23. Murid baru

71 25 4
                                    

WELCOME

JIKA ANDA MELIHAT TYPO, SAYA MOHON MAAF. AKAN DIPERBAIKI SAAT REVISI.

Happy Reading ❤️

*
*
*
*
*
_____________________________________________

~Keinginan menjadi menyerah, menyerah menjadi kekuatan.~

- Careysa viona dirganetta
_____________________________________________

"Taruhan aja mau nggak?" celetuk Arfan.

"Hah?" beo ketiga temannya.

"Ck, lo pada mendadak jadi budek?"

Erfan menggeleng kemudian mengangkat tangannya ke dahi kembarannya itu. "Nggak sakit kok, apalagi panas."

"Siapa yang bilang gue sakit begoo," Arfan menjitak kepala Erfan lalu menyingkirkan tangan adiknya itu dari jidatnya.

"Kita harus tahlilan gak sih?" usul Vano nyeleneh.

"Pala lu tahlilan! Lo kira mau mati tahlilan?" ucap Dexa menoyor kepala Vano dengan keras. Sedangkan yang empu hanya merenges tak jelas.

"Lo pada kenapa sih? Gue cuman ngajak taruhan doang, bukan ngajak bunuh-bunuhan," sungut Arfan. Apa sebegitu nya dia jarang berbicara? Hingga mereka semua meresponnya dengan tatapan terkejut.

"Kayanya Arfan lagi kesurupan. Apa perlu kita ruqyah? Gak biasanya Arfan ikut nimbrung pembahasan yang gak penting," kata Vano masih tak percaya.

Arfan mendengus dan memutar bola matanya. "Gue lagi gak bercanda, gue ngajak kalian buat taruhan tentang Vandra sama Reysa. Mau nggak? Kalo gak yau-"

"Kita mau! Kita mau," sorak mereka bertiga berbarengan.

"Oke, tapi apa taruhannya?" tanya Dexa.

Arfan melirik Erfan untuk menjelaskan melalui tatapannya. Mulutnya sudah terasa kelu untuk berbicara lagi. Erfan mendengus, sialan memang.

"Taruhannya apa anjir! Gue nggak tau sat, lo malah nyuruh gue. Lo kira gue dukun bisa baca pikiran lo apa," sungut Erfan seraya mencomot gorengan di atas meja kantin.

Arfan menatap adiknya dengan sengit. Dasar adik tak berguna!

"Mobil gimana? Terserah lo pada mau mobil yang kaya apa," ucap Arfan.

"Lamborghini aja gak sih? Biar tambah mantep," timpal Vano menaik turunkan alisnya.

"Gue setuju, tapi lo mau sama siapa? Kayanya gue sama Arfan aja deh, soalnya kalo sama Erfan gue gak kuat ngadepi sifatnya. Kalo sama lo kan sebelas duabelas sifatnya, jadi udah terbiasa lahh," ucap Dexa berakhir ditatap tatapan datar oleh kedua teman yang ia sebut.

"Terserah aja sih, gue juga nyaman kok sama Nono. Iya kan No?" tanya Erfan mengedipkan sebelah matanya dengan genit.

"Hiihhh, jauh jauh deh lo. Gue merinding liatnya," balas Vano bergidik ngeri.

VANREY (A Secret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang