Bab 9

1.9K 187 15
                                    


Malam itu Ali dan Prilly memang berakhir di hotel namun mereka hanya sebatas berkenalan lebih lanjut, mereka sama-sama ingin mengetahui kepribadian masing-masing sebelum mereka sama-sama menemui keluarga masing-masing.

Hari ini giliran keluarga Prilly yang mereka temui terlebih dahulu karena Ali ingin memberikan sedikit peluang untuk Ibunya yang masih saja memaksa dirinya berjodoh dengan Prita.

Prilly baru saja keluar dari pabrik saat sebuah Fortuner hitam berhenti didepannya. Kening gadis itu sontak berkerut, pasalnya ia sama sekali tidak mengenali pemilik mobil ini namun senyuman gadis itu seketika mengembang saat kaca mobil diturunkan dan ia melihat sosok tampan yang akan menjadi pasangan hidupnya.

"Kok nggak bilang mau jemput?" Tanya Prilly saat mendekati mobil Ali.

Pria itu hanya tersenyum mengedikkan kepalanya kearah Prilly, meminta gadis itu menaiki mobilnya. Dengan senang hati Prilly melakukannya. Kini mereka sudah ada di dalam mobil Ali, kaca jendela yang masih terbuka membuat beberapa karyawan pabrik melihat atasan mereka dan menyapanya.

Prilly membalas sapaan mereka dengan mengangukkan kepalanya lalu menaikkan kembali kaca mobil Ali. Ia yakin setelah ini dirinya akan menjadi perbincangan hangat bawahannya.

"Ibu Bos?" Prilly hanya tertawa. "Siangnya Ibu bos malamnya tetap bintang club." Jawab Prilly seraya mengedipkan matanya menggoda Ali.

Pria itu ikut tertawa pelan, perlahan mobil yang pria itu kemudikan mulai beranjak meninggalkan area pabrik. Prilly melepaskan topi yang ia kenakan, rambut panjangnya yang sejak tadi ia ikat kini ia lepaskan.

Ali sempat melirik gadis disampingnya yang sedang menggerai rambut panjangnya. Prilly cantik sangat cantik.

"Malam ini jam berapa?" Tanya Ali saat mobilnya sudah memasuki jalan raya.

"Jam 7 bisa? Sekalian makan malam gitu." Ali mengangukkan kepalanya. "Kebetulan malam ini saya memang free." Kata pria itu sambil ikut membenarkan poni Prilly yang sedikit berantakan.

Interaksi dan kedekatan mereka terjadi begitu saja padahal mereka baru berkenalan beberapa hari yang lalu.

"Sekarang mau kemana?"

"Heum bagaimana kalau kita makan siang di kampung artis?" Celetuk Prilly yang sontak membuat Ali menoleh menatap aneh kearah gadis itu.

"Kampung artis gimana?"

Prilly tertawa sebenarnya tempat yang dimaksud sedikit masuk ke area perkampungan dan disana banyak sekali artis yang singgah untuk mencicipi makanannya sehingga Prilly menyebutnya kampung artis.

"Kamu sering makan disana?" Tanya Ali setelah Prilly menceritakan tentang kampung artis itu.

Kepala Pfilly sontak mengangguk beberapa kali. "Cukup sering. Selain tempatnya yang nyaman makanan disana juga enak-enak." Ujar Prilly riang.

"Biasanya cewek suka makan ditempat mewah. Apalagi sekelas ibu bos kayak kamu." Kata Ali lagi.

Prilly hanya tertawa menanggapi perkataan Ali. "Ibu bos cuma pekerjaan kalau kepribadian saya jauh dari kata yang mencerminkan saya ibu bos." Sahut Prilly dengan senyuman kecilnya.

Ali belum terlalu mengenal sosok wanita ini namun secara sekilas jika dilihat dari penampilannya jelas Prilly bukan wanita biasa mengingat wanita ini merupakan anak tunggal dari pengusaha sawit. Tetapi setelah mendengar celotehan gadis ini hari ini Ali semakin yakin jika pilihannya adalah tepat.

Prilly memang pantas ia jadikan istri terlepas mereka menikah karena satu dan lain hal namun sungguh Ali berjanji akan memperlakukan Prilly dengan baik nantinya.

Please, Marry Me Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang