25. Baby Dee Sakit

14.4K 2K 110
                                    

Suasana Kastil Vastara yang biasanya tenang mendadak berubah menjadi penuh ketegangan. Para pelayan dan pengawal berbisik cemas satu sama lain, sementara tatapan mereka semua tertuju ke ruang besar di mana Tuan Muda mereka, bayi naga kecil bernama Baby Dee, sedang terbaring dalam keadaan demam tinggi. Tubuh mungilnya menggeliat tak nyaman, sisik-sisik hitamnya tampak berkilauan dalam gelap, seolah-olah dipanaskan oleh bara api dari dalam dirinya sendiri.

Di sisi Baby Dee, Amel, sang ibu, duduk dengan wajah penuh kekhawatiran. Ia mengusap lembut punggung naga kecil itu, mencoba menenangkan rintihan pelan yang keluar dari mulutnya. Setiap kali Baby Dee mengeluarkan rintihan, hatinya terasa tertusuk. Dengan suara yang lembut, Amel berusaha membisikkan kata-kata menenangkan, meski rasa khawatir jelas terpancar dari matanya.

“Tenang ya, Baby Dee. Ibu di sini, sayang. Kamu akan baik-baik saja,” bisiknya sambil terus mengelus punggung si naga kecil yang menggigil, kulitnya terasa panas bagai api yang menyala di bawah sisik hitamnya.

Tak jauh dari mereka, Dietrich, sang Ayah, berdiri dengan tangan yang terulur, menyalurkan energi mana yang kuat namun lembut. Dengan hati-hati, ia mencoba memasukkan mana ke tubuh kecil Baby Dee, berharap bisa meredakan panasnya. Namun, usaha itu tak membuahkan hasil. Baby Dee hanya menggeliat lemah, matanya yang sayu hanya memandang Amel seolah meminta perlindungan, menolak siapapun kecuali sang ibu.

“Bayiku … apa yang terjadi padamu?” Dietrich berbisik, matanya tak bisa menyembunyikan kekhawatiran. Ia menghela napas panjang, tak bisa menyembunyikan kegelisahan. Setiap tarikan napas Baby Dee terasa berat, dan suhu tubuhnya semakin membara seiring waktu.

Amel mengangguk lemah ke arah Dietrich, menyadari bahwa anaknya hanya ingin didekap oleh sosok yang ia percaya sepenuhnya—dirinya. Dengan penuh kasih, Amel memeluk Baby Dee erat, berharap pelukannya bisa memberikan kehangatan yang menenangkan, bukan bara yang semakin memperburuk demam sang bayi naga.

Malam di Kastil Vastara terasa panjang, ditemani dengan kecemasan yang membayangi setiap penghuni kastil.

"Baby Dee sayang, jangan sakit dong, Ibu jadi sedih nih lihat Baby Deenya ibu sakit." Amel Benar-benar ingin menangis ketika mendengar suara rintihan putra kecilnya itu.

Dia menatap ke arah Dietrich dengan pandangan berkaca-kaca. Hal itu juga membuat Dietrich cemas. Hingga akhirnya dokter dan pendeta kuil suci tiba saat itu juga memeriksa kondisi Baby Dee.

Keterangan dari pihak medis mengatakan bahwa saat ini Baby Dee justru tidak sakit. Tentu saja mendengar ucapan si Dokter, Amel langsung marah besar dan mengomel.

"Tidak ada penyakit bagaimana?"

"Bayiku merintih dan merengek daritadi. Badannya bahkan sepanas air yang baru mendidih! Jangan main-main kamu sama saya, mau saya pecat!" Omel Amel yang masih dalam kondisi menggendong Baby Dee yang memang tidak ingin di sentuh siapapun selain Ibunya.

Dietrich juga langsung menodongkan pedang ke arah leher si Dokter, hal tersebut membuat Tuan Tera langsung panik, "Tolong Yang mulia Grand Duchess dan Grand Duke untuk tenang. Karena kondisi Tuan Muda sangat spesial, akan sangat memungkinkan jika penyakit Tuan muda tidak terdeteksi oleh Dokter," ucap Tuan Tera karena tidak ingin image kastil Vastara di mata rakyat jatuh.

Dietrich menurunkan pedangnya kemudian menatap sengit ke arah pendeta, "Periksa putraku dengan cepat, atau kamu akan mendapatkan akibatnya!" Tekan Dietrich sembari menatap tajam ke arah si pendeta.

Di ruang tengah kastil yang sepi namun megah, Pendeta Agung dari kuil suci menganggukkan kepalanya dengan tenang. Di hadapannya, Grand Duchess Amel berdiri dengan raut wajah cemas, mendekap erat Baby Dee yang masih menggeliat dalam demam. Naga kecil yang terlelap dengan kulit sisiknya yang hangat itu, tampak mengerang lemah, membuat Amel semakin khawatir. Pendeta Agung perlahan mengulurkan tangan, dan dengan hati-hati menyentuh dahi Baby Dee yang memanas.

Menjadi Ibu Dari Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang