"Lepaskan tanganmu sekarang atau aku akan memukulmu!" Tegas Nathan
"Go ahead, hit me."
"Hmm baiklah..." Nathan menyeringai, mengepal tangan, kepala diangguk-anggukkan, dan...
Bugh!
Dia meninju perut Nickolas.
"Hiyaaaawhhh..." Nickolas meraung, jongkok, memegangi perut tapi tetap memegang pergelangan tangan Nathan.
Nathan tersenyum sedikit, dalam hatinya ada (hewhewh😎)
"Aduuhh... sakit sekali... uuhh, pukul lagi dong~" Nickolas berdiri dengan pikiran yang juga ada (hewhewh😎)
"Oh.. baiklah!" Nathan yang tadinya mengejek malah dibalas ledekan, dia langsung memukul lagi.Bugh!
"Aduh,"
Bugh!
"Lagi!"
Bugh! Bugh!
"Aduh, lagi lagi lagi!"
Bugh! Bugh! Bugh!
"Teruskan!"
Bugh!
"Yeah, Lagi yang kuat!"
Bugh! Bugh!
"Lebih kuat lagi!"
Bugh! Bugh! Bugh!"Hufff... hufff... hufff..." Nathan berhenti sejenak, meniup-niup kepalan tangan.
Tanpa mereka sadari, banyak orang yang melintas terperangah melihat tingkah lucu mereka. Orang-orang mengira kedua cowok kembar itu sedang berolahraga. Bagaimana tidak? Nickolas saja mukanya sekarang masih acakkadul dan masih mengenakan pakaian tidur.
"Come on men... Hit me!!" pinta Nickolas dengan antusias. Dia merasa senang memiliki saudara laki-laki yang sesuai dengan fantasi yang selama ini dia ingini.
Nathan kemudian menyadari bahwa pukulan-pukulannya tidak menyakiti Nickolas dan dia sadar akan adegan yang mereka peragakan terlihat seperti sedang latihan tinju.Dalam benak Nathan lalu terbersit pikiran nakal (hewhewh😎) dia mengayunkan kakinya, berencana menendang bagian yang sensitif.
"Eits, gaboleh... gaboleh... itu pelanggaran tau. Kamu bisa dijerat dengan pasal pelanggaran Undang-Undang Perlindungan Kantal" Nickolas dengan cepat menghindari tendangan tersebut.
"Kantal?"
"Ganti 'A' dengan 'O' "
"Aish! Kenapa kau menjengkelkan sekali, Nick!!"
"Hehehe menjengkelkan yang begimana?"
"Lepaskan tanganku sekarang!""Aku daritadi kan cuma ngajak kamu pulang tapi kamu-nya gak mau malah ngotot banget pengen pergi. It's okay... kalo kamu benar-benar pengen pergi ya ayok aku temani kamu pergi. Tapi kamu-nya malah pengennya mukul dan setelah aku bolehin mukul..."
"Hentikan omong kosongmu, Nick! Orang terlalu banyak bicara sepertimu tidak akan pernah bisa memahami perasaan orang lain. Sekarang lepaskan tanganku! Kau pulanglah ke rumah ayahmu!" Nathan balik ke setelan awal, berbicara memakai bahasa baku, dia menganggap Nickolas tidak bisa diajak berbicara dengan serius."Ya, mungkin yang kamu katakan benar Nath, aku kurang bisa memahami bagaimana perasaan orang lain. Tapi Kamu bukan orang lain Nath, kamu adalah saudaraku. Aku tahu apa yang kamu rasakan lain dari penilaianmu tentangku" kali ini Nickolas menjawab dengan nada serius, terlihat dari sorot matanya yang bisa langsung dipahami oleh Nathan lantaran wajah mereka sama.
"Apa yang kau tahu tentangku, hm? KAU TIDAK AKAN PERNAH TAHU, NICK!" Karena sedih, bingung, dan bimbang, suara Nathan meninggi dan air mata sedikit mengalir di pipi.
"Nathan, lihat mataku dan dengarkan aku. Apakah kamu percaya pada takdir?""Aku tidak tahu apa yang harus aku percaya sekarang"
"Apakah kamu ingat bagaimana proses kamu bisa sampai ke sini dan berperan menjadi diriku? Apakah kamu tidak ingin tahu di mana aku berada saat kamu sedang berperan menjadi diriku?"
"Maksud perkataanmu..." Nathan mendengarkan dengan saksama, menatap mata Nickolas dengan penuh intensitas.
"Mungkin semua ini yang dikatakan dengan 'takdir itu nyata' Nath. Aku selama ini tidak tahu dan tidak pernah diberitahu oleh papa kalo aku memiliki seorang saudara kembar. Aku selalu berpikir mungkin selamanya aku tidak akan pernah memiliki saudara kandung karena papa tidak pernah mendengarkan permintaanku untuk menikah lagi. Aku selalu pergi pagi dan malam mencari kawan untuk kujadikan saudara hingga akhirnya aku berhasil mendapatkan banyak kawan. Takdir ini terjadi mulai dari saat aku diajak oleh beberapa kawanku untuk mendaki Gunung Sukma Kembar"

KAMU SEDANG MEMBACA
Nickolas
RandomHidup dalam kecukupan dari segi finansial tak membuat Nickolas terlepas dari kata sial. Nickolas merasa hidupnya sangat sial karena tidak bisa seperti orang lain memiliki anggota keluarga lengkap seperti mama dan saudara. Memiliki paras yang tampan...