[20] Fact 2

2.1K 226 21
                                    

Flashback. (part 6, Plan)

Hari dimana Jimin datang berkunjung adalah hari Jungkook mengetahui semuanya.

Lelaki bermarga Park itu menyapa Jungkook dan Mingyu yang berada tak jauh dari ruangan Taehyung.

"Hai Jungkook. Hai Mingyu" Senyuman manis khas Park Jimin tak luput menyertai sapaannya.

"Presdir Park, anda ingin bertemu Presdir Kim?" Jungkook bertanya setelah membalas sapaan lelaki yang menyandang status sebagai sepupu dari sang atasan.

"Iya. Taehyung ada di dalam?"

"Iya presdir. Mari saya antar"

Jungkook bergegas keluar dari balik meja. Mempersilahkan Jimin untuk mengikuti. Saat Jungkook hendak mengetuk pintu, Jimin menahannya.

"Biar aku sendiri yang masuk. Kau bisa kembali. Oh ya— aku minta tolong buatkan kopi ya"

Jungkook mengangguk patuh. Kemudian berlalu menuju pantry untuk membuat secangkir kopi panas permintaan dari sepupu Taehyung.

Tanpa mengetuknya, Jimin lekas membuka pintu. Tepat ketika ia masuk, tatapan Taehyung langsung tertuju padanya. Mata tajam itu menyorot dengan tak mengenakan.

"Whatsup bro!" Sapa Jimin sembari mengayunkan tangan ringan. Namun tak ada balasan dari sang lawan bicara.

Usai berbasa-basi yang sebenarnya sangat basi bagi Taehyung. Akhirnya obrolan mereka mengarah pada hal yang lebih penting. Topik utama yang menjadi alasan kedatangan Jimin kemari.

Taehyung menatap sepupunya yang tengah mengambil toples camilan. "Bagaimana menurut mu?" Tanyanya.

Jimin mengangkat satu alisnya. Netra itu menatap Taehyung yang kini terlihat serius. Meski raut mengesalkan milik lelaki bermarga Kim itu masih tetap ada. "Apa?"

"Membawa Jungkook ke rencana bulan madu"

Seketika Jimin tersedak. Buru-buru ia mengambil botol mineral yang tersedia di meja Taehyung. Matanya melebar. "Kau gila? Ayah mu pasti akan membunuh mu" Lalu menggeleng. "Tidak hanya ayah mu. Tetapi tangan kanannya juga. Kau tahu Yunhoo seperti apa"

Jimin masih terbatuk-batuk akibat terkejut. Dua orang di ruangan itu tak menyadari bahwa sejak nama Jungkook disebut pintu ruangan Taehyung sedikit terbuka.

Pemuda manis bermarga Jeon itu ada disana. Berdiri sembari menenteng secangkir kopi pesanan Jimin. Niat ingin masuk terhenti kala mendengar namanya menjadi topik obrolan.

Termenung di depan pintu. Ia tahu bahwa tidak sopan menguping pembicaraan orang lain. Tetapi Jungkook tak bisa mengenyahkan rasa penasarannya.

"Ku harap saat kau berhasil membuatnya hamil nanti. Jungkook tidak menjauh atau membenci mu" Suara Jimin kembali menyapa indra pendengaran.

Dahi Jungkook mengernyit bingung. Apa korelasi hamil dan ia akan membenci Taehyung. Apa Taehyung berniat menghamili Yena?

Tanpa sadar Jungkook mengencangkan genggamannya pada gagang pintu. Hatinya menolak. Ia tak suka dengan kesimpulan yang ia buat sendiri.

"Hm. Ku harap juga begitu, Jim"

Jungkook tidak mampu untuk terus mendengar. Jika yang ia pikirkan benar, maka patah hati terpaksa harus ia lalui.

Jungkook hendak menyingkir. Mungkin kopi pesanan Jimin akan ia berikan nanti. Namun telinganya kembali menangkap sesuatu yang cukup membuat ia membeku.

"Jika Jungkook sungguh hamil, jangan lupa tanggung jawab mu, Kim"

"Tenang saja. Kau tahu bagaimana aku mencintainya"

AFFAIR || taekook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang