Bab 14

1.7K 203 24
                                    


Prilly mengantarkan Ali ke parkiran. Sekarang sudah pukul 10 malam dan Ali harus berpamitan pulang karena pukul 12 malam nanti ia harus bekerja. Mereka berhenti tepat disamping mobil Ali keduanya sama-sama tampak canggung namun berbinar bahagia.

Malam ini Ali sudah melalui satu langkah, ia sempat mengira jika jalannya akan sulit namun syukurnya Tuhan memudahkan segalanya.

"Kamu masuk aja, udara malam nggak baik untuk kesehatan kamu." Kata Ali setelah mereka terdiam beberapa saat di samping mobil Ali.

"Heum. Kamu hati-hati nyetirnya." Balas Prilly dengan senyuman kecil. Entah kenapa dua-duanya berasa canggung sekarang.

"Mengenai pembicaraan selanjutnya bagaimana kalau kita bahas setelah kamu bertemu dengan Ibuku?" Tanya Ali yang tak langsung dijawab oleh Prilly.

Gadis itu tampak menimbang pasalnya ia masih merasa ada yang mengganjal perihal Prita. "Dok boleh aku tanya sesuatu?"

"Silahkan!" Ali mengurungkan niatnya untuk beranjak dan kembali fokus menatap calon istrinya.

"Kamu ada hubungan apa dengan Dokter wanita tadi?" Tanya Prilly tanpa basa-basi. "Kamu punya hubungan khusus dengannya?" Tekan Prilly yang sontak membuat kedua sudut bibir Ali naik membentuk senyuman.

Kening Prilly sontak berkerut saat melihat reaksi Ali yang justru terlihat geli alih-alih merasa takut atau cemas karena pertanyaannya. "Ada apa? Kenapa kamu senyum? Ada yang salah dengan pertanyaan ku?" Tanya Prilly lagi kali ini suara gadis itu terdengar sedikit sewot hingga membuat Ali menormalkan kembali ekspresi wajahnya.

"Kamu cemburu?" Pria itu balik bertanya, ia bisa melihat kedua pupil mata Prilly sedikit melebar meskipun hanya hitungan detik karena di detik berikutnya gadis itu sudah mendengus dan mengalihkan pandangannya.

"Kurang kerjaan banget cemburu sama kamu!" Dumel Prilly yang berbanding terbalik dengan ekspresinya yang memang terlihat sangat kesal.

Ali kembali terkekeh, pria ini tampak bahagia karena dicemburui oleh calon istrinya. "Saya bahagia kamu cemburu."

"Dok?!"

"Apa sayang?"

Blush.

Wajah Prilly sontak merona saat Ali memanggil dirinya dengan panggilan semanis itu. Melihat wajah malu-malu calon istrinya itu membuat Ali gemas setengah mati jika tidak mengingat dirinya masih berada didepan rumah calon mertuanya Ali tidak yakin dirinya bisa menahan diri untuk tidak melumat bibir tipis itu.

Tangan Ali terulur menyentuh lalu mengusap lembut kepala Prilly. "Saya tahu kita menikah bukan didasari cinta, kita sama-sama butuh status ini untuk lepas dari orang tua kita." Ujar Ali dengan suara yang begitu lembut. Prilly menatap dalam bola mata hitam itu, ia seolah terhanyut dengan tatapan lembut pria didepannya ini. "Tapi saya sudah berjanji didepan kedua orang tuamu jika saya akan bersungguh-sungguh membahagiakan kamu." Ali kembali mengusap lembut kepala Prilly.

"Jadi jangan sungkan untuk mengutarakan isi hati kamu. Kalau memang kamu cemburu silahkan kamu lampiaskan, saya tidak akan marah karena sepenuhnya saya milik kamu." Senyuman Ali yang manis membuat kedua sudut bibir Prilly tertarik. Pria ini sungguh romantis sekali.

Kedua tangan Prilly terangkat menyentuh kedua sisi wajah Ali, halusnya telapak tangan gadis ini membuat Ali relfeks memejamkan matanya. "Aku memang tidak menyukai siapapun yang menganggu milikku." Ucap Prilly yang membuat kedua mata Ali perlahan terbuka. Pandangan mereka kembali bersatu. "Jadi jika kamu tidak ingin melihat hal seperti sore tadi diruangan kamu maka tolong jangan biarkan wanita itu berada dalam jarak dengan kamu apalagi denganku." Terang Prilly seolah memerintahkan Ali untuk 'membuang' sosok wanita yang telah membuatnya kesal setengah mati.

Please, Marry Me Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang