Bab 23

1.8K 217 17
                                    


"Kamu mau kemana Mas?"

Seorang pria tampan terlihat menyeret kopernya dengan begitu cepat. "Lepaskan aku Salma!" Teriak pria itu yang dibalas gelengan kepala oleh Salma.

"Kamu mau kemana?" Ulang Salma lagi.

"Aku ingin pergi dari rumah ini!"

"Mas! Apa yang salah denganmu?"

Faisal sang suami menatap garang istrinya. Wanita yang ia nikahi beberapa tahun lalu dan sekarang mereka sudah dikaruniai seorang putra yang tanpa mereka ketahui sedang bersembunyi dibalik pintu menatap pertengkaran kedua orang tuanya.

"Aku muak Salma! Aku muak hidup seperti ini!" Raung Faisal yang membuat isak tangis Salma terdengar begitu pilu.

Sejak menikah mereka memang kesulitan di ekonomi namun selama ini mereka selalu bahu membahu membantu satu sama lain supaya kebutuhan mereka terpenuhi terutama putra mereka.

"Mas jangan berbicara seperti itu! Kita masih bisa berusaha untuk memperbaiki kehidupan kita Mas." Salma berusaha membujuk suaminya namun sayangnya Faisal sudah membulatkan tekadnya untuk pergi dari rumah kontrakan mereka.

"Aku akan kembali pada keluargaku dan kamu silahkan cari kebahagiaan kamu sendiri!" Putus Faisal sebelum benar-benar pergi meninggalkan anak dan istrinya dalam kesengsaraan.

Tak berapa lama Salma mendengar kabar jika suaminya sudah menikahi wanita lain ternyata selama ini Faisal sudah merencanakan semuanya yaitu meninggalkan dirinya demi menikahi wanita pujaannya yang lain. Tangisan Salma menjadi saksi betapa hancur dan sakitnya wanita itu.

Sampai akhirnya Salma bertekad mencari pekerjaan dan membesarkan putranya hingga sang putra menjadi seorang Dokter. Meskipun caranya salah namun Salma hanya ingin putranya tidak mengalami nasib buruk seperti dirinya.

Di dalam kegelapan terlihat Salma menegak minumannya. Sepeninggalan putranya, wanita paruh baya itu memilih untuk meneguk minuman beralkohol berharap jika minuman itu dapat membuatnya sedikit tenang. Namun alih-alih tenang Salma justru merasa semakin menderita tatkala bayangan pilu masa lalunya terputar bagaikan kaset rusak di kepalanya.

"Sampai mati aku tidak akan pernah memaafkan kamu Faisal!" Desis Salma sebelum meneguk minumannya. Jika bukan karena rasa trauma dan takutnya mungkin ia tidak akan bertindak seperti ini pada putranya.

Jika bukan karena pria bajingan yang menyandang gelar Ayah Ali itu mungkin Salma tidak akan berubah menjadi Ibu yang kejam seperti ini. Salma yang berjuang mati-matian untuk menghidupi putranya saat sang Ayah justru menghidupi putranya yang lain.

Faisal bisa tertawa bahagia setelah menikahi istri mudanya sementara Salma harus bergelung dalam rasa sakit juga trauma yang pria itu tinggalkan. Ia harus mengesampingkan lukanya demi berjuang untuk putranya hingga akhirnya Salma salah langkah yang justru membuat hubungannya dengan Ali merenggang seperti ini.

Salma kembali meneguk minumannya setelahnya tiba-tiba wanita itu tertawa terbahak-bahak. Salma terus tertawa, menertawakan takdirnya yang selalu saja sekejam ini.

"Hahahaha! Mama sayang kamu Nak!" Salma yang sudah mulai mabuk terus meracau memanggil nama putranya. "Mama hanya tidak ingin kamu diperalat oleh cinta!" Racaunya tidak karuan.

Salma beranjak dari kursi lalu berjalan sempoyongan menuju ke kamar. Tanpa sadar wanita itu justru berjalan menuju ke kamar putranya meskipun tertatih dan kerap kali hampir terjatuh namun Salma berhasil memasuki kamar putranya.

"Andai saja kamu tidak lahir dari wanita jahat seperti Mama mungkin hidup kamu tidak akan seperti ini Sayang." Salma berkata sambil mengusap ranjang Ali. Tatapan mata itu tampak sayu perlahan Salma merebahkan tubuhnya disana memeluk erat bantal yang beraroma tubuh Ali, sesekali wanita itu tampak menciumi bantal lalu tersenyum kecil sampai akhirnya Salma tertidur dengan memeluk erat bantal putranya.

Please, Marry Me Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang