12. Iya Sayang, Ini Ibu

49.7K 4K 414
                                    


"Kamu sudah dengar berita tentang Grand Duchess?"

Wanita dengan rambut cokelat gelombang yang di kepalanya dihiasi hiasan bunga anggrek palsu, menoleh ke arah sang Kakak yang kini berdiri tidak jauh dari tempatnya berada.

"Grand Duchess?"

Pria itu menghela nafas, "Amelia Von Estera."

"Oh, apa wanita itu sudah mati?"

"Tidak, dia justru berhasil melahirkan bayinya. Bahkan tersebar rumor kalau Grand Duchess sangat menyayangi tuan muda."

"Kau tau, sepertimya Amelia benar-benar sudah berubah. Bonekamu sudah lenyap, dan yah, kamu harus segera mempercepat rencana kita," tambah pria yang kini melangkah menuju pintu, kemudian memberikan smirk pada wanita yang sedang duduk itu.

"Sialan!"

"Aku tidak akan pernah membiarkan rencanaku hancur begitu saja," gumamnya lagi.

Sepertinya, dia harus menyudahi tindakan mengurung dirinya ini. Karena sekarang, dia harus turun ke medan perang wanita. Dimana lagi kalau bukan dunia sosialita bangsawan.

Saat ini posisi Permaisuri sedang melemah. Karena para bangsawan meragukan jejak keturunan sang permaisuri. Sebelum dia berhasil dilantik menjadi Ratu, tentu saja mereka harus bergerak cepat.

"Ck, bonekaku yang malang. Apa benar kamu sudah benar-benar berubah sekarang?"

Sementara itu disisi lain, ada Amel yang daritadi terus menenangkan Baby Dee. Dari pagi, bayi kecilnya itu terus merengek mengatakan, "Abwu, bu!" Atau terkadang, "yayah."

Ini pertama kalinya Amel dihadapkan dengan situasi Baby Dee yang rewel abis. Biasanya bayi itu akan anteng lagi setelah disusui, namun kali ini seolah-olah sulit untuk dikendalikan, Baby Dee terus merengek.

Bahkan Amel sudah berusaha menepuk-nepuk bokong bayi kecilnya itu, namun tidak berhasil membuat Baby Deenya tampak tenang.

Amel bahkan sudah tidak peduli dengan penampilannya yang dari bangun tidur, dan masih terlihat acak-acakan, kemudian Dietrich juga turut membantunya.

"Baby Dee kenapa?" Tanya Amel yang menatap memelas ke arah Dietrich, namun pria itu juga menggeleng.

"Bayiku, sebenarnya kamu kenapa?" Tanya Dietrich lirih, Kemudian Amel mengarahkan wajah Baby Dee kepada Dietrich agar dia bisa melihat hidung meler dari bayi kecilnya.

Para pelayan tidak diizinkan masuk, karena saat ini Amel masih mengenakan pakaian tidur, dan rasanya Dietrich enggan berbagi pemandangan indah ini bersama.

"Uweee ... Bwu bu."

Bayi kecilnya itu kembali bertingkah manja dan menangis. Amel jadi tidak tenang sendiri, biasanya kalau bayi nangis kenceng begini, ada dua kemungkinan.

Dia sedang merasa tidak nyaman, atau dia sedang melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat. Tanpa sadar Amel malah ikut menitikkan air mata, karena tumben-tumbenan bayi kecilnya ini rewel begitu lama dan menangis begitu kencang.

Amel segera menyerahkan Baby Dee pada Dietrich, karena dia sudah lemas dan tidak sanggup menggendong Bayi itu lebih lama. Melihat setitik air mata di wajah Amelia, Dietrich langsung khawatir.

"Kamu baik-baik saja kan, istriku?"

"Huweee ... Bwu bu!"

"I-iya, aku hanya merasa ada yang tidak beres dengan Baby Dee. Karena dia tidak pernah rewel seperti ini sebelumnya."

Dietrich juga penasaran, dalam gendongannya, Baby Dee masih menangis, bahkan sampai membuat bahu Dietrich basah.

"Oh astaga Bayiku yang malang," ucap Dietrich.

Menjadi Ibu Dari Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang