Malam itu Jaehan seperti biasa menunggu kepulangan Yechan. Entah kenapa ia merasa merindukan Yechan. Umm, sepertinya rasa itu mulai timbul setiap harinya sejak mereka semakin dekat. Jaehan sendiri masih belum memahami perasaannya terhadap Yechan.
Tak lama terdengar suara pintu di buka Jaehan tersenyum menatap asal suara, itu pasti Yechan.
Namun ternyata tidak seperti harapannya, itu bukan Yechan melainkan Ayah nya. Tuan rumah yang Jaehan hindari untuk bertemu.
Dengan gugup Jaehan bangkit dari duduknya. Mereka saling bertatapan. Dan tak lama Ayah Yechan jalan mendekat. Jaehan hanya bisa mematung.
"Jangan takut Jaehan -ssi. Aku hanya ingin mengobrol sebentar," ujar pria paruh baya itu, perlu di tekankan, ia berkata dengan ramah.
Tak seperti saat pertama kali mereka bertemu.
Jaehan mengangguk, mengerti. Hanya saja ia tetap merasa trust issue dengan kedua orang tua Yechan. Terakhir kali bicara dengan Ibu Yechan berakhir dengan dirinya yang semakin tak percaya diri.
"Aku ingin meminta maaf atas ketidakramahan ku dulu, dan juga aku ingin berterimakasih pada mu."
"Terimakasih untuk apa Paman?"
"Untuk mu yang sudah merubah Yechan kami."
"Ne? Maaf aku masih tidak paham Paman."
"Berkat mu, Yechan mau datang ke Kantor dan meneruskan pekerjaan ku. Sebelumnya ia tak pernah mau ketika aku menyuruhnya meneruskan usaha keluarga. Berkat mu juga ia bisa menerima ku sebagai Ayah nya. Semua ini ia lakukan karena kami mau menerima mu disini. Ia jadi memiliki motivasi untuk melakukan semua itu. Meski awalnya terasa begitu berat, tapi nyatanya kau sangat berharga bagi anak ku, dan aku menyadari itu,"
"Jaehan-ahh, sepertinya putra ku memang menyukai mu. Tapi disisi lain, aku dan Ibu Yechan masih sangat ragu membiarkan kalian bersama. Bagimanapun, kondisi kesehatan mu tidak baik-baik saja, karena itu bisakah kau yang mencoba untuk menjauhinya? Perlahan saja tidak apa-apa, sampai Yechan benar-benar mengelola perusahaan dengan baik."
Tunggu tidakkah itu terlalu sarkas? Berbeda dengan sarkasme Ibu Yechan, sebenarnya jika dipahami lebih dalam, ucapan Ayah Yechan terasa lebih menyakitkan. Secara terang-terangan pria paruh baya itu hanya memanfaatkannya, bedanya nada perkataannya dibuat lebih lembut agar terkesar ramah di telinga. Namun maknanya tetap sama dengan istrinya.
Padahal pikir Jaehan semua kata-kata menyakitkan itu tidak diperlukan. Toh ia pun tidak menyukai Yechan. Disini putra merekalah yang mengekang dirinya tanpa ada alasan yang jelas, lalu kenapa dirinya yang terus mendapat penekanan, bukankah itu tidak adil?!
"B-begitu ya. Baiklah Paman, lagipula aku pun belum memiliki perasaan yang lebih untuk Yechan. Sebisa mungkin aku akan menjauhinya. Mungkin sebentar lagi juga aku sudah sembuh dan bisa kembali ke rutinitas biasa ku. Aku tidak akan menjalin hubungan dengan Yechan." Balas Jaehan.
Ayah Yechan tersenyum menanggapinya. Senang jika Jaehan sadar diri dan mau menurutinya.
***
Pov waktu Yechan ninggalin Jaehan beberapa hari.
Yechan tak pulang.
Umm katanya Ibu nya akan datang, tapi ternyata saat Jaehan menunggu, tidak ada yang datang hingga pagi menjelang.
Jaehan tak masalah, dia sendiri merasa tidak enak jika harus merepotkan Ibu dari kekasihnya itu.
Beginilah jika hidup sendiri dengan penyakit menyebalkan ini, dia merasa selalu menyusahkan orang lain. Sangat merepotkan memang menghabiskan waktu dengan orang penyakitan seperti dirinya. Itulah yang Jaehan pikirkan.
Hari ini ia berencana ber jalan-jalan, sedikit khawatir jika saat ia di luar Yechan akan pulang dan tak mendapatinya di rumah. Tapi, sungguh ia merasa sangat bosan. Berjalan di dekat apartemen saja sepertinya tak akan masalah.
.
Sementara Yechan di tempat lain. Bukan di kantornya, Yechan baru saja terbangun. Ia menatap sekitar, ruangan dengan dominasi putih abu menyapa penglihatannya.
"Sudah bangun Yechanie..."
Bukan suara Jaehan, Yechan mulai tersadar dimana ia saat ini.
Seseorang datang menghampiri nya sambil tersenyum, ditangannya membawa segelas air.
"Ini minumlah aku membuatkan mu larutan madu. Ini bagus untuk meredakan mabuk mu. Kau pasti masih pusing kan?"
"Moon Jehyun kenapa kau membawa ku kesini?"
"Kenapa? Kau yang membelikan, jadi seharusnya ini rumah mu juga kan?"
"Sial."
"Yechanie mau kemana ini minum dulu, kau masih mabuk.. Akh-"
Yechan menoleh saat mendengar rintihan seseorang yang ia panggil Moon Jehyun itu.
Jehyun terlihat meringis sambil menunduk, menahan sakit pada bagian mana, entahlah.
Yechan berdecak sebelum akhirnya kembali dan mendekat pada, Mantan Kekasihnya itu.
Persetan dengan rasa khawatir ini. Yechan sangat membenci dirinya sendiri.
"Apa yang sebenarnya kita lakukan? Kau kenapa?"
"Masih bertanya? Kau datang dan memaksa ku melakukannya. Jika Xen tau dia pasti akan menghabisi mu Shin Yechan."
"M-maksud mu?"
"Ya! Kau memperkosa ku secara paksa. Kau memang bajingan Shin Yechan."
Yechan melepaskan pegangannya pada bahu Jehyun.
Tubuhnya bergetar.
Benarkah ia sebejat itu?
Shin Yechan kau bajingan.
Bahkan Yechan sekalipun memiliki dosa yang ia tutupi sampai Jaehan tak lagi bernafas untuknya.
Poor Jaehanie. 🥺
Tbc.
😭🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
✔The Last Letter - Yechan Jaehan
FanficKim Jaehan tak mengenal apa itu kenangan, karena kenangan akan berlalu dan hilang begitu cepat dari ingatannya. Sementara Shin Yechan sangat bersahabat dengan kenangan, sampai-sampai terus bersumpah tak akan ada sedetik kenangan pun yang akan ia si...