18. Perasuk

31.3K 2.7K 56
                                    


Suasana malam itu sangat ramai dan terlihat mewah. Meskipun Amel belum masuk langsung ke aula megah Istana, namun setidaknya dia sudah mendengar desas-desus rumor yang diberitahukan oleh Jena tadi.

Karena titel dari perayaan pesta pora kali ini adalah perayaan kemenangan. Maka baginda Kaisar Galeo menjamu para pejuang dan pejabat tinggi dengan sesuatu yang mewah.

Jena bilang, kalau ada air mancur berisi lelehan coklat Le Founer yang harga per-batangnya saja sanggup menggaji sepuluh pelayan selama sebulan. Bukan hanya itu, tak tanggung-tanggung Kaisar Galeo juga memberikan sebuah bingkisan berupa patung kecil bergambar lambang kekaisaran yang berlapiskan emas murni.

Sebenarnya Amel tidak terlalu heran dengan semua yang dipersiapkan. Dia hanya tidak terbiasa mengetahui kalau sesuatu yang mahal dan susah dijangkau di kehidupannya dulu, adalah hal yang mudah didapatkan di kehidupannya yang sekarang.

Jena menyanggul rambut Amel dengan hati-hati. Dia memastikan kalau sang majikan tidak terlihat kalah saing dengan yang lainnya.

Beruntung Baby Dee masih anteng di atas ranjang dengan bola mainan yang dibawa oleh Amel. Takutnya bayi kecil itu tidak bisa menunggu lama, sehingga Amel terpaksa membawanya.

"Sudah siap!" Jena terlihat begitu semangat dari pada biasanya, entah apa yang gadis ini pikirkan.

"Bagaimana penampilan Nyonya, Tuan besar?"

Seketika mata Amel melotot tidak percaya. Dia memberikan tatapan tajam ke arah Jena, "Candaanmu keterlaluan Jena, sepertinya aku terlalu ramah padamu akhir-akhir ini?"

"Oh, saya tidak bercanda Nyonya. Tuan Besar sudah menunggu anda daritadi, dan sekarang Tuan besar sedang menggendong tuan muda," balas Jena dengan tatapan polosnya.

Apa ini?

Kenapa Amel tidak menyadari kalau Grand Duke sudah ada di belakangnya daritadi. Namun Amel tidak mendengar sepatah katapun keluar dari bibirnya, selain celotehan Baby Dee.

"Yah, Bwu get." (Ayah, Ibu Kaget).

Amel berdecak tatkala sang putra mengocehkan sesuatu tentang dirinya. Kemudian ketika Amel berbalik, dia bisa melihat dengan jelas seorang Grand Duke Utara sedang berdiri mengenakan seragam khas panglima perang lengkap dengan lencananya, namun hal yang unik dari penampilan Dietrich, adalah sekitar bajunya basah karena liur Baby Dee.

"Jena, ambil alih gendongan Baby Dee. Bayi nakal itu sudah mengotori baju Ayahnya," titah Amel sambil menatap Baby Dee garang, namun bayi kecil itu seolah menyadari kalau Amel tidak benar-benar memarahinya.

"Ayo tuan muda, saatnya anda bersiap!" Ujar Jena semangat, kemudian membawa Baby Dee ke ruangan sebelah bersama beberapa pelayan lainnya.

Mata yang tampak tegas itu tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Amel, sehingga Amel jadi salah tingkah sendiri dan ikut berdiri berhadapan dengan Grand Duke.

"Aku selalu penasaran, kenapa kamu tiba-tiba berubah Amelia," ucap Grand Duke seraya tersenyum tipis dan merapikan anak rambut yang menari-nari kecil di dekat daun telinga sang istri.

"Dan Aku selalu mengharapkan hal ini terjadi suatu saat nanti."

Amel tertawa canggung, "Haha, anda benar. Suatu saat manusia pasti berubah, apalagi jika dihadapkan dengan takdir kematian."

"Aku rasa tidak tepat membahas hal seperti kematian, disaat kita akan merayakan sebuah kemenangan atas kembalinya nyawa-nyawa berharga yang tidak gugur di Medan perang," ungkap Dietrich, kali ini dia menarik pinggang Amel agar lebih dekat dengannya.

Deg

Deg

Deg

Suara debaran jantung yang entah milik siapa, membuat Amel salah tingkah lagi. Dia takut kalau suara detak jantung itu berasal dari dirinya. Sebagai orang yang masih menjaga jarak dengan Dietrich, dia akui bahwa dirinya tidak bisa lepas begitu saja dari jerat pesona seorang Grand Duke wilayah Utara.

Menjadi Ibu Dari Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang