Ali memasuki ruang operasi lengkap dengan penutup kepala juga masker diwajahnya. Kedua tangannya sudah dibersihkan dan steril terlihat menggantung seperti orang membaca doa. Sebelum operasi dimulai, seluruh tim medis yang terlibat terlihat berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing.Operasi kali ini ditargetkan menghabiskan waktu sekitar 4 atau 5 jam karena tingkat resiko kegagalan cukup tinggi namun mereka begitu optimis terlebih Ali, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan pasiennya.
Ali dan rekan Dokternya sedang fokus membedah saat salah satu rekan Dokter Ali menyentuh bagian vital pasien dan melukainya.
Crash!
Darah segar sontak terpercik ke wajah Ali. Kedua mata Ali relfeks terpejam, satu orang perawat yang bertugas segera meraih tisu dan membersihkan wajah Ali yang bernoda darah.
"Tekanan darah pasien menurun!" Seru perawat yang bertugas mengontrol kondisi pasien.
Seketika Ali dan Dokter lainnya mengupayakan menghentikan pendarahan. Suasana berubah kalut saat kondisi pasien semakin menurun. Wajah Ali mulai berlumur keringat, tatapan pria itu terlihat begitu tajam dan fokus pada bagian vital pasien yang terluka.
Dokter yang melakukan kesalahan tadi hanya terpaku melihat Ali yang begitu sigap melakukan upaya medis untuk menyelamatkan pasien. Perlahan suara pendeteksi jantung pasien kembali normal membuat mereka yang ada diruangan itu menghela nafas lega.
"Percepat proses penjahitan!" Seru Ali yang langsung dilaksanakan oleh rekan-rekannya yang lain.
Pasien dengan keluhan penyakit kanker ganas ini kembali stabil meskipun operasi belum sepenuhnya selesai. Ada beberapa bagian organ dalam pasien yang sudah terjangkit akibat penyebaran penyakit ini yang tergolong cepat.
Lima jam berlalu dan akhirnya Ali bersama rekannya yang lain keluar dari kamar operasi dengan helaan nafas lega. Keluarga pasien yang menunggu didepan ruangan tampak menangis haru serta berkali-kali mengucapkan terima kasih pada Ali juga rekannya yang lain.
Senyuman hangat Ali sontak mengembang saat melihat senyuman keluarga pasien. Disaat seperti ini semua rasa lelah yang ia alami hilang begitu saja.
"Terima kasih Dokter Ali. Terima kasih."
"Sama-sama Bu. Semoga kondisi pasien segera membaik dan lekas pulih." Jawab Ali sebelum melangkah menuju ruangan dimana ia akan membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum menjumpai calon istrinya.
"Dokter Ali sebentar!" Ali yang ingin melangkah sontak menghentikan langkahnya. "Ya?" Ali tersenyum sopan saat keluarga pasien menghampiri dirinya kembali.
"Maaf Dokter kami sekeluarga ingin mengundang Dokter untuk makan malam bersama sebagai bentuk rasa terima kasih kami." Seorang wanita muda tampak malu-malu ketika berbicara dengan Dokter didepannya ini.
Ali bukannya tidak tahu maksud terselubung dari ajakan makan malam ini namun sebagai Dokter juga orang yang memiliki etika ia tetap tersenyum sopan pada wanita didepannya ini meskipun dengan tegas Ali menolak ajakannya tersebut. "Sayang sekali malam ini saya berjanji akan menghabiskan waktu bersama calon istri juga mertua saya. Permisi." Dan Ali beranjak meninggalkan wanita muda yang terkejut dengan kabar yang baru saja ia dengar.
"Calon istri? Dokter Ali sudah memiliki calon istri?" Seperti orang linglung, wanita itu berbalik dan berjalan menghampiri keluarganya yang ternyata sedang menunggu kabar baik darinya.
"Bagaimana?"
Wanita itu menggeleng pelan. "Dokter Ali sudah memiliki calon istri." Kata wanita itu dengan lesu.
Seketika seluruh keluarga itu ikut mendesah kecewa. Mereka tidak menyangka jika gadis tercantik dalam keluarga mereka tak berhasil menggaet hati sang Dokter pujaan rumah sakit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Marry Me Dokter!
ChickLitCerita terbaru setelah My Light selesai, Insyaallah alur ceritanya nggak kalah menarik dari cerita-cerita sebelumnya. Jangan lupa baca yaa, vote dan komennya yaaa♥️