6. Penasaran

125 28 5
                                    

WELCOME!

JIKA KALIAN MELIHAT TYPO DIMANA MANA, SAYA MOHON MAAF. SAYA AKAN MEMPERBAIKI SAAT REVISI TELAH TIBA.

*

*

*

__________________________________________

~Jangan mudah percaya kepada orang lain. Ingat! Bahwa bayanganmu meninggalkanmu saat di kegelapan. ~

___________________________________________

21.43

Hari sudah menggelap. Terbukti langit yang sudah berwarna hitam pekat. Disinilah Reysa sedang bersantai di atas kasurnya. Ia sungguh bosan.

Reysa tengah menahan lapar, dia ingin memasak, tapi malas. Sebenarnya, bisa saja memanggil ART untuk memasakannya. Namun jam mereka bekerja sudah habis.

Gadis itu berdecak saat perutnya berbunyi terus menerus. Reysa berpikir sejenak, sebelum berdiri dari kasurnya kemudian menyambar pakaian rajutnya dan beralih keluar rumah.

Reysa berniat membeli makanan di kedai yang biasa ia datangi ketika merasa lapar. Kedai Mang Asep.

Reysa berjalan sembari menelisik lingkungan sekitar yang memiliki pencahayaan minim. Sunyi. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana saat ini. Suara jangkrik dan katak yang bersahutan, mendayu  indah di indra pendengaran Reysa.

Ah... dia sangat menyukai suasana malam hari ini, suasana yang begitu menenangkan.

Reysa, Kenzie, dan Devazka. Menyukai kesunyian daripada keramaian. Karena menurut mereka, kesunyian itu lebih menenangkan. Tetapi itu hanya berlaku untuk orang yang menyukainya.

Tak terasa, langkah demi langkah Reysa lewati. Akhirnya ia sampai di kedai Mang Asep. Reysa pun segera memilih tempat duduk untuk menunggu pesanannya.

"Mang! Mie kwetiau satu, kaya biasa ya!"

Seorang pria yang sudah sudah menginjak usia lima puluh tahunan itu menoleh. "Eh neng Reysa, siap Neng!"

15 menit menunggu, pada akhirnya pesanan Reysa telah jadi. Reysa pun menghampiri mang Asep yang tengah membungkus kan makanannya.

"Ini Neng, udah jadi," kata mang Asep sembari menyerahkan bungkusan tersebut.

"Makasih Mang, ini uangnya. Kembaliannya buat Mang Asep aja," Reysa menyerahkan selembar kertas berwarna biru.

"Aduh Neng makasih banget ini, semoga rejeki Neng Reysa lancar terus."

Mendengar itu, Reysa tersenyum tipis. "Amiin. Ya udah Mang, saya pamit,"

"Eh, Neng. Saya mau bicara bentar sama Eneng," ucapan Asep membuat langkah Reysa spontan berhenti.

"Bicara apa, Mang?

"Neng, nanti pulangnya hati hati di gang kecil itu, ya. Disana katanya banyak yang meninggal karena kasus pembunuhan. Apalagi ini udah malem, mang Asep cuman mau ngingetin,"

*****

Kembali dengan gadis bernama Reysa, ia tengah berjalan mengendap-endap mendekati rumah tua yang sudah terbengkalai belasan tahun yang lalu. Reysa ingin membuktikan apa yang dibilang mang Asep itu benar adanya? Atau hanya fakta belaka.

VANREY (A Secret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang