Salma tidak menyiapkan apapun untuk menyambut calon menantu yang akan diperkenalkan oleh putranya malam ini. Ali hanya mengiriminya pesan mengabarinya perihal malam ini.Salma yang sudah lelah karena berbelanja dengan Prita siang sampai sore tadi memilih untuk tidur saja dan bangun menjelang pukul 7 malam. Salma sengaja tidak menyiapkan apapun sebagai bentuk penolakan darinya.
Ia tidak akan sudi menerima wanita yang berasal dari kalangan bawahan tidak seperti Prita calon menantu idamannya. Salma berjalan menuju kamar mandi membersihkan dirinya lalu bersiap-siap untuk 'menyambut' tamu istimewa putranya.
"Malam ini akan menjadi malam pertama dan terakhir wanita itu berani bertemu denganku." Sinis Salma sambil mengenakan pakaian mahal miliknya. Ia yakin wanita itu akan terperangah melihatnya.
Ia akan membunuh mental wanita itu dengan mengenakan pakaian serta perhiasan mahalnya jadi wanita itu akan tahu jika dirinya tidak sebanding dengan keluarga kaya putranya.
Salma begitu sibuk dengan pemikirannya sementara di sebuah mobil terlihat Ali yang frustasi melihat calon istrinya yang kembali ingin berbelanja oleh-oleh yang akan mereka bawa untuk Ibunya.
"Belanjaan kamu sudah sangat banyak Prilly."
"Itu cuma tas sama sepatu Mas!"
"Cuma kata kamu?" Ali menunjuk kearah paper bag dari berbagai brand ternama yang diletakkan Prilly di jok belakang mobilnya. "Semua belanjaan kamu kalau ditotalkan bisa membeli satu mobil Prilly." Ali sungguh sangat geregetan dengan calon istrinya ini.
"Ya kan nggak apa-apa hitung-hitung aku nyenengin calon mertua." Jawab Prilly dengan santainya.
Ali memijit pelipisnya sebelum kembali menatap calon istrinya. "Kamu udah cukup nyenengin calon mertua kamu dengan ini jadi kita jalan sekarang ya?" Ali sedikit memohon pada calon istrinya.
Jujur, Ali seperti ini hanya karena tidak ingin Prilly terlalu berekspektasi dengan Ibunya, Ali tidak ingin Prilly kecewa mengingat Ibunya yang belum tentu bisa menerima kebaikan hati calon istrinya ini.
"Untuk kali ini dengerin saya ya?" Ali mengusap lembut kepala Prilly. "Semua yang kamu bawa itu sudah lebih dari cukup untuk Ibu saya." Kata Ali lagi.
Dengan berat hati akhirnya Prilly mengangukkan kepalanya. "Baiklah. Tapi lain kali jangan halangi aku lagi oke?" Ali tersenyum dan mengangukkan kepalanya. "Oke."
Akhirnya Fortuner milik Ali melaju kembali, sepanjang perjalanan mereka terlihat membincangkan banyak hal, Prilly terlalu percaya diri jika sikap Ibu kandung Ali tidak jauh berbeda dengan putranya yang hangat dan penuh kasih.
Selama berkenalan Prilly memang tidak terlalu sering bertanya tentang keluarga pria ini jadi gadis itu beranggapan jika keluarga Ali tidak jauh berbeda dengan keluarganya namun saat ia bertanya tentang Ayah pria itu Prilly bisa melihat perubahan ekspresi di wajah Ali.
"Saya tidak memiliki ayah." Jawab Ali dengan ekspresi begitu datar.
"Ayah kamu meninggal Mas?" Tanya Prilly memastikan namun Ali justru menggelengkan kepalanya. "Saya memang sudah tidak memiliki Ayah sejak kecil bukan karena beliau meninggal tetapi." Ali terlihat kesulitan untuk menjelaskan sehingga dengan cepat Prilly mengalungkan kedua lengannya pada leher Ali.
Wanita itu memeluk Ali dari samping tanpa mengingat jika pria itu sedang menyetir. Ali tidak mengatakan apapun hanya sebelah tangannya menyentuh lengan mulus calon istrinya. Prilly menyesal karena membahas masalah ini dengan Ali tapi sungguh ia sama sekali tidak tahu perihal Ali yang telah kehilangan Ayahnya sejak kecil.
"Maaf Mas." Bisik Prilly penuh penyesalan.
Ali menggeleng pelan. "Bukan salah kamu. Saya dan Ibu saya dibuang bukan salah kamu." Jawab Ali tanpa sadar pria itu meremas lengan calon istrinya dengan terlalu kuat hingga membuat Prilly meringis pelan.
Ali sontak tersadar dengan apa yang ia lakukan, buru-buru pria itu menepikan mobilnya dan memeriksa lengan Prilly yang terlihat memerah akibat perbuatannya.
"Maaf Sayang." Ucap Ali begitu pelan namun Prilly bisa mendengar dengan jelas jika pria ini baru saja memanggilnya dengan panggilan Sayang.
Senyuman Prilly sontak terbit. "Enggak apa-apa kok, ini enggak sakit." Sahutnya yang jelas berbohong. Bagaimana tidak sakit lengan putih itu tampak berbekas kemerahan akibat remasan tangan besar Ali.
Ali hanya diam sambil terus meniup dan mencium lengan calon istrinya membuat Prilly semakin bersemu saja.
Aih! Pria ini kenapa manis sekali sih?
***
Mobil yang dikemudikan Ali memasuki area parkir apartemen pria itu. Sebelum turun dari mobil Prilly kembali meminta Ali untuk memeriksa make-upnya.
"Kamu sudah cantik sekali malam ini."
"Yakin kamu Mas?"
"Iya."
"Enggak ketebalan make-upnya kan?"
"Enggak. Kamu cantik!"
"Oke deh!"
Ali hanya terkekeh pelan saat melihat gadisnya sudah terlebih dahulu turun dari mobil meninggalkan dirinya. "Ayok Mas cepet!" Seru Prilly yang terlihat tidak sabar lagi bertemu dengan calon mertuanya.
Ali tersenyum pedih, ia berdoa supaya Ibunya bersikap baik pada Prilly. Sungguh ia tidak sanggup jika harus melihat calon istrinya terluka akibat penolakan Ibunya. Ali tahu tidak seharusnya ia menempatkan Prilly pada posisi ini namun ia sudah terlanjur memilih gadis ini dan apapun yang terjadi Ali akan tetap memilih Prilly sebagai pasangannya.
Ali menenteng semua paper bag yang Prilly siapkan untuk Ibunya. Mereka berjalan menuju lobi lalu menaiki lift menuju lantai dimana apartemen Ali berada. Tak butuh waktu lama akhirnya mereka tiba didepan pintu apartemen Ali.
Jantung Prilly seperti akan melompat keluar, ia begitu gugup dan deg-degan sekali sekarang namun saat pintu apartemen terbuka hal pertama yang Prilly dapati adalah seorang wanita yang pernah ia lihat di rumah sakit berlari menghampiri Ali dan memeluk calon suaminya.
Kedua mata Prilly hampir melompat keluar saat wanita bernama Prita itu memeluk Ali dengan begitu manja. "Akhirnya kamu pulang Al!"
Ali segera melepaskan tentengan di tangannya lalu menjauhkan Prita dari tubuhnya. "Lepas Prita!"
Wanita keras kepala itu bersikeras mengeratkan pelukannya pada Ali alih-alih melepaskan pria itu. Tak sanggup melihat adegan didepannya dengan kasar Prilly meraih kedua lengan Prita yang mengapit pinggang Ali lalu ia hempaskan dengan begitu kuat.
Pelukan terlepas namun Prita terdengar mengaduh kesakitan. Tatapan Prita terlihat nyalang pada Prilly yang dibalas Prilly dengan tatapan santainya.
"Tidak baik sembarangan memeluk orang. Situ Dokter kan? Pasti tahu dong penyakit itu bisa menular melalui sentuhan." Ejek Prilly yang membuat Prita semakin berang.
Prita ingin membalas namun suara Ali terlebih dahulu terdengar. "Ayo kita masuk!" Ajak pria itu sambil memeluk pinggang calon istrinya.
Prilly dengan sengaja menabrak bahu kecil Prita hingga membuat wanita itu terdorong menghantam daun pintu. "Aduh sorry sengaja." Ucap Prilly yang sedikit mengecilkan volume suaranya supaya Ali tidak mendengar perkataannya.
Prita kembali mengepalkan kedua tangannya, untuk kedua kalinya ia merasa kalah dengan wanita kampungan itu. Dengan cepat Prita menutup pintu lalu menyusul Ali dan wanita itu yang ingin bertemu dengan calon mertuanya.
Prita sudah tidak sabar ingin melihat wanita sialan itu menangis darah karena dipermalukan oleh calon ibu mertuanya. Ia yakin setelah ini wanita sialan itu tidak akan berani lagi memperlihatkan dirinya dihadapan Ali.
"Setelah ini giliran gue yang bakal nindas lo jalang!" Umpat Prita sebelum melangkahkan kakinya.
*****
Yang mau PO pakai pulsa hari ini aku terima 2 orang yaa silahkan chat ke wa
+62 821-6196-6480. Yang mau beli pdf hari ini ada slot promo 100k 3 pdf hanya untuk 3 orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Marry Me Dokter!
Chick-LitCerita terbaru setelah My Light selesai, Insyaallah alur ceritanya nggak kalah menarik dari cerita-cerita sebelumnya. Jangan lupa baca yaa, vote dan komennya yaaa♥️