"Perketat penjagaan Wilayah perbatasan antara hutan musim dingin dengan gerbang wilayah Utara. Jangan sampai monster kembali menyerang tidak terkendali."
Dietrich berdiri dengan sikap tegas, tatapannya tajam saat memberikan perintah kepada bawahannya. Meski musim panas akan segera tiba, wilayah Utara yang selalu diselimuti salju tidak akan terlalu terpengaruh. Suhu hanya akan sedikit menghangat, cukup untuk membuat penduduk meninggalkan mantel tebal mereka ketika keluar rumah. Namun, ancaman lain tengah mengintai—musim panas adalah saat di mana para monster sering kali menjadi lebih agresif, dan penjagaan Duchy Vastara harus diperketat untuk menghadapi ancaman ini.
Dalam pertemuan tersebut, Tuan Feloma juga melaporkan tentang kondisi anggaran Duchy yang melonjak berkat upaya gigih dari Grand Duchess Amelia. Usaha dan kecerdikannya telah membawa keuntungan besar bagi wilayah itu. Mendengar kabar tersebut, Grand Duke Dietrich yang biasanya serius, tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Pikirannya sejenak teralihkan dari kekhawatiran musim panas, menikmati rasa bangga atas pencapaian istrinya, Grand Duchess Amelia.
Namun pertemuan yang singkat itu tiba-tiba terganggu ketika seorang prajurit tiba-tiba berlari dan mengatakan bahwa Grand Duchess sedang berada di arena latihan para kesatria.
Tanpa pikir panjang Grand Duke langsung bangkit dari tempatnya, "Rapat hari ini dibubarkan," ucapnya tegas kemudian pergi begitu saja meninggalkan aula Vastara.
Tuan Feloma harus mengikuti Grand Duke dari belakang. Sekarang, apa lagi yang akan dilakukan oleh Grand Duchess, sepertinya dalam satu hari Grand Duchess tidak akan pernah membiarkan Grand Duke mengerjakan pekerjaannya dengan tenang.
Sesampainya di arena latihan, mereka bisa melihat Grand Duchess duduk dengan santai sembari mengelus puncak kepala naga kecil yang meringkuk di pangkuannya.
"Istriku!"
Lebih mengejutkan lagi karena Grand Duke langsung menegur Grand Duchess. Terlihat bahwa saat ini emosi Grand Duke sedang berada di puncak. Maka Feloma tidak berani untuk mendekat.
Sementara Amel terkejut ketika mendapati Dietrich melangkah ke arahnya dengan alis mengerut, jangan lupakan kepalan tangan pria itu. Amel jadi menelan ludahnya gugup, dan benar-benar takut kalau Dietrich mungkin saja bisa marah padanya saat ini.
"Bukankah tadi katanya tidak ada waktu luang?" Tanya Dietrich dengan nada kesal.
"Iya memang tidak ada waktu luang," balas Amel jujur.
"Lalu apa yang baru saja aku lihat ini?"
"Aku ... Kan?" Balas Amel sembari menunjuk dirinya.
Salah satu kebiasaan mereka setelah sudah lebih akrab adalah mendebatkan sesuatu seperti. Sehingga baik Jena, Tuan Feloma maupun Bibi Molly merasa sudah terbiasa melihatnya.
"Kembalilah, jangan disini."
"Kenapa?" Tanya Amel setengah protes.
"Baby Dee juga suka kok disini, iya kan nak?" Amel mencolek sedikit dagu putranya yang tampak tenang dalam pangkuan Amel, namun Baby Dee justru tidak menggubrisnya.
"Amelia, kembali lah sekarang juga!" Tegas Dietrich.
Namun bukannya takut Amel justru mengernyitkan dahinya bingung. Kini dia menatap Dietrich dengan serius. "Aku sedang berkerja Dietrich, kenapa kamu melarangku!"
Dietrich menatap tajam ke arah Amelia, merasa tidak terima dengan ucapannya tentang pekerjaan. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana melihat pria-pria tanpa busana yang sedang berlatih dapat disebut sebagai bagian dari pekerjaannya.
“Dimana letak bekerjanya?” tanyanya dengan nada dingin dan penuh ketidakpuasan.
Amelia hanya tersenyum santai dan mengangkat tangannya, menunjuk ke arah para kesatria yang sedang berlatih keras di bawah sinar matahari. “Melihat mereka,” jawabnya singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Ibu Dari Antagonis
Fantasy[BUKAN TERJEMAHAN!] Deenevan Von Estera adalah Grand duke wilayah utara yang terkenal tertutup. Dia adalah pemeran antagonis dari cerita berjudul "Between Two Heirs" yang punya dendam dengan kekaisaran dan berambisi menghancurkan dunia. Lalu bagaima...