23. Naga Kecil Nakal

19.2K 2K 83
                                    

Satu jam sebelum kejadian itu, Amel tengah berjuang di kamar mandi kayu besar yang dipenuhi uap air hangat. Di sudut ruangan yang agak gelap, naga kecil berwarna hitam pekat, Baby Dee, bersembunyi di balik ember. Matanya yang bulat berkilat menatap Amel dengan curiga, sementara ekornya yang panjang menggeliat resah di lantai.

Amel menghela napas panjang, menatap naga kecil itu dengan senyum masam. "Kamu nggak bisa kabur selamanya, sayang," ucapnya sambil menggulung lengan bajunya, bersiap memulai tugas yang tak terelakkan—memandikan Baby Dee. Ia berusaha menyejukkan diri, meski dalam hati sudah tahu ini tidak akan mudah.

Dengan satu gerakan cepat, Amel mencoba meraih Baby Dee. Tapi naga kecil itu ternyata lebih gesit. Seketika Baby Dee melompat dan mengepakkan sayapnya yang mungil, terbang rendah ke arah pintu.

“Lho, Eh! Mau kemana, astaga, dasar naga nakal!” seru Amel, berusaha mengejar. Hanya dalam dua langkah, Amel berhasil menangkap ekor Baby Dee. Namun, seolah merasa dirugikan, naga kecil itu meringkuk dan merapatkan tubuhnya di pelukan Amel, menolak keras untuk mendekati bak mandi.

Amel tersenyum kecil dan menggeleng, memeluk erat tubuh mungil Baby Dee. "Oh sekarang Baby Deenya ibu makin nakal ya? Ayo, kita mandi dulu," ajak Amel lagi.

Tapi Baby Dee tidak tertarik dengan tawaran itu. Sebaliknya, naga kecil itu justru semakin erat memeluk Amel, seolah-olah pelukannya itu bisa menyelamatkannya dari bahaya air. Amel menghela napas lagi, kali ini lebih berat. "Astaga, anak ini, kenapa bandel banget sekarang?"

Dengan segala daya upaya, Amel mencoba memasukkan Baby Dee ke dalam bak kayu, tapi setiap kali tubuh mungil naga itu hampir menyentuh air, Baby Dee langsung menjerit dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk menghindar. “Kyu! Kyu!” suaranya melengking, seolah mengatakan, "Dee gak mau! Dee gak mau!"

Amel mengangkat Baby Dee ke udara, menatapnya lurus-lurus di mata. "Kalau kamu nggak mau mandi, jangan peluk-peluk aku lagi ya," ancam Amel dengan nada serius.

Mata Baby Dee membesar, bulat dan penuh drama, seolah tak percaya dengan ancaman ibunya. "Kyu! Kyu!" protes Baby Dee lagi, meski Amel tidak benar-benar memahami artinya. Dia hanya bisa menduga kalau naga kecil itu marah.

Amel merasa sedikit putus asa. Dengan satu tangan masih memeluk erat Baby Dee, dia berteriak, "Jena!" Panggilan itu menggema di kamar mandi, dan beberapa saat kemudian, Jena muncul dengan handuk besar di tangan, bersiap untuk mengeringkan Baby Dee setelah mandi. Namun, saat melihat keadaan, Jena mengerutkan dahi.

"Belum mandi, Yang Mulia?" tanya Jena, bingung.

"Baby Dee nakal banget, Jena. Aku udah malas ngurusnya. Kamu aja yang urus!" ucap Amel, sedikit mendramatisir situasi dengan harapan bisa membuat Baby Dee patuh. Namun, alih-alih membuat naga kecil itu menyerah, yang terjadi justru sebaliknya.

"KYU!!" teriak Baby Dee, dan sebelum Amel sempat menyadari apa yang terjadi, semburan api biru keluar dari mulut kecil Baby Dee, membakar bagian bawah gaun Amel. Jena langsung terperanjat dan lari mencari bantuan.

Amel, yang setengah kaget setengah marah, hanya bisa berdiri terpaku dengan wajah kesal. Tatapan matanya yang nyalang seperti seorang ibu yang sudah di ujung kesabarannya menghadapi anaknya yang sulit diatur. “Astaga... Baby Dee! Lihat nih, gaun ibu sekarang bolong!” keluhnya sambil menepuk-nepuk sisa api di ujung roknya.

Baby Dee hanya duduk diam, menatap Amel dengan mata besar penuh penyesalan, sementara ujung ekornya yang hitam melingkar rapi di pangkuannya. "Kyu..." desah Baby Dee pelan, seakan tahu kalau dia baru saja membuat ibunya marah.

Amel melirik Baby Dee dengan tatapan yang seolah-olah berkata, kamu gak bakal bisa lolos kali ini. Sambil menghela napas panjang, dia lalu tersenyum, setengah tertawa pada dirinya sendiri. "Ya ampun, Baby Deenya ibu ... Kamu ini benar-benar bikin ribet. Tapi tetap aja, kamu nggak bisa lolos dari mandi."

Menjadi Ibu Dari Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang