27. Pain from the Past

53 9 4
                                    


WELCOME BACK!!

JIKA ANDA MELIHAT TYPO SAYA MOHON MAAF, AKAN DIPERBAIKI SAAT REVISI.

*
*
*
*
_______________________________________________

~ Awasi bintang-bintang, dan kakimu berada di tanah ~

- Secret

__________________________________________

"REYSAAAAAA... YA AMPUNN LAMA BANGET SIH LO?!"

Frieska berlari menghampiri Reysa dengan suara lengkingan nya yang hampir memenuhi koridor sekolah.  Gendang telinga Reysa rasanya ingin pecah. Sepertinya urat malu temannya itu sudah terputus.

"Ck, malu maluin." batin Reysa.

"Sa, lo kok diem aja sih gue panggil? Budek ya? Makanya kupingnya di korekin biar kotorannya nggak numpuk." cetus Frieska.

Reysa melirik gadis itu dengan tajam. "Jangan banyak omong." dirinya segera menggiring gadis itu untuk segera memasuki kelas. "Ngapain lo pake segala keluar nyamperin gue?"

Frieska bergeming. Gadis itu malah menatapnya dengan muka sok polos. Hal itu membuat Reysa merasa geram. Oh god, berilah dirinya kesabaran seluas samudra untuk menghadapi temannya yang kelewat sinting.

"Jadi sekarang lo yang jadi budek?" desis Reysa mulai kesal.

"Katanya disuruh diem, ya gue diem. Kenapa malah lo marah?"

Reysa spontan menjitak kepala gadis itu. "Begonya kurangin dikit bisa?"

"Ya nggak usah jitak juga kali ah! Sakit nih!" protes Frieska mengusap-usap kepalanya yang berdenyut.

"Eh btw, tumben nggak berangkat sendiri?"

"Gue berangkat bareng Vandra."

"HAH?! YANG BENER AJA? No hoax hoax kan?" pekik Frieska membelalak tak percaya. Rekor tertinggi yang pernah gadis itu raih disaat gadis lain tidak bisa mendapatkannya.

Reysa segera membungkam mulut gadis itu dengan spontan. "Jangan teriak kampret! Lo bikin gue malu."

Frieska tersenyum menampilkan gigi-giginya. "Hehehe... Sorri sorri," jawabnya. "Eh, tapi beneran? Lo nggak halu ataupun mimpi kan?"

"Gue jawab pertanyaan lo berdasarkan kenyataan, kalo nggak percaya ya udah sih." jawab Reysa seadanya. Ia kemudian memasuki kelasnya setelah sesampainya di sana.

Frieska mencibir. "Gini amat punya temen forever."

Frieska membuntuti Reysa dari belakang hingga sampai di bangkunya. Ia memilih untuk duduk di depan gadis itu sambil menopang dagunya. 

Reysa menatap gadis itu penuh heran. Ia berpikir bahwa Frieska memang sudah gila.

"Sa, gue mau tanya sama lo deh. Tapi jawab jujur ya?"

"Hm."

"Janji dulu dong!"

"Cepet bilang! Gue masih ada urusan."

"Ettt ntar dulu, jan buru-buru dong! Duduk dulu." Frieska menghalangi jalan gadis itu yang hendak pergi. "Gue mau tanya bentar aja. Lo ada hubungan apa sama anak baru itu?"

Reysa berdecak malas. "Nggak ada, gue nggak kenal."

"Jangan bohong, gue tau kali."

"Kenapa?"

VANREY (A Secret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang