Bab 15

2.1K 180 8
                                        


Setelah nyaris dua hari tidak kembali ke apartemennya, malam ini Ali terpaksa kembali karena ia perlu mengambil beberapa barang kebutuhannya sebelum berangkat ke rumah sakit.

Ali memasuki apartemennya dengan santai seolah tidak pernah terjadi apa-apa antara dirinya dengan sang Ibu sampai akhirnya suara sang Ibu terdengar membuat Ali terpaksa menghentikan langkahnya.

"Kamu dari mana saja? Bisa ya kamu ninggalin Mama sendirian disini." Salma terlihat bersidekap menatap putranya yang berdiri menjulang di depannya.

Ia sengaja menunggu putranya kembali dan syukurnya malam ini Ali benar-benar kembali tidak seperti malam sebelumnya.

Terdengar helaan nafas panjang Ali sebelum berbalik dan menatap Ibunya. "Mama tidur dengan nyenyak bukan?"

"Apa maksud kamu? Kamu pikir Mama bisa hidup dengan tenang disaat putra Mama sendiri tidak perduli dengan kondisi Mama?" Salma beranjak dari posisinya berdiri tegak didepan putranya. "Apa yang membuat kamu berubah seperti ini Nak? Kamu seperti bukan putra kesayangan Mama." Desah Salma dengan mata yang berkaca-kaca. Ia sudah sangat hafal dengan kebiasaan putranya yang tidak bisa melihat air matanya, sekeras apapun prinsip Ali pria itu akan luluh dengan air mata Ibunya.

Salma begitu lihai memanfaatkan kesempatan untuk kembali 'menggenggam' putranya.

"Aku buru-buru harus ke rumah sakit. Sebaiknya Mama tidur ini sudah larut malam!" Ali ingin beranjak namun Salma terlebih dahulu menahan lengannya.

"Apa benar yang Prita katakan?"

Seketika Ali menoleh menatap Ibunya. "Apa yang gadis itu katakan pada Mama?" Ekspresi wajah Ali mulai tidak bersahabat. "Dan sejak kapan Mama menjadikan gadis itu sebagai mata-mata Mama heum?"

Salma sedikit tergagap namun sebisa mungkin ia berusaha tenang menghadapi putranya yang semakin hari terasa semakin jauh darinya. Ali benar-benar memberikan jarak antara mereka.

"Mama cuma ingin menjalin kedekatan dengan calon menantu Mama dan kebetulan dia---"

"Cukup Ma!" Potong Ali dengan suara sedikit keras hingga membuat Salma terkejut. "Prita bukan calon menantu Mama!"

"Tapi Mama ingin kamu menikahinya!"

Ali berdecih lalu tertawa tawa yang menyiratkan kekecewaan hingga membuat Salma terdiam. "Sampai kapan Mama seperti ini heum?" Tanya Ali dengan suara lemahnya. "Belum cukup bertahun-tahun Mama ngatur hidup aku?"

"Mama cuma ingin yang terbaik buat kamu Nak!"

"Bukan buat aku tapi buat ego Mama sendiri!" Bantah Ali dengan begitu keras hingga membuat Salma terperanjat. "Oke kalau Mama sangat menginginkan menantu. Besok aku akan bawa calon menantu Mama kesini!" Putus Ali sambil meraup wajahnya. Pria itu kembali menatap Ibunya lalu tersenyum kecil. "Aku sudah menentukan pilihanku Ma dan sampai kapanpun hanya gadis ini yang akan aku nikahi bukan Prita atau gadis manapun yang Mama pilihkan!" Tegas Ali sebelum beranjak menuju ke kamarnya meninggalkan Salma yang terpaku menatap kepergian putranya.

Kedua tangan wanita itu tampak mengepal, giginya terdengar bergemeletuk, saat ini Salma benar-benar sedang dikuasai oleh amarah bahkan sampai membuat air mata wanita itu jatuh. Sampai kapanpun ia tidak akan membiarkan putranya menikahi gadis pilihannya itu, satu-satunya wanita yang akan Ali nikahi hanya Prita.

Sampai kapanpun ia hanya menginginkan Prita sebagai calon menantunya! Bukan gadis miskin pilihan putranya. Ia sudah tahu jika putranya tidak memiliki selera yang bagus dan ia yakin gadis yang dipilih Ali tidak lebih dari gadis miskin yang ingin naik tahta dengan menikahi putra kayanya.

Lihat saja apa yang akan Salma lakukan untuk membuat gadis itu mundur dan meninggalkan putranya.

***

Pukul 12 malam Ali tiba di rumah sakit. Sebelum meninggalkan mobilnya ia sempat membuka ponselnya untuk memeriksa apakah calon istrinya menghubungi atau meninggalkan pesan untuknya.

Please, Marry Me Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang