Ali dan Prilly sedang bersiap menuju rumah sakit saat ponsel Ali kembali berdering. "Mas ponsel kamu!" Teriak Prilly dari walk in closet miliknya. Wanita itu sedang memilih pakaian yang akan ia kenakan sementara Ali masih berada di dalam kamar mandi.Prilly sungguh merasa lega karena kondisi Ayahnya sudah membaik dan sebentar lagi ia akan bertemu dengan Ayahnya. Ia dan suaminya bahkan menunda ke hotel untuk mengambil pakaian Ali, mereka ingin segera ke rumah sakit untuk melihat kondisi Burhan.
Ali terlihat tergopoh-gopoh menghampiri istrinya membuat Prilly yang sedang menarik resleting celananya menoleh dan menatap suaminya dengan tatapan bingung.
"Kamu kenapa Mas?" Tanyanya saat Ali terburu-buru menghampirinya. "Cepat! Kita harus segera ke rumah sakit." Katanya yang membuat Prilly kembali berdebar. Pikirannya hanya satu Ayahnya kembali kritis.
"Papa baik-baik aja." Ali kembali berkata seolah tahu jika istrinya sedang mengkhawatirkan kondisi Ayahnya.
Prilly tak lagi bertanya ia segera menyelesaikan berpakaiannya lalu keluar membantu sang suami yang sedang mengancingkan kemejanya. Ali terpaksa mengenakan pakaiannya yang semalam karena mereka belum sempat mengambil barang-barang pria itu di hotel.
Setelah selesai Ali segera menggandeng istrinya menuju garasi. Prilly tidak bertanya apapun, dilihat dari ekspresi wajah suaminya ia tahu jika sesuatu yang kurang baik sudah terjadi. Meskipun ia sedikit penasaran namun Prilly memilih diam.
Ali mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi. "Mama saya ke rumah sakit." Kata Ali tiba-tiba, pria itu tidak ingin menyembunyikan apapun pada istrinya. "Tadi Dokter Amrul menghubungi saya dan mengatakan jika Ibu saya dan Ibu kamu bertengkar di rumah sakit."
Prilly memejamkan matanya, ia sudah membayangkan hal ini terjadi tetapi ia tidak menyangka jika kejadian itu akan terjadi dalam waktu secepat ini.
"Lalu bagaimana?" Tanya Prilly dengan nada lelah. Ia bingung harus membela dan menyalahkan siapa, meskipun Ibu Ali tidak menyukainya namun Prilly sadar jika orang tua Ali itu sekarang sudah menjadi orang tuanya juga.
"Entahlah tapi sepertinya permasalahan ini lumayan berat karena Mama dan Prita yang memulai keributan di ruang ICU." Akui Ali dengan helaan nafas berat. Ali terlalu bahagia karena operasi mertuanya lancar lalu menghabiskan waktu dengan istrinya sehingga ia lupa jika Prita dan Ibunya pasti akan berbuat nekad setelah tahu tentang pernikahan mereka.
Perjalanan mereka kali ini terlihat sepi, sepanjang perjalanan Ali dan Prilly sama-sama terdiam sibuk dengan pemikiran masing-masing. Setengah jam kemudian mereka tiba di rumah sakit dan Ali segera mengajak istrinya menuju ruang Dokter Amrul dimana Ibunya dan Ibu Prilly berada.
Ali tak melepaskan sedetikpun genggaman tangannya pada tangan kecil Prilly. Mereka berjalan beriringan menuju ruangan Dokter Amrul mengabaikan tatapan penuh minat para Perawat yang sejak kemarin sudah heboh dengan pernikahan Ali dan Prilly.
Mereka akhirnya sampai didepan ruangan Dokter Amrul dan Ali segera mengetuk pintu itu. Mendengar suara Dokter Amrul dari dalam, Ali segera membuka ruangan tanpa melepaskan genggaman tangannya pada sang istri.
***
Intan, Salma juga Prita yang duduk berhadapan serempak menoleh saat pintu ruangan Dokter Amrul terbuka dan memperlihatkan Ali serta istrinya.
Prilly segera menghampiri Ibunya begitu pegangan tangannya terlepas oleh suaminya. Ali juga melakukan hal yang sama namun sikap pria itu masih cukup dingin pada Ibunya.
"Apa yang sebenarnya Mama lakukan disini?" Tanya Ali yang sontak membuat senyuman di wajah Salma berubah kecut. Ia sempat menaruh harapan jika putranya akan membela dirinya namun sepertinya ia terlalu berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Marry Me Dokter!
Literatura FemininaCerita terbaru setelah My Light selesai, Insyaallah alur ceritanya nggak kalah menarik dari cerita-cerita sebelumnya. Jangan lupa baca yaa, vote dan komennya yaaa♥️