26. Curhat

65 24 25
                                    

WELCOME BACK!

JIKA KALIAN MELIHAT TYPO DIMANA MANA. SAYA MOHON MAAF. AKAN DIPERBAIKI SAAT REVISI.

Happy Reading 😁💐

*
*
*
*
*

______________________________________________

~ Jangan dengerin orang lain, lo hebat, lo kuat. ~

- Gevandra alistar fernandes

__________________________________________

Ketiga gadis itu saling pandang. Berusaha menyelami kalimat-kalimat panjang itu ke dalam otaknya. Jika boleh jujur, sebenarnya mereka bertiga tidak paham apa yang Dokter itu jelaskan.

"Lakuin apa aja buat Dryana, Dok, selagi dia bisa sembuh!"

Dokter itu mengangguk. "Baik. Tapi harus ada bukti persetujuan dari sang pasien. Agar kami mengetahui bahwa pasien sukarela melakukannya tanpa adanya paksaan,"

"BAIK DOK!"

"Sumpah, beneran gue nggak percaya kalo Dryana bakal amnesia,"

"Jadi untuk sekarang Dryana nggak ingat kita dok?" tanya Quela dan Frieska bersamaan.

"Untuk itu saya belum mengetahuinya dengan pasti. Namun, kalian boleh menanyakan diri kepada pasien dengan pelan-pelan."

"Baik, dok. Terimakasih atas penjelasan yang dokter berikan kepada kami," kata Reysa dibalas anggukan dan senyuman tipis dari dokter Argan.

"Sama-sama. Kalau begitu saya pamit. Jika ada sesuatu, diharapkan untuk memanggil saya ataupun anggota medis lainnya yang berkerja disini. Kami siap membantu dengan sebisa mungkin," ucap dokter Argan.

"Siap Dok! Uhm... saya boleh tanya nggak dok?" Quela bertanya dengan ragu.

"Boleh, apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Apa kita udah boleh masuk buat liat keadaan Dryana?"

"Sudah, silahkan..." Dokter Argan menjawab.

BRAKK

Tanpa balasan lainnya, Quel dan Frieska segera memasuki ruangan Dryana dengan tergesa. Mengangetkan dokter Argan dan Reysa yang masih berdiri tegak dengan wajah kaku.

"S-sorry Dok, teman saya memang seperti itu. Karena mereka masing-masing memiliki penyakit yang sama. Yakni terkejut attack,"

Dokter itu geleng-geleng heran dengan kelakuan tiga gadis itu yang ajaib. 'Saya kira gadis terakhir itu yang cukup waras di antara kedua temannya. Ternyata sama saja' lanjutnya membatin.

Kembali dengan Reysa, Frieska dan Quela. Mereka tengah memandangi Dryana yang terbaring lemah di brankar rumah sakit. Mereka menghela nafasnya pelan, betapa malangnya nasib gadis itu.

"Dryana, kapan lo bangun? Jangan kaya gini," Quela berbicara dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

Frieska memegang pundak Quela untuk menenangkannya. Namun, ia malah ikut menangis. "Kasian banget hidup lo, Yan...? Kalo dari awal lo bilang, pasti nggak bakal ada kejadian kaya gini,"

VANREY (A Secret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang