Episode 12

314 26 3
                                    

"Nick, Nickolas"

"Nickolas!"

"Nick, Nickooo!!"

Mereka gelisah selama masa pencarian. Yang mana saat Nickolas tergelincir tak lama kemudian hari sudah petang, tentunya sangat sulit menemukan dengan penerangan dari senter maupun telephone genggam.

 Yang mana saat Nickolas tergelincir tak lama kemudian hari sudah petang, tentunya sangat sulit menemukan dengan penerangan dari senter maupun telephone genggam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah mereka cari kesana dan kemari didasar gunung masih tak kunjung mendapati keberadaan Nickolas. Mereka juga tidak bisa memastikan ke arah mana Nickolas tergelincir tadi.

"Duh, gimana ini, Nickolas hilang begini" gelisah Renz lalu tengok Samuel nungging memegang betis yang terasa linu.

"Lo gak papa Sam?"

"Gapapa, ayo kita lanjut jalan" Kata Samuel.

"Yon, lo gendong pacar lo gih, sebaiknya kita balik ke penginapan dulu"

"Tapi Renz, gimana dengan Nicko? Kita belum menemukan dia"

"Gua tau Yon. Kita balik ke penginapan dulu lalu minta tolong warga desa. Gua khawatir kalo berlama-lama di hutan begini, dan gelap begini keberadaan kita diintai ama binatang buas"

"Iihhh ngeri, betul juga yang lo bilang Renz. Yaudah ayuk"
__

Lebih dari satu jam lamanya berada di hutan, akhirnya mereka sampai di penginapan, segera memberitahukan warga desa disekitar penginapan tentang salahsatu temannya yang hilang.

"Jadi… adik-adik bertiga ini habis pergi ke gunung itu?" Ucapan warga dengan tampang penuh misteri membuat ketiga teman Nickolas itu bertanya-tanya didalam hati.

"Betul pak, memangnya ada apa ya pak?" - Renz

"Dibawah gunung itu masih banyak binatang liarnya dik, bahkan harimau sumatra saja masih hidup bebas di hutan sana, saat siang hari saya sendiri pun tak berani kesana, apakah adik-adik tadi melihat ada rumah tua didalam hutan?"

Mereka bertiga mengangguk "benar pak, tadi saat hujan lebat kami sempat berteduh di rumah tua itu"

"Beberapa meter dari rumah itu apakah adik-adik tidak membaca plang peringatan?"

"Plang peringatan… ?" Mereka saling menggelangkan kepala, benar-benar tak melihat plang yang dimaksud lantaran mereka melintasi arah yang berbeda.

"Astaga… Adik-adik ini sebenarnya berasal dari mana?"

"Kami dari Jakarta pak, tolong bantu cari teman kami pak, sebisa mungkin teman kami ditemukan" Pinta Renz

"Waduuuh maaf dik, bukan maksud kami tidak mau bantu, kami semua masih percayai kepercayaan masyarakat yang berlaku disini, apabila melewati palang pembatas itu lebih dari 2 KM menuju puncak, besar kemungkinan tak bisa kembali lagi. Apakah adik tidak tau mengenai Gunung sukma kembar?"

"Gunung sukma kembar???" Renz kaget selaku yang membawa tiga temannya ke gunung ini.

"Ya gunung itu adalah gunung sukma kembar, Mayoritas para warga disini apabila mau masuk ke hutan sana harus ada ritual tertentu agar tidak terkecoh oleh sukma kembar dari rekan rombongan kita atau sukma kita sendiri. Dan sangat pantangan dimasuki oleh orang yang memiliki saudara kembar"

Renz, Dion dan Samuel tidak mengerti yang orang itu maksud.

"Mungkin teman adik yang hilang memiliki saudara kembar ataupun memiliki saudara kembar yang meninggal sejak lahir. Melihat adik-adik bertiga masih bisa keluar dari sana dengan selamat, itu pertanda Tuhan masih memberkati kalian" Jelas para warga.

"SAYA TIDAK PEDULI YANG BAPAK KAKATAN. SAYA HANYA INGIN TEMAN SAYA DITEMUKAN! HARUSKAH SAYA MEMBIARKAN DIA JADI SANTAPAN BINATANG BUAS DI HUTAN SANA!!! DIMANA JIWA GOTONG-ROYONG ANDA SEBAGAI WARGA PRIBUMI, PAK!" Marah Renz!

Samuel dan Dion langsung menenangkan, "Renz cukup Renz tenang Renz tahan emosi. Kita cuma pendatang"

"Saya mengerti dik, tapi… maaf, kami benar-benar tidak bisa bantu, Saya sarankan lebih baik adik-adik pulanglah ke kota asal kalian dan sekali lagi saya peringatkan jangan mendaki lagi di gunung sukma kembar ini "

"Gimana nih Renz?" bisik Dion dan Samuel.

"Gua gak percaya sama mitos, mitos cuma ada di dongeng"

Walau tak percaya mitos, Renz masih percaya tentang binatang buas yang masih hidup di hutan itu. Lalu dia berpikir daripada mempertaruhkan nyawa kedua temannya untuk mencari keberadaan Nickolas yang tak tahu masih hidup atau tidak, dia mengajak Samuel dan Dion untuk kembali pulang ke Jakarta terlebih dahulu.

"Maafin kami kawan, dimanapun lo saat ini, semoga lo masih selamat. Gua janji besok gua akan bawa Tim SAR dan pasukan gua buat mendobrak tempat misterius ini buat nyari elo sampek ketemu!" Tekat Renz didalam hati.

___

Sesampainya di Jakarta sudah menjelang pagi. Mereka bertiga kumpul di kondominium Renz.

"Renz" Panggil Dion yang sedang rebahan berdua dengan Samuel melihat Renz sibuk melangkah mondar-mandir, bolak-balik seperti setrikaan.

"Tidur lah Renz lo pasti capek, kita semua habis jalan kaki sejauh itu" sambung Samuel.

"Renz, gak cuma lo doang yang kepikiran Nickolas, kita juga sama kok Renz" - Dion.

"Gua nyesel kawan, semua gara-gara gua yang merekomendasikan tempat itu" - Renz dengan wajah sedihnya.

Dion turun dari kasur mendekat Renz "Bro, kita berempat pergi berpetualang gak cuma kali ini doang. Bedanya hari ini mungkin hari sial-nya Nickolas. Tapi gua yakin dia selamat dan gakpapa. Apakah lo percaya kata orang-orang desa tadi?"

"Tentang Mitos?" - Renz

"Hu um"

"Gua gak percaya sama Mitos, soal binatang liar yang masih hidup disana gua percaya. Dan gua khawatir banget kalo Nickolas habis terguling dia lalu diterkam binatang buas."

"Gak, gak, gak akan." - Dion

"Gua harap juga begitu Yon"- Renz sambil memegang benda-benda milik Nickolas yang dibawa ke gunung.

"Sekarang baiknya lo istirahat dulu, biar besok pagi kita bareng-bareng ke rumah Nickolas, mulangin rangsel ini, sekalian ngomong jujur ke orangtuanya biar cepat di urus ke tim SAR"

NickolasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang