Bab 20

2K 216 27
                                        


Prilly hanya diam membiarkan Ali beranjak dari tubuhnya. Perlahan pria itu meraih kemeja miliknya untuk menutupi tubuh bagian atas Prilly yang sudah terpampang didepannya.

Sungguh berat untuk Ali namun ia masih memiliki sedikit kesadaran untuk tidak merusak calon istrinya. Apapun alasannya bagi Ali sex sebelum menikah adalah salah.

"Kenapa Mas?" Prilly akhirnya bertanya saat melihat Ali frustasi. "Bukankah kamu menginginkannya?" Prilly merapatkan kemeja milik Ali pada tubuhnya.

Ali menggelengkan kepalanya, pria itu benar-benar frustasi melawan gairahnya sendiri. "Saya tidak bisa merusak kamu. Seharusnya saya menjaga kamu bukan sebaliknya. Maafkan saya Prilly." Ali tak berani menatap Prilly, pria itu merasa malu dengan dirinya sendiri.

Demi Tuhan, godaannya saat ini sungguh menyiksa batinnya.

Prilly merapikan sedikit rambutnya yang acak-acakan akibat ulah tangan Ali, sejujurnya ia sedikit merasa kecewa namun terlepas dari semua itu ia sungguh bangga dengan pendirian teguh laki-laki ini.

"Aku sama sekali tidak keberatan."

Ali menoleh memberanikan diri untuk menatap Prilly dan refleks pria itu mengumpat saat menyadari betapa cantik dan seksinya Prilly saat ini. "Saya yang keberatan. Saya akan merasa bajingan jika saya melakukan hal itu sekarang!" Ali beranjak dari posisinya berjalan cepat menuju kamar Prilly, satu-satunya tujuan pria itu adalah kamar mandi.

Sepeninggalan Ali, Prilly memilih untuk merapikan dirinya. Ia kembali mengenakan pakaiannya juga menyanggul rambutnya yang awut-awutan akibat ulah tangan Ali. Setelah merapikan dirinya, wanita itu meraih kemeja Ali lalu menyusul pria itu ke dalam kamar pribadinya.

Prilly bisa mendengar suara keran air diselingi dengan erangan lembut pria itu. Relfeks Prilly mengigit bibirnya, sungguh ia sangat tergoda mendengar erangan sekaligus desahan pria itu dari dalam kamar mandi.

Prilly memilih untuk keluar dari ruangannya setelah meletakkan kemeja milik Ali diatas ranjang. Prilly baru saja menutup pintu kamarnya ketika pintu ruangannya terbuka dan memperlihatkan sekretarisnya. "Maaf Bu, saya ingin bertanya apakah Ibu akan lembur malam ini?"

"Tidak. Sebentar lagi saya akan pulang. Eum, boleh saya minta tolong?"

"Silahkan Bu."

Prilly berjalan menuju mejanya lalu meraih ponselnya dan mulai menceklis beberapa barang yang akan ia bawakan untuk calon ibu mertuanya.

"Saya ingin kamu mengambil barang ini dan siapkan semuanya." Perintah Prilly yang segera dilaksanakan oleh sekretarisnya. Prilly juga sempat membahas beberapa masalah pekerjaan dengan sekretarisnya sampai pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan Ali yang bertelanjang dada keluar dari sana sambil mengusap rambut basahnya.

Relfeks sekretaris Prilly menoleh kearah Prilly dan tatapannya tertuju pada leher Prilly yang terdapat beberapa bercak merah, seolah tahu apa yang terjadi diruangan ini dengan segera sekretaris Prilly pamit undur diri.

Prilly hanya menghela nafasnya saat melihat wajah mesem sekretarisnya, ia yakin besok berita ini akan panas di kantornya.

"Kenapa?" Tanya Ali tanpa rasa bersalah.

"Kamu kenapa telanjang dada gini?"

"Ya kan saya habis mandi."

"Ya tapi kan nggak perlu telanjang kayak gini juga!" Prilly yang sudah berdiri didepan Ali sontak menusuk perut kotak-kotak pria itu dengan cukup kuat hingga membuat Ali meringis pelan.

"Tadi kamu juga telanjang dada saya nggak marah." Goda Ali yang membuat kedua mata Prilly melotot tajam kearahnya. Pria itu justru tertawa sambil menarik tangan Prilly menuju sofa.

Please, Marry Me Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang