Bab 6

2.3K 198 31
                                    


"Nak Prita, silahkan masuk Nak!" Salma menyambut hangat gadis manis yang datang membawa banyak buah tangan untuknya.

"Terima kasih Tante, Prita cuma bawa ini maaf ya kalau Tante enggak suka." Ujar Prita menyerahkan beberapa paper bag yang ia bawa pada Salma.

Salma menerimanya dengan senyuman sumringah, kata hatinya memang tidak salah satu-satunya perempuan yang cocok bersanding dengan putranya hanyalah Prita, selain profesinya yang sama dengan Ali, gadis ini juga berasal dari keluarga kaya.

Jelas keluarga mantan suaminya akan merasa tersaingi dengan pencapaian putranya. Batin Salma puas.

"Tante suka kok Nak Prita. Wah, terima kasih ya." Salma meletakkan buah tangan yang dibawa oleh calon menantunya didekatnya.

Prita dan Salam duduk bersampingan di sofa yang ada diruang tamu apartemen Ali. Salma sengaja mengundang Prita makan malam selain ingin mengenal pribadi Prita lebih dalam ia juga ingin mendekatkan Ali dan sahabat kecilnya ini.

Salma yakin Ali memiliki perasaan pada Prita hanya saja putranya belum menyadari perasaan itu, jadi inilah gunanya Salma sebagai seorang Ibu.

"Nak Prita tadi siang ketemu sama Ali?" Salma memulai percakapan. Dengan malu-malu Prita mengangukkan kepalanya. "Ketemu Tante, setiap hari kami kerap bertemu di ruang operasi." Jawabnya kalem.

Salma langsung antusias saat mendengar jawaban dari Prita. "Nak Prita bisa jujur sama Tante, eum Nak Prita suka sama putra Tante kan?" Todong Salma tanpa basa-basi.

Prita jelas gugup namun masih dengan wajah malu-malu ia mengangukkan kepalanya. Ini kesempatan untuk dirinya bukan? Jika Ali menolak berhubungan dengannya secara langsung maka ia akan mendekati Ibunda pria itu supaya jalannya untuk bersama Ali semakin mudah.

Salma tertawa pelan ia menyentuh lengan Prita mengusapnya pelan. "Sudah Tante duga kamu pasti menyukai putra Tante."

Prita semakin memerah namun ia tetap tersenyum, tidak apa-apa ia sedikit merendahkan dirinya yang penting ia bisa bersama dengan Ali. "Tapi sayangnya putra Tante tidak menyukai saya." Ujar Prita dengan senyuman sendunya.

Salma kembali berujar menyemangati Prita. "Kamu tenang aja, soal Ali biar menjadi urusan Tante. Dia tidak akan membantah apapun perkataan Tante!" Kata Salma dengan penuh percaya diri.

Prita semakin yakin jika sebentar lagi ia akan memiliki hubungan yang serius dengan Ali.

"Eum omong-omong Ali belum pulang Tante?" Tanya Prita saat tidak menemukan keberadaan Ali di apartemennya.

Salma kembali tersenyum meksipun kepalanya sontak menggeleng yang membuat wajah Prita sedikit sendu, pasalnya ia sudah berdandan secantik ini khusus untuk Ali.

"Sebentar lagi Ali pasti pulang kok." Kata Salma membesarkan hati Prita yang terlihat sedih.

"Iya Tante."

Prita dan Salma kembali berbincang tentang banyak hal meskipun kedua wanita itu sama-sama tampak berharap dengan kedatangan Ali namun sayangnya sampai tengah malam Ali sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya dan membuat Prita pulang dalam keadaan sedih.

Wanita itu sudah menghabiskan banyak uang dan waktu untuk penampilannya malam ini namun sayangnya Ali justru tidak bisa menikmati kecantikannya. Salma juga terlihat tidak enak pada calon menantunya namun ia tidak bisa berbuat banyak pasalnya Ali menonaktifkan ponselnya sehingga ia sama sekali tidak bisa menghubungi putranya.

"Prita pulang dulu ya Tante."

"Iya Nak. Hati-hati kamu ya."

"Iya Tante. Selamat malam Tante."

"Malam Nak Prita."

***

Pria yang ditunggu oleh Ibu dan 'calon istrinya' itu justru terlihat santai menikmati semilir angin dari balkon hotel. Ali memang sengaja tidak kembali ke apartemennya malam ini. Dan sebentar lagi ia akan pergi ke club malam bersama teman-temannya.

Tidak bisa berbohong, Ali berharap malam ini ia kembali bisa bertemu dengan si bintang club.

Ali tidak tahu kenapa ia begitu ingin bertemu dengan wanita itu namun malam ini ia akan memenuhi keinginan hatinya. Hatinya terlalu mendesak dirinya untuk kembali menemui si bintang club.

Tatapan Ali menadah ke langit, menatap langit malam yang terlihat dipenuhi dengan bintang. Pria itu seperti kembali di lempar ke masalalu dimana dirinya dan mantan kekasihnya memutuskan untuk berpisah karena perbedaan.

Vanya, mantan kekasih Ali adalah seorang putri konglomerat sedangkan Ali kala itu hanyalah seorang anak 'yatim' yang tidak memiliki apa-apa. Ibunya bekerja serabutan untuk dirinya sampai akhirnya ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan di kedokteran.

Rasanya masih sangat sakit, ketika Vanya meminta mengakhiri hubungan mereka karena dirinya akan menjalin hubungan yang lebih serius dengan pria pilihan orang tuanya. Ali tidak marah karena ia tahu setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya namun yang membuat Ali sakit adalah sikap Vanya kala itu.

"Aku tidak bisa terus berhubungan dengan laki-laki yang bahkan belum tentu memiliki masa depan!"

Kata-kata yang keluar dari mulut Vanya benar-benar merobek hati Ali kala itu. Gadis yang ia puja dan selalu ia jadikan alasan untuk dirinya bertahan hidup ditengah kemelut keluarganya namun siapa yang sangka justru Vanya-lah yang menyapu habis rongga hatinya.

Helaan nafas Ali terdengar berat, sejak perpisahan itu sampai sekarang tidak pernah bisa benar-benar membuka hatinya. Meskipun dirinya terbilang gagal move on tetapi beberapa kali Ali sempat mencoba namun hasilnya tetap sama, lagi-lagi ia seperti terlempar ke masa lalunya.

Sekarang Ali bukan lagi pria miskin yang tidak memiliki masa depan hanya saja hatinya seolah mati rasa untuk kembali mencintai, ditambah kisruh rumah tangga orang tuanya yang menikah atas dasar cinta namun pada akhirnya salah satu dari mereka memilih untuk menjadi pengkhianat.

Ali tidak menyalahkan Ibunya namun yang tidak ia sukai dari Ibunya adalah beliau terus memaksa dirinya untuk lebih menonjol dari anak ayahnya yang lain padahal sampai saat ini mereka belum lagi berhubungan kembali bahkan Ali sampai tidak ingat wajah Ayahnya.

Hanya Ibunya yang terus mencaritahu keberadaan keluarga baru Ayahnya hanya untuk mengetahui seberapa sukses pria itu mendidik anak-anaknya yang lain setelah menelantarkan putranya.

Sudahlah, Ali tidak ingin mengingat kenangan menyakitkan itu. Saat ini Ali hanya ingin menjalani hidup sebagaimana inginnya, Ali yakin cepat atau lambat ia akan menemukan kebahagiaannya sendiri.

Ali mengaktifkan ponselnya kembali beberapa pesan mulai terlihat disana juga panggilan dari nomor ibunya namun ia abaikan.

Tring!

Satu pesan terbaru berasal dari temannya. Pria itu memakai celana kain dengan atasan dibiaskan telanjang. Tubuh tegap dengan otot-otot bisep miliknya benar-benar membuat Ali terlihat sangat jantan.

Ali menundukkan kepalanya untuk membaca pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Ternyata temannya yang mengirimi pesan jika pesta malam ini sudah dimulai.

Ali sangat membenci dunia malam namun malam ini ia justru bersemangat. Apalagi alasannya kalau bukan si bintang club. Malam ini Ali harus benar-benar mengendalikan dirinya supaya ia bisa menaklukan si bintang malam.

Ali baru akan mengantongi kembali ponselnya saat panggilan dari Ibunya terdengar. Ia tahu Ibunya hanya ingin mencerca dirinya pasal absennya ia malam ini, Ibunya terlalu mengatur kehidupannya dan hal itulah yang membuat Ali memberi jarak antara mereka.

Ali sungguh sangat muak dengan sikap Ibunya yang itu. Mendiamkan Ibunya ia kembali mematikan ponselnya. Ali beranjak menuju kamar mandi, ia akan bersiap-siap lalu akan meluncur ke lokasi club.

'Sampai bertemu kembali bintang kecil'

*****

Please, Marry Me Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang