Tidak lama berhura-hura sendiri sampai pucuk bantal basah digigiti, Nickolas melihat gerakan di pintu menandakan Nathan sedang kembali. Dengan cepat ia berbaring dan berpura memejamkan mata lagi.
"Sudah tidur?" tanya Nathan.
Nickolas membuka mata dan berpura-pura lemas. "Belum, duh... kepala aku sakit banget"
Nathan menyodorkan beberapa butir obat dan satu gelas air minum.
"Terima kasih," Nickolas menerima obatnya. Setelah minum obat dia berbaring lagi, sementara Nathan masih terdiam dalam lamunan.
"Mau melek terus sampek pagi?" Ucap Nickolas dengan mata terpejam.
"N-Nick, uh..." Nathan ingin mengajukan banyak pertanyaan tentang kemiripan wajah mereka dan semua kejadian yang telah terjadi.
"Tidurlah sini sampingku, kasur masih muat kok," kata Nickolas, tanpa merespons keinginan Nathan, dia menepuk-nepuk bantal di sampingnya.
"Hufff..." Nathan menghela napas, merasa sulit sekali berbicara serius dengan Nickolas. Tetapi dia mengerti Nickolas merasakan nyeri, akhirnya dia memutuskan untuk ikut tidur.
___
Pagi hari sekitar pukul 06:15, meskipun tubuh masih terasa nyeri, Nathan bangun tidur lebih awal karena dia memang memiliki disiplin yang tinggi, perbedaan yang sangat kontras dengan Nickolas.
Sebelum duduk, dengan mata masih setengah tertutup Nathan terkejut oleh sesuatu yang tiba-tiba menindihi perutnya.
Blegh!
"Aduh, Tra, pindahkan kakimu!" Nathan masih berpikir sedang tidur di asrama sekolah bersama sahabatnya, Zatra. Setelah kakinya didorong, sekarang tangan Nickolas melingkar erat di perut Nathan dari samping.
"Tra, geser hei!" Nathan menggoyangkan tubuhnya sendiri. Namun, Nickolas semakin mempertahankan pelukannya.
"Aku sudah bilang pindah, Tra!"
Napas Nickolas yang menghembus di sebelah telinga membuat Nathan membuka mata. Dan ketika terjaga, dia terkejut melihat wajah yang 'sama' seperti dirinya sendiri.
"Astaga!" Nathan langsung bangun, duduk.
"Ya ampun... apa yang sedang kupikirkan tadi?" mengusap-usap dada, wajah Nickolas dikira hantu yang menyerupai dirinya sendiri.
Setelah menyadari kalau sedang tidur di kamar Nickolas dia pun senyum-senyum sendiri, kemudian beranjak turun kasur, dilanjutkannya masuk ke dalam kamar mandi.
___
# Di Lantai bawah
Ting... tong...
Suara bel rumah berbunyi menandakan kedatangan tamu. Bu Lia membukanya dan ternyata yang memencet bel rumah adalah Kendrick, majikan mereka.
"Nickolas sudah bangun dan minum obat atau belum Bu?" tanya Kendrick, kemudian masuk dan duduk di sofa dekat pintu, melepaskan sepatu.
Bu Lia terdiam saat ditanyai, imajinasinya melayang mengingat ada dua Nickolas yang pulang semalam.
"Bu, ditanya kok malah diam?" tanya Kendrick lagi.
"Ehya Tuan. Maafkan saya Tuan. Kak Nicko ada di kamarnya, belum bangun Tuan" jawab Bu Lia dengan canggung, kepalanya menunduk merasa sungkan terhadap majikannya sehingga tidak berani memberitahukan bahwa semalam Nickolas ada dua.
"Kenapa Ibu tidak membangunkannya? Kan' Saya sudah bilang kemarin, bangunkan dia agar tidak terlewat minum obatnya. Gimana sih Ibu ini!" Kendrick melirik, tatapannya yang tajam sangat mengerikan bagi bu Lia.
"Baik Tuan akan saya bangunkan sekarang" kata Bu Lia beranjak langsung menuju tangga.
"Tunggu, biar saya saja yang membangunkannya. Ibu siapkan saja makanan kesukaannya. Sambil itu, siapkan juga sarapan untuk saya. Sekitar jam sepuluh nanti saya harus pergi lagi," perintah Kendrick.
Setelah sampai di depan pintu kamar Nickolas, Kendrick diam sejenak, teringat bahwa Nickolas sangat mempermasalahkan jika ada orang lain masuk ke kamarnya, termasuk dirinya sendiri. Namun, Kendrick berpikir lagi saat ini Nickolas mengalami amnesia, jadi kemungkinan besar Nickolas tidak akan marah-marah seperti biasanya.
Meraih gagang pintu ternyata tidak dikunci. Setelah masuk, dia tersenyum melihat Nickolas sedang tidur dengan nyenyak. Dia duduk di sebelahnya, memperhatikan wajah anaknya dalam waktu yang lebih lama. Selama 17 tahun berlalu, dia memang jarang melihat anaknya sendiri seperti itu.
"Maafkan papa ya, Nick. Selama ini papa tidak bermaksud mengabaikanmu" gumamnya dalam hati sambil mengusap lembut kening Nickolas.
Tiba-tiba...
Plak!
Nickolas menepis tangannya dari kening dan membuka mata.
"Papa ngapain di kamarku! Keluar!" Nickolas memberikan respons yang galak seperti biasanya, karena dia memang Nickolas asli yang tidak pernah mengalami amnesia.
"Gimana kondisimu saat ini, Nick? Ayo bangun, sarapan dan minum obat supaya kondisimu cepat pulih," kata Kendrick sambil mengulurkan tangannya ke arah kening Nickolas lagi. Namun, Nickolas kembali menepisnya.
"Apa sih! pegang-pegang segala! Keluar sana!" Nickolas mengusap rambut yang masih berantakan sambil mengucek-ucek mata. Dia baru bangun dan masih merasa mengantuk, hingga lupa bahwa seharusnya Nathan ada di kamarnya.
Lalu ...
Glumprangg!
Terdengar suara dari dalam kamar mandi seperti suara benda berbahan dasar kaca jatuh ke lantai. Dan jelas itu suara dari keberadaan Nathan.
"Loh, itu... Siapa yang ada di kamar mandimu, Nick?" tanya Kendrick, dia terkejut dan heran. Siapa yang diijinkan masuk ke dalam kamar Nickolas? Sedangkan dirinya sendiri sebagai ayah kandungnya saja diusir-usir?
Nickolas tetap diam, nyawa-nya belum kumpul sambil masih mengucek-ucek matanya. Sementara itu, Kendrick langsung mendatangi kamar mandi tersebut.
Saat Kendrick berdiri di depan pintu kamar mandi, kebetulan Nathan membuka pintunya.
Mata Kendrick spontan terbelalak, detak jantungnya berpacu kencang melihat Nathan, terutama karena kondisi Nathan sekarang hanya mengenakan celana jeans panjang tanpa baju, sehingga tanda lahir berupa tahi lalat besar di tengah dada Nathan terlihat jelas di mata Kendrick. Ini membuat Kendrick langsung teringat salahsatu anak kembarnya hilang saat lahir bernama Nathan Meshach Ferdinand.
"N-Nathan?" Kendrick memandangi wajah Nathan silih berganti dengan memandang Nickolas yang masih duduk di atas kasur sana.
Nyawa Nickolas sudah kumpul, dia langsung melompat dari atas kasur mendekati mereka berdua.
"Pa, Papa tahu siapa dia? Siapa dia, Pa? Apakah dia saudara ku? Apakah dia kembaranku? Apakah aku punya saudara kembar, Pa?" Nickolas bertanya tanpa henti, tersirat kebahagiaan dan emosi campur aduk dalam suaranya, menunggu jawaban Kendrick terasa sangat lama.
Kendrick diam karenanya membutuhkan waktu sejenak untuk mengumpulkan pikiran, selama 17 tahun berjalan dia mengira Nathan sudah tiada di dunia.
"Pa! Jawab dong!" - Nickolas.
"Iy-iya Nick, dia... dia saudara kembarmu, Nathan Meshach Ferdinand" jawab Kendrick.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nickolas
De TodoHidup dalam kecukupan dari segi finansial tak membuat Nickolas terlepas dari kata sial. Nickolas merasa hidupnya sangat sial karena tidak bisa seperti orang lain memiliki anggota keluarga lengkap seperti mama dan saudara. Memiliki paras yang tampan...