Part 11

8.9K 781 18
                                    

Sejak kalimat yang dilontarkan oleh Tabitha di koridor. Kini semua memandang Tabitha dengan bingung dan ragu.

Dulu mereka semua mengetahui bahwa Tabitha hanyalah gadis cupu, bodoh, dan pendiam, kecuali di beberapa waktu yang sesekali terlihat mencoba mendekati Reihan, Theo, dan Simon, entah untuk apa.

Mereka hanya tahu bahwa Tabitha adalah mantan kekasih Reihan sebelum akhirnya Reihan mengumumkan pertunangannya dengan Ririn.

Mereka semua merasa prihatin dengan Tabitha yang dikhianati namun seberapa keras mereka rasanya ingin mencibir Ririn. Kekuasaan keluarga Sanjaya dan Hartigan, membuat mereka memilih diam dan menutup mata.

Kini ketika melihat sosok Tabitha yang baru. mereka cukup puas dan tak menyangka. Meski Tabitha menggunakan masker yang menutupi setengah wajahnya, namun mereka yakin bahwa Tabitha sudah glow up, bahkan aura kecantikkannya tak mampu tertutupi oleh masker itu sendiri.

Mereka sebagai orang luar, kini hanya menanti drama pembalasan Tabitha namun sepertinya mereka harus kecewa karena Tabitha tidak berniat membalas dendam. Harapan Tabitha hanyalah keluar dari segala hubungan toxic dan mencari kebahagiaannya sendiri.

***

"Nona, anda memiliki misi."

Ucapan 0.2 membuat gerakan menjawab soal Tabitha terhenti sejenak. "Misi apa, Zee?"

"Misi menemui figuran Alexander dan memintanya ke Rumah Sakit, tempat dirawatnya antagonis Alexandria, dirawat.

Hadiah : mendapatkan sertifikat kepemilikkan dari perusahaan yang hampir bangkrut."

Pensil Tabitha tergeser sehingga mencoret area kertas ujian yang lain. Dirinya dibuat kaget karena mendengar misi dan hadiah yang diberikan. "Lo waras, Zee? Ngehadiahin kok perusahaan mau bangkrut? Siapa yang mau, hah? Mending ga jalanin misi sekalian." Omel Tabitha dalam benaknya.

Sembari mengoceh, tangan lentik Tabitha mengambil penghapus untuk menghapus coretan yang tak sengaja menggoresnya.

"Nona, itu adalah kesempatan nona untuk membuktikan diri bahwa nona memang berbakat menjalankan bisnis. Lagipula, semua orang akan curiga, darimana kekayaan nona berasal bila nona tidak bekerja maupun memiliki usaha."

Tabitha, "ya tapi gak pake perusahaan yang hampir bangkrut juga kali. Itu kan beban banget buat gue. Terlebih ada utang apa engga itu? Kalau ada berapa besar? Semua harus dipertimbangin dan dikalkulasiin."

"Karena ini hadiah, seluruh hutang perusahaan tersebut akan di bayar lunas oleh sistem dan nona hanya perlu membangkitkannya kembali seolah baru membangun usaha."

Tak

Pensil Tabitha diletakkan di meja karena memang dirinya telah selesai mengerjakan seluruh soal yang berada di kertas ujian itu. Sang guru pengawas yang mendengar itu, langsung menoleh ke meja Tabitha dan menghampirinya.

"Apa sudah selesai?"

Tabitha mengangguk dan tersenyum di balik maskernya. Dirinya memang beralasan flu dan bahkan ada surat dokter yang Tabitha minta ketika mengurus administrasi kepulangannya, sehingga pihak sekolah pun mengizinkan Tabitha memakai masker. "Sudah, Mr."

Seseorang yang diketahui guru bahasa inggris namun kini menjadi pengawas itu mengangguk. "Masih ada setengah jam sebelum waktunya istirahat. Kamu bisa periksa ulang atau mau keluar setelah mengumpulkan ini, terserah."

Tabitha seketika langsung berdiri. "Saya memilih keluar, Mr. Mr, boleh ambil kertas jawaban saya, saya ingin istirahat lebih dulu untuk belajar materi ujian berikutnya." Tabitha membuat alasan.

New Me : 0.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang