Pukul 2 dinihari Ali kembali ke club dan herannya orang disana jauh lebih ramai. Ali sungguh kagum dengan orang-orang yang memilih tempat ini untuk menenangkan pikiran termasuk dirinya padahal jika dilihat tempat ini lebih cocok untuk melampiaskan gairah atau berbuat maksiat.Ali berjalan menuju meja yang tadi ia tempati bersama teman-temannya. Setibanya ia disana, ia bisa melihat jika dua orang temannya sudah teler bahkan mungkin sudah tak sadarkan diri. Hanya satu orang temannya lagi yang masih duduk tenang sambil menyesap minuman miliknya.
"Lo balik lagi?" Ali mengangukkan kepalanya, ia kembali meraih gelas minuman dan meneguk isinya dalam satu kali tegukan.
Tubuh Ali sangat tahan dengan alkohol, pria ini tidak akan mabuk hanya dengan satu atau dua botol minuman, disaat seperti ini ingin sekali rasanya Ali seperti temannya yang bisa langsung teler dan terlelap tanpa memikirkan apapun.
Kepala Ali terus saja berputar mencari cara supaya Ibunya tak lagi menganggu kehidupan cintanya namun ia sungguh bingung jika mengikuti kata hatinya akankah ia menemukan jalan keluar atau justru dirinya yang akan terperosok lebih dalam.
"Cewek dimeja itu kayaknya tertarik sama lo." Celetuk temannya yang membuat Ali menoleh menatap temannya bukan wanita yang dimaksud oleh temannya.
"Bintang club yang kami idolakan." Jelas temannya lagi.
Ali tidak memberikan ekspresi apapun pria itu kembali meneguk minumannya. "Lo ada masalah?" Ali menggeleng pelan. "Terus kenapa lo balik kesini lagi?" Tanyanya temannya lagi.
Ali memilih bungkam belum sempat ia meneguk minumannya lagi tiba-tiba terdengar suara teriakan diikuti dengan dentuman yang membuat mereka terkejut bukan main. Ali segera beranjak saat melihat dimeja ujung seorang pria terjatuh. Suasana mulai kalang kabut ditambah suara tangisan seorang perempuan yang diduga pacar dari pria yang tak sadarkan diri itu.
Setibanya Ali disana ia segera memeriksa si pria. "Lo siapa?" Hardik si wanita saat Ali ingin menolong si pria.
"Dia dokter!" Jawab teman Ali ketika si wanita menghardik temannya. Setelah tahu jika pria tampan ini adalah Dokter si wanita mulai membiarkan Ali memeriksa pasangannya.
"Hubungi ambulans, pasien keracunan alkohol!" Perintah Ali yang segera dilaksanakan oleh si wanita, Ali meminta pulpen juga buku namun tamu yang ada disana hanya memiliki pulpen saja.
Ali terpaksa menulis catatan medis menurut diagnosisnya pada pakaian si pasien kebetulan pria yang pingsan itu mengenakan pakaian warna putih. Semua perhatian tertuju pada Ali yang begitu sigap dan cepat dalam menulis serta mendiagnosis pasien.
Termasuk Prilly yang sejak awal kedatangan Ali sudah menyadarinya. Prilly berdiri tepat di belakang tubuh Ali sehingga ia bisa melihat dengan lebih jelas postur tubuh pria ini yang memang benar-benar tegap terlebih bahunya yang sangat lebar.
Prilly yakin bersandar di dada atau punggung pria ini sama-sama akan memberikan kenyamanan.
Tak berapa lama ambulans datang, pasien dibawa keluar dan langsung menuju rumah sakit terdekat. Suasana kembali normal seperti semula namun tidak dengan Ali yang tiba-tiba merasa dirinya begitu diperhatikan. Ali menoleh dan tatapannya langsung bertemu dengan tatapan intens wanita cantik yang kerap dipanggil bintang club.
Tatapan mereka sama sekali tidak lepas satu sama lain, Ali dan Prilly sama-sama terpaku dan terkunci dalam tatapan mereka meksipun orang-orang terus berlalu lalang didepan mereka. Perlahan Ali berjalan mendekati Prilly membuat wanita itu refleks menahan nafasnya.
Posisi Ali kini tepat berada didepan Prilly, berdiri menjulang membuat Prilly harus mendongak supaya bisa tetap bertayapan dengan pria tinggi ini.
"Ada yang salah dengan wajah saya?" Suara berat Ali terdengar beradu dengan dentuman musik diarea bawah club.
Dengan senyuman kecilnya Prilly justru beranjak mendekati Ali bahkan dengan berani wanita ini mengusap dada bidang Ali. Ali hanya diam memperhatikan apa yang akan wanita ini lakukan padanya.
"Kamu terlihat tampan di mataku." Jawab Prilly dengan jujur. Seringai Ali terbit dengan perlahan ia menjauhkan tangan Prilly dari dadanya.
"Tapi sayangnya kamu terlihat jelek di mata saya." Ucap Ali lalu beranjak meninggalkan Prilly yang terpaku beberapa saat sampai akhirnya tawa wanita itu terdengar. Prilly tertawa terpingkal-pingkal membuat beberapa orang termasuk temannya menaruh perhatian pada wanita itu namun Prilly sama sekali tidak menghiraukannya.
Setelah puas tertawa, seringaian kecil Prilly terbit. "Gue suka cowok model jual mahal seperti ini." Desis wanita itu sebelum beranjak dan turun ke area bawah dimana ratusan orang sedang menari menikmati alunan musik yang begitu memekakkan telinga.
***
Pukul 5 pagi, Prilly tiba di rumahnya. Untung saja Ibunya masih belum terjaga sehingga ia bisa aman merangkak naik ke kamarnya. Begitu tiba di kamar Prilly segera merebahkan tubuhnya di ranjang ia sudah sangat mengantuk sekali.
Berbeda dengan sosok pria yang sejak tiba di hotel sedetik pun tidak bisa memejamkan matanya. Ali memilih menginap di hotel daripada kembali ke apartemennya. Ali tidak ingin kembali beradu mulut dengan Ibunya sehingga ia memilih untuk menginap di hotel.
Namun yang membuat pria itu gelisah sejak tadi adalah sentuhan si bintang club yang sampai saat ini seolah masih terasa di dadanya. Perlahan Ali mengusap dadanya dimana Prilly menyentuhnya tadi.
Ia sungguh bangga dengan dirinya sendiri yang bisa senatural itu dalam berdusta. Demi Tuhan, tidak ada yang mengakui jika bintang club itu jelek hanya dirinya yang mengatakan jika wanita itu jelek padahal sebagai seorang pria ia jelas mengakui kecantikan wanita itu namun entah kenapa ia justru berkata sebaliknya.
Kulit putih bak porselen itu sungguh sangat memanjakan mata siapapun yang melihatnya terutama kaum Adam seperti dirinya. Helaan nafas Ali kembali terdengar, ia mulai sadar jika rencananya untuk menikahi wanita itu jelas omong kosong.
Bagaimana mungkin wanita secantik itu mau dinikahi atas dasar keperluan pribadinya, memangnya apa yang bisa ia tawarkan untuk wanita itu? Uang? Rasanya wanita itu tidak terlihat seperti perempuan yang kekurangan uang.
Meskipun penampilannya tidak berlebihan namun Ali yakin wanita itu berasal dari keluarga kaya raya.
"Sialan!" Maki Ali entah pada siapa. Pria itu berbalik memiringkan tubuhnya berharap ia bisa segera terlelap namun sayangnya ia justru semakin terbayang dengan wajah cantik wanita itu.
Ali kembali menelengkupkan wajahnya namun sayangnya bayangan cantik si bintang club justru semakin terlihat jelas dimatanya.
"Argh!" Ali berteriak frustasi, ia sungguh menyesali keputusannya yang kembali mendatangi club dan membuatnya gelisah seperti ini.
Ponsel Ali berdering, sebagai seorang Dokter terkadang ia seperti tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri lihat saja sekarang di jam 5 subuh ia mendapat panggilan untuk operasi dirumah sakit tempatnya bekerja.
Meskipun sedang gelisah namun Ali tetap harus profesional, menolong nyawa orang lain adalah salah satu tujuan hidupnya semenjak ia memutuskan untuk menjadi seorang Dokter.
Dengan terburu-buru Ali mengenakan kembali jaketnya dan keluar dari kamar hotel menuju rumah sakit. Jika Ali sedang berlarian ditengah sunyinya jalanan maka sebaliknya Prilly wanita cantik itu terlihat begitu lelap menikmati mimpi indahnya.
Sungguh pasangan yang sangat 'cocok' satu sama lain.
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/359924431-288-k608229.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Marry Me Dokter!
Romanzi rosa / ChickLitCerita terbaru setelah My Light selesai, Insyaallah alur ceritanya nggak kalah menarik dari cerita-cerita sebelumnya. Jangan lupa baca yaa, vote dan komennya yaaa♥️