Prolog

289 51 24
                                    

Hujan deras disertai petir yang bergemuruh membuat suasana yang kelam. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Suasana seperti ini biasanya sangat cocok untuk beristirahat sejenak. Namun seolah waktu tak mengijinkannya untuk beristirahat dengan tenang, seorang gadis kecil yang sedang meringkuk ketakutan di bawah selimut, dengan air keringat yang sudah membanjiri pelipisnya.

"Eca takut, Bunda... Abang..." katanya dengan nada yang bergetar.

Ia masih meringkuk ketakutan, sebelum ia memberanikan untuk membuka selimut dan berjalan ke arah kamar kedua orangtuanya.

Saat berjalan, tiba tiba terdengar suara gelas pecah dari arah dapur. Sontak gadis kecil itu berlari menuju ke asal suaranya. Ia mendekat perlahan dan bersender di dinding.

Samar samar dia mendengar pertengkaran orang tuanya dari balik dinding. Suara hujan deras dan petir yang bersahutan membuat suasana semakin mencengkam. Anak itu memberanikan untuk mengintip dari samping dinding yang tidak ada pintunya. Sesuatu yang ia saksikan membuat ia menangis dan nekat berlari ke arah keluar entah akan kemana dia pergi. Yang sekarang dia butuhkan hanyalah pelukan hangat seseorang untuk menenangkan dia.

Dia berhenti di sebuah halte bus yang sudah sepi karena waktu sudah malam. Ia tak peduli jika pakaiannya sudah basah kuyup dan petir yang bergelegar. dia hanya menangis dan menangis. Dia ingin sekali meluapkan kesedihannya kepada semua orang.

Dia melamun, memikirkan nasib ibundanya yang harus dimaki maki oleh ayahnya. Sifat orangnya tuanya berbanding terbalik ketika bertemu keluarga, mereka bersifat seolah kejadian tersebut hanyalah butiran debu. Yang gadis itu tahu, bahwa bunda dan kakak laki lakinya lah yang sering menjaganya dibandingkan dengan ayahnya.

Tiba tiba seorang anak laki laki seperti seumurannya berdiri dihadapan dia dengan membawa sebuah payung hitam di genggamannya.

"Jangan menangis," ucap anak laki-laki itu.

"Bolehkah aku berteman denganmu?" sambung dia sembari mengusap sisa air mata gadis itu.

Gadis itu tidak menjawab, dia hanya diam sama sekali tak berkutik. Dia memandang anak laki-laki dengan tatapan datar namun terkesan menelisik. Hingga selang beberapa menit, ia menganggukkan kepalanya kecil.

"Siapa namamu?" tanyanya akhirnya membuka suara.

"Van-"

Belum selesai menjawab pertanyaan gadis itu, terdengar teriakan yang sepertinya tengah mencari anak laki-laki tersebut. Membuat anak laki-laki itu pergi berlari sembari tangan yang ia lambaikan kepadanya.

___________________________________________

Segitu aja ya prolognya.

Sekarang aku kasih prolog, dan ingat kata kataku alurnya sedikit aku ubah.

Sampai ketemu lagi!!

See youu

Jangan lupa mampir 👇

Instagram: @lovely_ta4
Tiktok : @ily.lovely4

VANREY (A Secret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang