Bab 7

2.2K 219 27
                                    


Suasana di dalam club begitu ramai, banyak sekali pasangan yang begitu antusias ingin memenangkan perlombaan yang diadakan malam ini. Bahkan ada pasangan yang sedang berlatih ciuman disudut ruangan.

Mereka ingin tampil sempurna dan memenangkan hadia berupa uang tunai sebesar 100 juta rupiah. Hanya Prilly yang sejak datang duduk diam sambil menyesap minumannya. Ia terlihat tidak bersemangat pasalnya, pria yang ia harapkan sama sekali belum memperlihatkan batang hidungnya.

"Lo nggak milih pasangan?" Tanya salah satu teman Prilly.

Gadis itu menoleh menatap temannya lalu mengalihkan pandangannya ke sekitaran menatap pria-pria yang sejak tadi sudah menaruh perhatian padanya. Malam ini mereka sangat berharap bisa berciuman dengan si bintang club.

"Enggak ada yang menarik di mata gue!" Kata Prilly dengan cueknya. "Tapi hadiahnya 100 juta anjir!" Pekik teman Prilly heboh yang namun Prilly hanya menanggapinya dengan kedikan bahu.

Ia tidak perduli dengan uang itu, bukannya sombong tapi uang bulanan dari Ayahnya saja perbulan 3 kali lipat melebihi nominal yang disebutkan oleh temannya belum lagi gaji yang ia dapatkan sebagai wakil direktur. Sungguh, Prilly sama sekali tidak kekurangan uang hanya saja dirinya kekurangan kesempatan untuk menikmati hidup bebasnya.

"Gue mau cari cowok dulu! Lumayan 100 juta cuma modal tukaran ludah." Celetuk teman Prilly yang membuat Prilly terkekeh pelan. Teman-temannya memang sejujur itu.

Prilly kembali menyesap minumannya saat kursi yang tadi sempat di tempati oleh temannya tiba-tiba diduduki oleh seorang pria. Prilly hanya menatap pria itu tanpa minat.

"Kamu sendiri?"

Prilly menaikkan sebelah alisnya menatap pria didepannya yang tiba-tiba datang dan sok akrab dengan dirinya. Prilly memilih abai karena ia sama sekali tidak tertarik dengan pria ini.

"Bisakah kau menyingkir?"

"Kenapa? Kau tidak menyukaiku?" Tanya pria itu dengan gaya angkuhnya.

Prilly berdecih lalu kembali mengabaikan pria sombong itu. Namun ketenangan Prilly tak berlangsung lama saat pria itu mulai berani menyentuh lengan telanjangnya.

"Apa yang kau lakukan brengsek?!" Marah Prilly yang tak sudi disentuh oleh laki-laki yang tidak ia kenali ini. Dengan kasar Prilly menarik lengannya dan bersiap beranjak dari sana namun laki-laki itu kembali berusaha menyentuh dirinya.

Prilly meronta-ronta melepaskan dirinya dalam kukungan pria asing ini sampai akhirnya pria itu merasakan cengkraman kuat pada lengannya. Prilly dan pria itu serempak menoleh pada sosok laki-laki yang berdiri menjulang disebelah mereka dengan tangan terulur mencengkram lengan laki-laki yang berusaha menyentuh Prilly.

"Lo siapa hah?!" Pria itu terlihat marah saat Ali menganggu kesenangannya.

Tatapan Prilly dan Ali bertemu, mereka berpandangan sejenak sebelum Ali kembali membalas tatapan pria asing ini. Tatapan Ali yang biasanya hangat menyapa pasiennya kini berubah tajam, cengkeramannya juga semakin membuat membuat pria itu meringis kesakitan.

Begitu tangannya terlepas Prilly segera memepetkan dirinya pada Ali membuat pria asing itu menatap Prilly dengan tatapan benci. "Dia suami gue! Mampus lo!" Ejek Prilly yang membuat pria itu terkejut bukan hanya pria itu tetapi Ali juga terkejut dengan pengakuan gadis ini.

"Lepasin dia Sayang! Kita harus segera ikut lomba ciuman, acaranya mau dimulai." Prilly meraih tangan Ali lalu memeluknya manja. Ali melepaskan cengkeramannya pada pria itu lalu berjalan mengikuti langkah Prilly yang membawanya ke lantai dasar dimana lantai itu biasanya digunakan untuk berjoget kini sudah dirubah dan disulap menjadi lapak perlombaan malam ini.

Please, Marry Me Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang