Chapter 22

142 27 8
                                    

Seperti biasa Jaehan menunggu kepulangan Yechan penuh harap. Dikondisinya saat ini hanya Yechan tempat ternyamannya. Yechan masih belum membolehkannya kembali ke apartemen nya. Entah karena apa dan atas dasar hak apa yang membuatnya bisa melarang Jaehan. Namun Jaehan pun tak mengerti pada hati nya yang mau menuruti keinginan Yechan itu.

Terdengar suara pintu kamarnya terbuka, Jaehan tersenyum saat melihat seseorang yang ia tunggu datang.

"Kau sudah pulang." Jaehan bangun dari duduk nya lalu menghampiri Yechan dengan senyum yang tak pudar sedikitpun.

Yechan membalas dengan senyuman hangat pula, ia mengelus surai Jaehan, lembut.

Jaehan membiarkannya dan malah menikmati seolah itu adalah hal biasa. Ia sudah benar-benar terhipnotis dengan segala kelembutan yang Yechan berikan. Mungkin ini juga lah yang membuat hatinya tak bisa mengelak keinginan Yechan untuk terus bersamanya.

Jaehan bahkan sampai melupakan dirinya yang masih lah seorang pegawai swasta, yang seharusnya rutin bekerja.

"Mau langsung mandi? Biar ku siapkan air hangat," tawar Jaehan dengan suara yang begitu lembut. Yechan tersenyum sangat bahagia. Berpikir apakah Jaehan sudah menerimanya?!

"Aku mau istirahat dulu sebentar bersama hyung, boleh?"

Jaehan mengangguk.

"Un, tentu saja boleh. Kau pasti lelah setelah seharian bekerja, mau ku buatkan teh hangat?" tawar Jaehan lagi.

Sekarang, kenapa mereka jadi seperti pasangan suami istri? Manis sekali. Dalam hati Yechan sangat senang dengan moment ini. Ia pun mulai tak paham dengan perasaannya yang sepertinya sudah di titik mencintai, bukan lagi sekedar mengasihani. Kehadiran Jaehan menjadi sangat berarti untuknya.

Ia bahkan sampai berpikir untuk mulai berbakti pada Eomma dan Appa nya. Sesuatu yang sejak dulu ia hindari, yaitu membantu Appa mengurus perusahaanya. Sekarang ia mau melakukannya hanya karena hatinya menghangat setelah adanya Kim Jaehan.

Mendengar kisah pilu Jaehan terutama tentang Ayah nya, Yechan mulai berpikir sampai kapan ia menyia-nyiakan kehadiran orang tua nya. Sampai kapan ia terus berdalih jika orang tua nya tak menyayanginya, padahal sejatinya semua itu semata-mata untuk mencukupi semua kebutuhannya.

Yechan mulai mengerti itu setelah ia dihadapkan dengan takdir lain yang jauh lebih menyakitkan dari dirinya. Keadaan Jaehan saat ini membuat pikirannya menjadi begitu terbuka.

Ternyata selama ini, ia hanya kurang bersyukur.

"Aku ingin mengobrol dengan hyung saja di balkon."

"Begitu, baiklah kajja."

Merekapun berjalan menuju balkon kamar Yechan. Cukup luas, disana terdapat kursi dan meja kecil yang memang disediakan untuk bersantai.

"Hyung?"

"Ne?"

Tak ingin lagi berbasa basi dan membuang waktu, Yechan langsung mengutarakan keinginan hatinya.

"Maukah hyung menjadi kekasih ku? Aku tau mungkin ini terlalu cepat, namun aku hanya ingin terus bersama mu hyung, aku ingin melindungimu selama yang aku bisa. Aku ingin terus bersama mu dan menjaga mu." Ungkapan itu jelas membuat Jaehan cukup terkejut. Namun dengan penuh kesadaran, ia mengangguk.

Jaehan menerima pernyataan itu, dan berharap Yechan benar-benar bisa memegang ucapannya.

Melihat lampu hijau di depan mata, Yechan terlalu bersemangat dan langsung menarik Jaehan ke dalam pelukannya. Jaehan tertawa pelan, namun akhirnya membalas pelukan hangat itu. Ia pun sama bahagia nya dengan Yechan. Ia sudah tak memiliki siapapun, namun kehadiran Yechan membuatnya kembali memiliki harapan hidup. Kini ia memiliki seseorang yang bisa ia jadikan motivasi untuk bertahan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Tbc.

Hallo hallo msh ada yg nunggu cerita ini kan? Hihi

Agak lama ya soalnya aku ada sedikit ngerubah, naskah asli chapter ini ga seindah ini tadinya:') cuma aku pikir lagi masa meng sad mulu tiap chapter nya, kasihan ayang Jaehan aku 🥲

✔The Last Letter - Yechan JaehanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang