Mereka saling menatap sampai Jaehan mengeluarkan suaranya.
"Kau siapa?"
"Hyuk. Aku mantan Manajer mu di perusahan tempat mu bekerja dulu."
"Oh astaga, M-maafkan aku Manajer-nim. Aku ada masalah dengan ingatan ku."
"Tidak hyung, tidak apa-apa. Dan kau boleh memanggil mu Hyuk saja, aku kekasih Sebin hyung, sahabat mu."
"Eoh begitu, sekali lagi maafkan aku ya Hyuk."
"Iyaa tidak apa-apa hyung, aku paham. Ohya dimana Yechan? Kenapa hyung sendirian?"
Jaehan menggaruk lehernya, bahkan orang lain saja tau seharusnya ia tak bepergian sendiri seperti ini.
"Itu, umm aku ingin jalan-jalan sendiri saja."
"Apa Yechan tau hyung pergi sendiri?"
Jaehan menggeleng ragu. Salah nya memang.
Jaehan bahkan bisa melihat Hyuk sedikit menghela nafas.
"Hyung masih mau berkeliling? Biar aku temani, nanti aku antar pulang."
"Tak perlu Hyuk-ssi. Aku tak mau merepotkan mu."
"Tidak apa-apa hyung santai saja. Jadi bagaimana? Hyung masih mau berkeliling? Ohya sudah makan belum? Ayoo kita makan dulu saja." Akhirnya tanpa menunggu persetujuan, Hyuk langsung membawa Jaehan mengikutinya.
Sebenarnya ini semua hanya ketidaksengajaan, ia tak sengaja melihat Jaehan yang terlihat seperti kebingungan seorang diri. Ditambah lagi tak ada siapapun yang ia kenal bersama mantan bawahannya itu. Jadilah Hyuk berinisiatif untuk menghanpirinya.
***
"Terimakasih Hyuk."
"Sama-sama hyung. Lain kali tidak boleh seperti ini lagi ya hyung. Kemana pun hyung pergi Yechan harus mengetahuinya. Dia pasti sangat khawatir."
"Iyaa Hyuk-ah. Sekali lagi terimakasih dan hati-hati dijalan."
Hyuk mengangguk seraya tersenyum. Lalu ia pun pamit untuk pulang. Sudah cukup tenang karena ia sudah mengantar Jaehan dengan selamat sampai Apartemen nya.
Dengan langkah berat Jaehan memasuki apartemen nya, semoga saja Yechan belum pulang.
Namun saat baru saja pintu terbuka ia sudah di hadapkan dengan Yechan yang berdiri menatapnya dengan tatapan tajam. Tidak ada keramahan seperti biasanya ia lakukan jika melihat kekasihnya.
"Y-yechan.. Maaf-"
"Kau puas hyung?"
"Ne?"
"Inikah yang kau inginkan?"
"Yechan aku-"
"Pergi dari ku? Itukah yang kau inginkan? Setelah semua pengorbanan yang aku lakukan untuk mu. Inikah yang kau inginkan?"
Jaehan terdiam. Kenapa rasanya menyakitkan sekali mendengar perkataan Yechan itu, apalagi nada bicaranya yang begitu tajam, dingin dan menyeramkan.
"Kau tau betapa aku ingin kita bersama untuk selamanya hyung? Apa kau memikirkan bagaimana aku berusaha membuat mu sembuh?"
"Yechan-
"Tidakkah kau merasakan aku sangat mencintaimu hyung? Hiks" Yechan merasa begitu bodoh saat satu isakan lolos dari mulutnya. Disertai mata yang semakin memerah menahan air mata yang sudah menumpuk di pelopak matanya, perih sakali namun tak sebanding dengan perih di hatinya.
"Yechan maaf." Sedikit menepis tangan Jaehan yang ingin menyentuhnya, Yechan merasa menyesal namun memilih pergi menjauh.
Ia mendudukan dirinya di kasur sambil menutupi wajahnya. Dapat dipastikan kali ini air matanya telah mengalir di wajahnya.
Merasa perlu memperbaiki keadaan Jaehan pun menghampiri Yechan dan menumpu tubuhnya dengan sebelah kakinya. Ia menghadap Yechan, menatapnya lekat sebelum akhirnya menarik Yechan ke dalam pelukannya. Disaat bersamaan tanpa bersuara, air mata Jaehan pun menetes.
"Maaf!"
Hanya itu, Jaehan tak berniat mengeluarkan banyak dalih. Ia menyadari kesalahannya.
Tbc.
🥺🥺🥺
One chapter left.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔The Last Letter - Yechan Jaehan
Fiksi PenggemarKim Jaehan tak mengenal apa itu kenangan, karena kenangan akan berlalu dan hilang begitu cepat dari ingatannya. Sementara Shin Yechan sangat bersahabat dengan kenangan, sampai-sampai terus bersumpah tak akan ada sedetik kenangan pun yang akan ia si...