"Selamat malam Tante." Sapa Prilly ramah saat melihat wanita paruh baya yang sedang duduk sambil membaca majalah di pangkuannya.
Ali menoleh menatap Ibunya yang sama sekali tidak membalas sapaan hangat calon istrinya. "Ma ini Prilly calon istriku!" Ali berusaha mencairkan suasana yang namun tetap saja tidak mendapat respon apapun dari Ibunya.
Ekspresi wajah Prilly mulai berubah dan sekarang ia paham jika Ibunda Ali sama sekali tidak menyukai dirinya.
"Tante!" Suara cempreng Prita terdengar memanggil Ibunda Ali yang langsung di balas dengan hangat oleh wanita itu.
"Hai Sayang. Lihat Tante lagi belanja tas mahal kamu mau?" Sengaja Salma mengeraskan suaranya supaya gadis miskin yang dibawa oleh putranya tahu jika seleranya sangat tinggi.
Ali menoleh menatap Prilly dengan tatapan tak enak sementara Prilly sudah tidak memperlihatkan ekspresi apapun. Ia sudah sangat hafal tabiat buruk wanita sombong seperti Ibunya Ali ini, jika bukan karena menghargai calon suaminya ingin sekali Prilly berkata jika tas yang dilihat wanita itu tidaklah seberapa mahal dengan tas kecil yang ia jinjing malam ini.
"Wah yang ini cantik sekali Tante!" Prita dengan sengaja berkata sambil melirik kearah Prilly yang masih berdiri kaku ditempatnya.
Terdengar helaan nafas dari wanita itu yang membuat Ali kembali menoleh padanya. "Sebaiknya kamu kasih hadiah dariku untuk Ibu kamu Mas." Titah Prilly yang benar-benar sudah tidak mood untuk berinteraksi dengan Ibunya Ali.
Ali meletakkan semua hadiah dari Prilly diatas meja yang berhasil menarik perhatian Salma juga Prita. Sialan! Ia terlalu bersemangat memeluk Ali sehingga ia luput memperhatikan belasan paper bag yang di jinjing oleh Ali.
"Ini hadiah dari Prilly untuk Mama." Ucap Ali dan untuk pertama kalinya Salma menoleh dan menatap calon menantunya.
Salma menatap Prilly dari ujung kaki sampai ujung kepala dan sepertinya gadis didepannya ini bukanlah gadis miskin seperti dugaannya. "Nama kamu siapa?" Tanya Salma jutek.
"Prilly." Jawab Prilly singkat. Wajahnya juga tak lagi bersahabat dan sontak Ali merasa pusing menghadapi dua wanita keras kepala ini.
"Wanita kampungan ini yang kemarin aku ceritain Tante." Prita berkata pada Salma dengan maksud ingin memanaskan suasana namun sayangnya Salma seperti terpukau dengan penampilan wanita yang diperkenalkan putranya.
"Kamu bekerja dimana?" Tanya Salma meskipun sudah mulai menaruh perhatian namun tetap saja ekspresi wajah wanita itu tidak bersahabat.
"Di salah satu perkebunan di kota ini." Jawab Prilly tanpa memberitahu jika dirinya adalah putri tunggal Sutopo.
Ali diam saja namun ia mulai merasa cemas pasalnya ekspresi wajah Ibunya terlihat sangat mengejek sekarang ini. "Dan Ali kamu yakin ingin menikahi seorang buruh sawit?" Ejek Salma yang disambut tawa Prita. Keduanya serempak tertawa membuat kedua tangan Prilly terkepal namun ia ekspresi wajahnya tetap terlihat santai saja.
"Ma jangan seperti itu tolong hargai calon istri aku! Lagipula apa yang Mama pikirin itu salah! Prilly adalah--"
"Cukup Mas." Potong Prilly yang membuat Salma menatapnya tajam. "Kamu tidak punya sopan santun?" Marahnya tak terima. "Anak saya lagi berbicara dan kamu tidak tahu malu memotong pembicaraannya seperti! Dasar tidak berpendidikan!" Maki Salma yang membuat Ali ikut terpancing.
"Cukup! Mama benar-benar tidak bisa menghargai pilihanku maka ini terakhir kalinya Mama melihatku!" Ancam Ali tak main-main. Bukan hanya Salma tetapi Prilly juga terkejut dengan keputusan pria itu.
"Mas--"
"Sudah. Kita pergi sekarang!" Ali meraih tangan Prilly lalu membawa gadisnya pergi dari sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Marry Me Dokter!
Literatura KobiecaCerita terbaru setelah My Light selesai, Insyaallah alur ceritanya nggak kalah menarik dari cerita-cerita sebelumnya. Jangan lupa baca yaa, vote dan komennya yaaa♥️