26. Sihir Hitam

9K 1.8K 121
                                    

Di tengah jeruji yang gelap dan lembap di penjara bawah tanah kastel, hanya ada satu suara yang mengisi keheningan – suara langkah Dietrich yang berat dan tegas, menggema di sepanjang lorong yang seakan berlumur dendam dan amarah. Sang Grand Duke melangkah tanpa ekspresi, meskipun di dalam dirinya kemarahan bergejolak bak badai yang tertahan. Keluarganya, hal yang paling berharga baginya, telah disakiti – dan baginya, tidak ada dosa yang lebih besar dari itu.

Hanya butuh waktu tiga puluh menit bagi Dietrich untuk menemukan pelayan penghianat yang menghilang. Bukan hal yang sulit baginya, seorang Grand Duke yang dikenal sebagai pedang kekaisaran, sosok yang membawa bayangan gelap di setiap jejaknya.

Tuan Tera, yang menyaksikan semua dari kejauhan, masih merasa bahwa Dietrich yang sekarang berdiri di depan penjahat itu adalah pria yang sama yang dikenalnya – dingin, tak tergoyahkan, namun kali ini, ada sesuatu yang jauh lebih mengerikan dalam sorot matanya.

Dietrich berdiri di hadapan pelayan itu, menatapnya datar. Ujung pedang tajam di tangannya bergerak ringan, nyaris tidak terlihat, namun cukup untuk menebar ancaman yang mengintimidasi. Udara di dalam sel berubah dingin, seolah terinfeksi oleh aura gelap sang Grand Duke. Dengan suara rendah namun menggema, Dietrich berbicara.

"Jadi katakan," ujarnya dengan nada rendah yang penuh ketenangan mengerikan, "apa alasan yang bisa membuatmu bertahan hidup?"

Pertanyaan itu menggantung di udara, penuh dengan ancaman tersirat. Tatapan biru dingin Dietrich menusuk, mengikuti setiap gerak tubuh pelayan yang kini terdiam, bahkan napasnya nyaris tak terdengar. Pelayan itu menggigit bibirnya, wajahnya bergetar antara ketakutan dan kegilaan. Namun, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

"Hm…" Dietrich menghela napas, bibirnya membentuk senyum tipis, sebuah senyuman yang bagi siapa pun berarti mimpi buruk. "Rupanya kamu masih tidak mau bersuara?"

Dalam satu gerakan cepat, Dietrich mengangkat pedangnya, mengarahkan ujungnya tepat ke dagu pelayan itu. Pelayan itu tersentak, namun alih-alih ketakutan, senyum aneh malah menghiasi wajahnya, tawa menggila yang tiba-tiba meledak dari bibirnya. Seolah telah kehilangan akal sehatnya, ia menatap Dietrich dengan pandangan liar.

"Ha… haha… HAH! Keturunan Naga yang hina! Aku tidak akan pernah membiarkanmu bahagia!"

Tawa pelayan itu menggema di dinding batu, seperti teror yang terlontar dari mulutnya. Dietrich, tanpa terguncang, hanya menatap balik dengan pandangan dingin. Namun, sebelum pedang itu menembus daging pelayan tersebut, tiba-tiba tubuh pelayan itu bergetar hebat. Ia terhuyung ke depan, mencengkeram dadanya sendiri, matanya membelalak dalam ketakutan yang tidak bisa ia jelaskan.

Tanpa peringatan, darah keluar dari mulutnya. Satu tarikan napas lagi, dan tubuhnya ambruk ke tanah dengan suara yang terdengar begitu hampa. Pelayan itu terbaring tak bernyawa di hadapan Dietrich, tangannya masih terkatup di dadanya, seolah-olah ia mencoba menyembunyikan rahasia yang terlarang bahkan di saat kematian.

Dietrich menyarungkan kembali pedangnya, tidak sedikit pun terkejut dengan kematian mendadak itu. Mungkin takdir sudah mengirimkan pelayan itu langsung ke dalam hukuman tanpa harus mengotori tangannya sendiri. Tuan Tera yang berada di luar sel hanya bisa menyaksikan dalam diam, merasakan dinginnya aura Grand Duke yang menyelimuti tempat itu, meninggalkan pertanyaan yang tak terjawab di dalam hati.

Dietrich berbalik, meninggalkan mayat yang kini menjadi saksi bisu dari kemarahannya. Dalam langkahnya yang tenang dan terukur, tersirat sebuah janji yang bahkan lebih mengerikan dari kematian itu

"Yang mulia Grand Duke, bagaimana anda akan menangani situasi setelah ini?" Tanya Komandan Felix setelah mencoba membongkar setiap sudut kastil Vastara dan menemukan ada artefak yang mengandung sihir hitam dan seolah sengaja di letakkan di bawah pot bunga depan kamar Grand Duke.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menjadi Ibu Dari Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang