Bab 28

2K 215 19
                                        


Prilly tidak menyangka jika akhirnya ia dan Ali benar-benar bersatu setelah beberapa kali sempat mereka hampir kebablasan namun Ali kembali tersadar. Pagi ini ia benar-benar merasa begitu lega dan luar biasa bahagia meskipun jantungnya sontak berdebar saat ponsel Ali berdering.

"Mas Dokter Amrul nelpon kamu." Kata Prilly dengan suara bergetar. Ia baru saja selesai membersihkan diri sementara Ali masih bertahan di dalam kamar mandi.

Prilly memegang ponsel suaminya dengan tangan bergetar. Ia yakin Dokter Amrul menghubungi suaminya terkait dengan kondisi Ayahnya. Apakah kondisi Ayahnya kembali memburuk?

Ali segera keluar dari kamar mandi tanpa mengeringkan badannya terlebih dahulu. Ia segera meraih ponselnya sambil menggenggam tangan istrinya.

"Halo Dokter Amrul." Ali berbicara dengan Dokter Amrul sementara sebelah tangannya menuntun sang istri menuju ranjang. Ia mendudukkan Prilly yang masih berbalut handuk disana sementara dirinya beranjak untuk meraih handuk kecil yang ada di lemari istrinya.

"Jadi bagaimana perkembangan mertua saya?" Tanya Ali dengan jantung yang berdebar menunggu jawaban dari Dokter Amrul.

"Syukurlah. Kondisi Pak Burhan semakin membaik dan beberapa menit yang lalu beliau sudah membuka matanya."

Helaan nafas Ali sontak terdengar dengan tangan kanan yang mengusap wajahnya. "Terima kasih Dok. Sebentar lagi saya akan tiba disana." Ali memutuskan sambungan telepon setelah berbasa-basi dengan Dokter Amrul.

Ali meraih handuk kecil lalu berbalik menuju istrinya yang termenung di ranjang. Prilly terlihat begitu seksi dengan handuk yang melilit tubuhnya, ukuran handuknya terlalu kecil sehingga tak mampu menutupi paha mulus istri Ali itu.

Ali tersenyum bangga saat melihat bekas bibirnya yang terpampang di paha mulus itu. Ia sungguh tidak menyangka jika dirinya akan sepanas itu bergelut dengan istrinya. Mereka menghabiskan waktu nyaris satu jam untuk mereguk kenikmatan yang sungguh hakiki itu.

"Sayang."

Prilly mengerjapkan matanya saat mendengar suara lembut suaminya. Sejak berhubungan tadi Ali memang mulai aktif memanggil istrinya dengan panggilan manis itu.

"Hmm?" Prilly tak berani bertanya mengenai kondisi Ayahnya. "Aku takut." Akhirnya Prilly membuka suara.

"Apa yang membuat kamu takut?" Tanya Ali dengan lembut. Pria itu menggunakan handuk ditangannya untuk mengeringkan rambut istrinya. "Ada saya disini kenapa kamu masih takut?" Kembali Ali bertanya saat istrinya tak kunjung menjawab.

Prilly mendongak menatap suaminya membuat Ali menghentikan gerakan tangannya. Pasangan suami istri ini masih sama-sama mengenakan handuk namun tidak ada yang perduli tentang hal itu.

"Papa."

"Papa baik-baik aja."

"Benarkah?"

Ali mengangukkan kepalanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya tadi. "Dokter Amrul menghubungi saya karena ingin mengabari jika kondisi Papa sudah membaik dan Papa sudah sadar sekarang."

Mata Prilly sontak berbinar saat mendengar penjelasan dari suaminya. "Mas kamu enggak bohong kan?"

"Mana boleh saya berbohong tentang kondisi pasien terlebih pasien itu Ayah mertua saya."

Prilly memekik girang bahkan gadis itu sampai berjingkrak-jingkrak didepan suaminya. Ali tertawa pelan melihat istrinya sampai akhirnya tawa pria itu berubah menjadi tatapan mesum saat handuk yang dikenakan istrinya terjatuh tepat didepan matanya.

Prilly langsung menghentikan euforianya dan ingin meraih handuknya namun sayangnya Ali sudah terlebih dahulu meraih handuk itu lalu melemparkannya ke sudut kamar. Prilly ingin protes namun sebelum wanita itu mengeluarkan suaranya sang suami sudah terlebih dahulu menubruk tubuhnya hingga mereka sama-sama terjatuh ke kasur.

Please, Marry Me Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang