"Papa!" Prilly sudah tidak bisa lagi menangis melihat kondisi Ayahnya yang tiba-tiba kejang membuat kedua lututnya melemah. Dokter menyatakan jika kondisi Ayahnya memang sedang dalam kritis saat ini.Prilly sudah tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang adalah menenangkan Ibunya. Intan begitu histeris saat melihat suaminya kejang-kejang bahkan ketika Ali dan Dokter yang lain tiba diruangan Intan tak juga menghentikan tangisan histerisnya.
Kini Burhan sedang dalam penanganan Dokter, Ali juga sedang berada di dalam ruangan sementara Prilly dan Ibunya duduk cemas sambil berharap jika Ali segera keluar dan memberitahukan kondisi Ayahnya.
Intan tidak bisa menahan tangisannya bahkan hampir setengah berlalu wanita itu masih menangis. Kepala Intan dan Prilly sontak tertoleh saat pintu ruangan terbuka dan memperlihatkan Ali keluar dari sana.
Ali menatap Prilly dan Intan dengan tatapan sayu. "Papa ingin bicara dengan kamu dan Mama." Kata Ali dengan suara lemah. Intan segera beranjak memasuki ruangan sebelum itu seorang Perawat terlebih dahulu meminta Intan untuk mengenakan pakaian steril sebelum memasuki ruangan darurat.
Sementara Prilly masih berdiri berhadapan dengan Ali. Perlahan Ali meraih tangan calon istrinya. "Ada saya disini." Bisik Ali lembut. Perlahan Prilly mengangukkan kepalanya. Dibantu Ali wanita itu mengenakan pakaian sterilnya lalu memasuki ruangan.
Jantung Prilly seperti ingin mendobrak rongga dadanya. Sepanjang langkahnya menyusuri lorong menuju ranjang Ayahnya kedua tangannya sontak mendingin membuat Ali yang menggenggam tangan wanita itu menoleh untuk memastikan kondisi wanitanya.
"Kamu baik?" Prilly mengangukkan kepalanya meksipun kondisinya tidak baik Prilly tetap akan meneruskan langkahnya. Jantungnya berdetak semakin cepat terlebih saat ia melihat Ibunya sedang menangis sambil menggenggam tangan Ayahnya.
Langkah Prilly terhenti membuat Ali ikut berhenti. "Papa akan baik-baik aja kan Mas?" Tanya Prilly dengan suara sedikit bergetar.
Ali terdiam namun genggaman tangannya semakin mengerat pada tangan dingin Prilly. "Kita doakan yang terbaik buat Papa." Jawaban Ali justru membuat jantung Prilly semakin berdetak kencang.
Sesuatu didalam dirinya menyatakan jika hal buruk pasti akan terjadi namun dengan kekuatan iman yang ia miliki Prilly meyakini jika Tuhan tidak akan membiarkan hal buruk itu terjadi padanya.
"Pa." Suara lemah Prilly membuat Burhan membuka matanya. Mata sayu itu langsung berbinar saat melihat putrinya. Burhan menggerakkan tangannya meminta Prilly untuk mendekat.
Prilly perlahan mendekati ranjang Ayahnya, berbagai macam alat yang terpasang pada tubuh sang Ayah benar-benar membuat perasaannya hancur. Dengan mata berkaca-kaca Prilly berusaha tersenyum meskipun menggunakan masker namun Ayahnya tahu jika dirinya sedang tersenyum sekarang.
"Papa senang masih dikasih kesempatan liat kamu dan Mama." Suara Burhan terdengar lemah namun senyuman pria itu tak pernah surut.
Burhan juga meminta Ali untuk mendekat sehingga laki-laki itu kini berdiri tepat disebelah Prilly. Ali meraih tangan Burhan yang terangkat seolah ingin menyentuh dirinya.
"Bisa kamu kabulkan permintaan Papa sekarang Nak? Papa takut waktu Papa tidak cukup lagi." Ujar Burhan yang sontak membuat Prilly terisak.
Intan sendiri sudah jangan ditanyakan lagi kondisinya, wanita itu terus mengenggam tangan suaminya dengan air mata mengucur deras.
Ali menatap Burhan lalu sebelum mengangukkan kepalanya. "Baik Pa. Kami akan menikah sekarang!" Putus Ali yang membuat senyuman lemah Burhan mengembang semakin lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Marry Me Dokter!
ChickLitCerita terbaru setelah My Light selesai, Insyaallah alur ceritanya nggak kalah menarik dari cerita-cerita sebelumnya. Jangan lupa baca yaa, vote dan komennya yaaa♥️