Suasana begitu tegang di ruang tamu kediaman Kiehls ini.
Lebih tepatnya hanya Tabitha yang merasa demikian karena pasalnya, baik keluarga Kiehls maupun Reygan, tampak datar dan dingin seperti biasanya. Tapi Tabitha tak bodoh untuk merasakan bahwa seluruh keluarga Kiehls terlihat memusuhi Reygan kecuali Fella dan Steven.
Keluarga Kiehls terlihat menyorot penuh intimidasi pada Reygan, yang hanya di respon biasa saja karena bagi Reygan, aura sang ayah lebih menegangkan.
"Mau kau bawa kemana putri saya?" Joan akhirnya bersuara ketika sebelumnya Reygan telah memberitahu niatnya datang untuk menjemput Tabitha.
Mendengar pertanyaan kepala keluarga Kiehls, alis Reygan mengernyit bingung. "Putri? Yang ingin saya jemput adalah Tabitha, bukan putri mr. Kiehls." Polos Reygan yang sungguh masih belum mencerna situasi saat ini.
Dirinya saja bingung mengapa tiba-tiba ditatap begitu dingin oleh para lelaki bermarga Kiehls ini.
Steven tak kuasa menahan kekehannya. Akhirnya setelah berhasil mengontrol mimik wajahnya. Steven mencoba menjelaskan terlebih dahulu. "Kak Reygan. Tabitha sudah resmi menjadi bagian dari keluarga Kiehls. Lebih tepatnya adik angkatku. Untuk lebih jelasnya, nanti saja. Yang penting, kakak mengerti dulu situasinya."
Reygan akhirnya mengangguk kecil. Ternyata rencananya kala itu benar terealisasi. Lalu akhirnya tersenyum kecil. "Syukurlah." Ucap Reygan pelan namun ternyata masih mampu di dengar oleh para pemilik telinga Kiehls itu.
"Ekhem. Saya hanya berniat mengajak putri mr. Kiehls ke taman kota untuk berjalan santai." Jawab Reygan.
"Kenapa harus outdoor? Kesehatan Rara itu tidak seperti kamu. Terlalu banyak polusi udara di taman kota. Lagipula tidak bisa disebut taman ketika justru tak banyak pohon dan bunga. Hanya berisi stand makanan kecil. Siapa juga yang membuat nama itu." Luke mengutarakan ketidak setujuannya.
Reygan, "kalau begitu, saya akan mengajaknya ke mall terdekat."
"Hari ini adalah weekend, mall pasti penuh dengan manusia. Kondisi terlalu ramai juga beresiko. Bagaimana bila tanpa sengaja seseorang menyenggol Rara dan terluka?" Kali ini Asher yang pendiam pun turut bicara.
Tabitha memejamkan matanya karena kesal dan gemas menjadi satu. Apalagi ketika melihat kernyitan di dahi Reygan yang tampaknya mulai bingung. Dirinya sangat tidak berpengalaman dalam berkencan. Jadi, dirinya tak menemukan jawaban harus mengajak Tabitha kemana lagi.
Karena tak tega. Tabitha akhirnya membantu Reygan. "Hm Dad, mom, kak. Kalau memang Rara tidak boleh keluar. Bagaimana kalau Rara mengajak kak Reygan menonton bersama di kamar Rara?"
"Rara." Suara Joan yang dalam membuat Tabitha tanpa sadar meneguk ludahnya kasar. "Kamu itu perempuan. Tidak boleh berduaan di dalam kamar."
Tabitha mengusap hidungnya karena gugup. "Maksud Rara, pintunya tidak ditutup."
"Tetap tidak boleh." Dengus Joan.
Tapi karena mengerti masa muda. Akhirnya Joan memberikan solusi. "Kalian bisa dinner di restaurant bintang lima. Disana selain bisa quality time, tidak terlalu ramai, aman dari polusi, dan pastinya makanannya terpercaya. Tapi daddy mau sebelum jam sembilan malam, Rara sudah berada di rumah. Jika setuju, daddy izinkan pergi, bila tidak. Tidak perlu keluar sekalian." Lalu Joan pergi dengan sikap acuh tak acuhnya.
Memang begitulah sikap Joan. Tsundere. Tidak hanya Joan, hampir semua anggota Kiehls seperti itu. Tampak kejam dan penuntut namun perhatian dan demi kebaikan.
Fella menggelengkan kepalanya kecil lalu bangkit berdiri dan menghampiri Tabitha yang masih ling lung dengan wajah melongo tak elitnya. Dengan lembut, Fella menutup rahang Tabitha sembari terkekeh geli dan mengecup kening sang putri. "Sana pergi karena waktu tetap berjalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0.2
FantasySuara Tabitha terdengar kembali, "lihatlah, saya meninggalkan semuanya disini, saya tidak membawa uang sepersenpun milik kalian, saya hanya meminta pakaian yang melekat pada saya sekarang, nyonya Hartigan dapat mengecek dalaman saya bila khawatir sa...