanti pesan makanan saja ya, aku tidak bisa memasak."
"Iyaa boleh hyung, silahkan pesan saja apa yang hyung sukai."
Jaehan mengangguk seraya tersenyum. Senyum yang Yechan rindukan.
Akhirnya mereka pun sibuk dengan kegiatannya masing-masing sebelum makan malam bersama.
Jaehan sudah di perbolehkan pulang namun ia tetap rawat jalan, dokter Xen mengatakan jika Jaehan masih harus selalu di pantau perkembangannya.
Tbc.
Sabar ya Yechanie🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
✔The Last Letter - Yechan Jaehan
FanfictionKim Jaehan tak mengenal apa itu kenangan, karena kenangan akan berlalu dan hilang begitu cepat dari ingatannya. Sementara Shin Yechan sangat bersahabat dengan kenangan, sampai-sampai terus bersumpah tak akan ada sedetik kenangan pun yang akan ia si...