27. Belza Ragnor

10.7K 1.8K 165
                                    

Halo~~
Sebelumnya aku minta maaf karena dari kemarin PHP ehehe, jadi lain kali aku gak janjiin update lagi :")
Apalagi cerita Baby Dee aku ketik karena aku juga sukaa pake banget, dan suka baca berulang kali.
Tapi please banget yaa cukup kalian komennya itu kasi saran atau yang baik-baik aja, soalnya di WP tempat aku healing ;")
Next time aku gak janjiin waktu update lagi ...
Selamat membaca🩷

***

Amel berdiri terpaku, menatap sosok yang begitu mirip dengannya. Amelia, wanita dengan wajah identik, berdiri dengan sikap angkuh di balik kaca tebal yang memerangkap Amel.

"Ah, kamu sepertinya tidak tahu ya?" Amelia terkikik dengan nada sinis, matanya memancarkan kejamnya kesombongan.

Amel hanya diam, namun di dalam hatinya penuh gejolak. Siapa wanita ini? Kenapa dia ada di sini? Kenapa wajahnya seperti cerminan dirinya? Namun, sebelum Amel sempat bertanya, pandangannya tiba-tiba berputar, membawa dirinya ke dalam sebuah ingatan yang bukan miliknya.

Langit masa lalu terbentang, memperlihatkan halaman sebuah istana. Seorang bocah laki-laki berusia sekitar enam tahun berlari dengan semangat menghampiri seorang wanita.

"Ibu, ibu! Aku berhasil mendapatkan medali setelah melawan para kesatria. Ibu, lihat aku!" serunya, penuh antusias.

Amel menatap dengan mata membulat. Itu Deenevan kecil. "Baby Dee..." gumamnya.

Namun, Amelia, wanita di hadapan bocah itu, tidak menunjukkan kebanggaan atau kebahagiaan. Sebaliknya, ia menarik dagu bocah itu dengan kasar dan mendorongnya hingga jatuh ke tanah.

"Memangnya aku peduli? Seharusnya kamu mati saja waktu itu!" bentaknya dingin.

"Tidak! Baby Dee! Baby Deenya ibu!" Amel menjerit, mencoba memukul dinding kaca yang menahannya. Hatinya teriris melihat Deenevan kecil yang tergeletak sambil memegangi tubuh kecilnya yang gemetar.

Pemandangan berganti lagi. Kini Deenevan kecil berada di sebuah penjara bawah tanah. Cahaya remang-remang dari obor memperlihatkan tubuh mungilnya yang penuh luka cambukan. Dia meringkuk, berbisik lirih, "Kenapa... aku salah apa, Ibu?"

Air mata Amel tak terbendung. "Lepaskan! Lepaskan aku dasar wanita sialan! Kamu bukan ibu Baby Dee, tapi aku!" teriaknya sambil mencoba memukul lebih keras ke dinding es yang mengurungnya.

Namun, Amelia tertawa terbahak-bahak, menghujani Amel dengan cemoohan. "Lancang sekali! Aku ibu kandungnya, Amel! Kamu cuma bayanganku, palsu! Apa hakmu mengaku-ngaku?"

Amel terdiam. Kata-kata Amelia menghantamnya seperti badai. Bayanganku? Palsu? Apa maksudnya? Namun, sebelum ia sempat merenungkan lebih jauh, Amelia mendekat, tatapan dinginnya menusuk langsung ke jiwa Amel.

"Naga sialan! Ini semua karenamu!" Amelia mengumpat penuh amarah. Tangannya terangkat, dan tiba-tiba, dinding es yang menahan Amel tampak semakin tebal, membungkus tubuhnya lebih kuat.

Amel menggigil, bukan karena dinginnya dinding es yang mengurungnya, melainkan karena amarah yang mendidih dalam dirinya. Ia menatap Amelia dengan tatapan penuh kebencian. Di depannya, Amelia berdiri santai, senyum sumringah menghiasi wajahnya, seolah menikmati penderitaan yang ia ciptakan.

"Amelia psikopat! Amelia biadab!" teriak Amel, suaranya menggema di ruangan yang kosong. "Kamu sama sekali tidak cocok jadi ibu! Seharusnya kamu itu menjadi penyihir, atau lebih baik mati!"

Amel memukul dinding es dengan kepalan tangannya yang mulai berdarah. Rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya melihat bayangan Deenevan kecil yang disiksa di depan matanya. Namun, dinding es itu tetap kokoh, memantulkan perasaan putus asa yang terus menghantui Amel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menjadi Ibu Dari Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang