5. Beha yang populer

38.1K 3.1K 71
                                    


"Tidak mau pulang."

Amel menelan ludahnya gugup karena Tuan putri Kalisa memilih untuk tetap diam. Padahal Kaisar sudah harus kembali ke kerajaan karena para menteri sedang menanti kehadirannya terkait rapat koordinasi perang berkelanjutan yang memakan banyak waktu.

Dari yang Amel dengar, ternyata keputusan Kaisar untuk datang kemari adalah keputusan yang penuh dengan pertentangan. Para menteri sebenarnya tidak setuju kalau Kaisar datang berkunjung, karena tugas kerajaan masih sangat banyak.

"Bibi Pasti sudah menyihir Kalisa sehingga dia tidak ingin pulang," tukas Pangeran Kyle yang mendapat teguran dari Ayahandannya.

"Kalisa tidak bisa terus tinggal disini. Ada banyak hal yang Kalisa harus lakukan disana. Bagaimana saat pesta perayaan berdirinya kekaisaran, Bibi akan datang bersama dengan dedek ke istana?" Tawar Amel.

Bukannya tidak mau Kalisa tetap tinggal. Hanya saja urusannya di istana ini cukup banyak, bahkan sekarang mereka harus mempersiapkan pesta perayaan lahirnya Naga Astra sebagai bentuk panjatan doa agar kesatria yang berperang bisa kembali dengan selamat. Itupun Amel baru tahu dari gerutuan Ajudan Tera.

"Untuk apa kamu tetap tinggal disini, paling juga besok Bibi akan memarahimu," celetuk Pangeran Kyle yang kembali bersuara.

Kalisa memanyunkan bibirnya, bocah lima tahun itu hanya bisa mengangguk pasrah dan saat ini berpamitan kepada dedek kecil yang ada di gendongan Bibi Molly.

"Kakak Kalisa pergi dulu ya dedek kecil, jangan cepet besar. Soalnya kakak Kalisa masih mau main sama dedek," ucapnya.

Baik permaisuri maupun kaisar menarik kedua sudut bibirnya dengan perasaan bahagia. Setidaknya melihat perubahan Amelia saat ini, mereka bisa menghela nafas lega.

"Permasalahan perang, tolong maklumi kakakmu yang tidak berdaya. Karena perang antar wilayah terjadi sudah dari lama."

Amelia hanya mengangguk maklum, sebenarnya dia tau akar permasalahannya yang tidak pernah usai ini. Namun Amel masih memikirkan apakah dia harus turun tangan atau tidak. Jika dunia ini sampai hancur karena Amel terlalu jauh ikut campur, takutnya malah dia yang cepet mati.

Meski Amel akan tetap mengubah takdir Deenevan putranya. Mungkin akan banyak hal yang harus dia hadapi. Setidaknya Amel bersyukur dia merasuki tubuh ini ketika ingatan Deenevan belum terbentuk.

Mereka akhirnya berpamitan dengan keluarga kerajaan. Banyak hal yang harus di urus, tentu saja karena meninggalkan kerajaan sehari sama dengan membuat tugas lebih banyak lagi.

"Tutup gerbang istana," titah Amel.

Kalau dipikir-pikir Amel merasa sangat berwibawa. Dia tidak akan menunjukkan sifat bobroknya di hadapan orang-orang ini.

Ajudan Tera bergerak mendekati Amel. "Bagaimana dengan pelukis yang sudah anda undang?"

Amel mengangguk paham, kemudian meminta Jena untuk mendadani Deenevan agar terlihat lebih rapi. Setelah Deenevan tampak lebih rapi, Amel tidak langsung meminta pelukis untuk segera melukis bayi kecil itu, melainkan menunggu Deenevan tertidur barulah dia mengizinkan Deenevan dilukis.

Hanya saja Amel tidak tau kalau Marquess Feloma akan punya mulut senyinyir ibu-ibu komplek dekat panti asuhannya dulu.

"Anda sama saja membuang-buang waktu pelukis jika menunggu tuan muda tertidur."

Bibi Molly menggeleng pelan, "Tuan Tera anda terlalu banyak bicara. Tentu saja Nyonya memiliki pemikiran yang lebih baik dari anda soal tuan muda."

Tera berdecak sebal, "Orang seperti Nyonya Amel yang kita bahkan tidak tau berubah karena alasan apa, tidak bisa dipercaya begitu saja," gumamnya pelan.

Menjadi Ibu Dari Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang