Bab 10

2.2K 219 15
                                    


Aku mau banyakin scene romantis Ali Prilly dulu yaa biar nggak tegang kali kalau nanti aku kasih kejutan🤭🤭

**

"Kamu lagi ngapain Sayang?" Suara Burhan sedikit menyentakkan Intan dari fokusnya. "Kamu ngapain kesini Mas? Istirahat dikamar aja kamu!" Intan beranjak dan membantu suaminya untuk duduk di sofa lalu dirinya ikut menghempaskan bokongnya disana.

Akhir-akhir ini kesehatan Burhan memang sedikit menurun namun pria itu bersikukuh untuk menyembunyikannya dari sang putri. Burhan juga menolak di periksa karena ia merasa dirinya hanya kelelahan saja.

"Kamu lagi apa Sayang?" Kembali Burhan mengulang pertanyaannya. Intan meraih ponselnya lalu memperlihatkan riwayat chatingannya pada sang suami. "Kamu lihat ini Mas?" Burhan mengangukkan kepalanya.

"Ada apa dengan putri kita? Dan siapa yang berfoto dengannya?" Tanya Burhan sebelum kembali menaruh perhatian pada foto yang dikirimkan putrinya pada sang istri.

Disana terlihat Prilly sedang tersenyum kearah kamera bersama seorang pria yang Burhan akui cukup tampan, yang menarik perhatiannya adalah pose mereka yang begitu manis dengan jarak yang sangat dekat. Selama ini putrinya sangat menolak interaksi seperti itu apalagi sampai berfoto dan mengirimkannya pada sang Ibu.

"Calon mantu kita katanya Mas." Jawab Intan yang kembali membuat Burhan terkejut. "Calon menantu?" Intan mengangukkan kepalanya.

"Kamu percaya Mas?" Tanya Intan pada suaminya. "Kalau dilihat-lihat keknya iya sih mereka dekat tapi masak iya putri badung kita itu langsung mau menikah?" Lanjut Intan lagi.

Burhan mengangukkan kepalanya, ia juga berpikiran yang sama dengan istrinya tetapi melihat wajah laki-laki di dalam foto itu entah kenapa ia merasa jika putrinya tidak salah memilih calon suami.

"Tapi calon menantu kita ganteng ya Pa?" Celetuk Intan tiba-tiba. Burhan terkekeh pelan tetapi kepalanya tetap mengangguk pelan. "Kayak Papa muda dulu." Katanya yang sontak mendapat cibiran dari Intan.

Keduanya kembali tertawa bersama. "Enggak sabar nunggu nanti malam." Ujar Intan lagi.

"Sabar! Kamu siapin aja jamuan enak untuk calon mantu." Sahut Burhan yang langsung membuat istrinya berbinar.

"Ya sudah, Mama ke dapur dulu ya Pak."

"Iya Sayang."

Sepeninggalan Intan istrinya, ekspresi wajah Burhan sontak berubah. Diam-diam pria itu menyentuh dadanya dengan mata yang terlihat berkaca-kaca.

"Semoga Papa masih memiliki banyak waktu untuk bersama kalian." Meskipun matanya terlihat berkaca-kaca namun senyuman dibibir Burhan tampak mengembang hangat.

"Sebelum Papa pergi, Papa harap kamu sudah menikah Nak." Fokus Burhan kini tertuju pada foto Prilly yang ada di ponsel istrinya. Putri kesayangannya, jujur yang paling membuat Burhan takut adalah putrinya, ia tidak yakin Prilly akan siap menerima kenyataan jika dirinya akan segera pergi.

Perihal Intan, ia yakin meksipun istrinya terlihat manja namun ia tahu jika Intan adalah sosok wanita yang kuat berbeda dengan putrinya meskipun terlihat bringas dan sadis dari luar namun Prilly memiliki hati yang lembut dan mudah tersentuh.

Burhan tidak tahu sampai kapan ia bisa menyembunyikan penyakitnya ini. Terkadang ia ingin menyerah tatkala tubuhnya tidak lagi mampu menampung rasa sakit namun ketika mengingat senyuman dua wanita kesayangannya Burhan menjadi tidak rela jika harus meninggalkan istri dan anaknya dengan begitu cepat.

"Papa kesini dulu!" Teriakan Intan dari dapur terdengar. Istrinya ini kerap kali memanggilnya Papa atau Mas, diganti sesukanya saja namun Burhan sama sekali tidak keberatan selama istrinya bahagia maka dirinya akan jauh lebih bahagia.

Please, Marry Me Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang