[38] Hurry

726 139 18
                                    

Dua minggu kemudian.

Taehyung setengah berlari menuruni anakan tangga kala tak mendapati presensi Jungkook di dalam kamar. Ia baru saja pulang dari kantor. Segaja pulang lebih awal karena ingin mengajak Jungkook berbelanja.

Kemarin pemuda cantik itu merengek ingin beli celana longgar lantaran perutnya yang semakin besar. Taehyung tentu menolak saat itu. Pasalnya Jungkook meminta ketika jam menunjukkan pukul sebelas malam. Yang mana toko-toko pasti sudah tutup.

Maka sebagai gantinya, hari ini Taehyung menyelesaikan pekerjaan kantor lebih cepat. Tetapi kini ia malah tak menemukan Jungkook di kamar.

"Eomma, kau lihat Jungkook?"

Seokjin yang sedang menyirami tanaman-tanamannya lantas menoleh. "Tadi pergi bersama ibunya. Katanya mau belanja. Jadi Eomma suruh supir menemani tadi"

Mendengar demikian seketika bahu Taehyung melemas. Sebelumnya ia sudah mengirim pesan teks kepada Jungkook untuk menunggu namun rupanya pemuda itu masih dalam suasana merajuk.

Taehyung menjatuhkan pantatnya di kursi taman. Bersandar seraya mendongakkan kepala. Kemudian menarik napas panjang. Mengundang tatapan heran dari Seokjin.

"Kau kenapa? Tumben pulang awal" Tanya Seokjin yang masih sibuk menyirami tanamannya.

"Eomma" Suara Taehyung tampak lesu. "Jungkook marah pada ku"

"Marah kenapa? Kau melakukan kesalahan apa?" Tuding Seokjin menginterogasi. Ia kemudian menginstruksikan salah satu pelayan untuk melanjutkan kegiatan menyiramnya.

"Dia ingin membeli celana kemarin tapi waktu sudah malam. Aku bilang padanya besok saja karena malam itu pasti toko sudah tutup. Dia marah. Apa orang hamil seperti itu?"

Seokjin lantas tertawa. Ia mengacak surai Taehyung gemas. "Iya. Orang hamil memang seperti itu. Mungkin Jungkook sedang dalam fase manja. Makannya harus dituruti. Takut nanti anak mu ileran"

Taehyung segera menegakkan tubuh. Netranya memandang sang ibu dengan tatapan tak terima atas perkataannya.

"Mana bisa begitu. Hanya karena tidak dituruti, anak ku jadi ileran"

"Ya sudah kalau tidak percaya" Kata Seokjin seraya mengangkat bahu main-main. Berniat menggoda Taehyung.

Sejak sang anak menikah, mereka jarang ada waktu bercanda. Sekedar bertegus sapa saja sulit. Seokjin jadi terpikir barangkali kehadiran Jungkook adalah jawaban atas doa-doa yang Seokjin langitkan.

Ia selalu berdoa, meminta agar Taehyung senantiasa diberikan kebahagiaan. Dan juga, ia berdoa agar keluarganya bisa kembali seperti sedia kala. Dimana tidak ada benteng tinggi yang membuat mereka menjadi renggang.

"Aku serius, Eomma"

Seokjin tak kuasa menahan tawa yang mendesak keluar. "Iya-iya. Eomma bercanda" Jeda. "Oh iya, Tae. Bagaimana pengajuan perceraian mu? Sudah di setujui"

Taehyung mengangguk. "Sudah. Tinggal sidang minggu depan dan semua selesai. Aku akan resmi perceraian dengan Yena"

Seokjin tersenyum hangat. "Eomma bangga pada mu, Taehyung"

"Bangga bagaimana?" Taehyung merebahkan kepalanya pada paha Seokjin. Matanya terpejam menikmati usapan menenangkan dari seorang ibu. "Aku menceraikan istri ku dan menghamili orang lain. Ternyata hal itu bisa membuat Eomma bangga"

Sontak tepukan keras mendarat di kening Taehyung. Menghasilkan ringisan kesakitan yang lebih mirip rengekan. Giliran Seokjin berbicara serius, Taehyung justru bercanda.

AFFAIR || taekook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang