Tabitha merebahkan tubuhnya di ranjang empuknya setelah mandi tentunya. "Zee? Jadi hari ini gue nambah berapa poin?"
"Anda mendapatkan 4 poin. Pertama, karena anda memberikan tips kepada pelayan yang berada di restaurant. Kedua, karena anda menolak bantuan pelayan untuk mengangkut pembelian nona dan memilih membawanya sendiri. Ketiga adalah memberikan makanan kepada anak-anak jalanan. Dan terakhir adalah menghargai perasaan sepasang paruh baya yang anda sadari keberadaannya.
Penambahan poin dilakukan...
Status ditampilkan ....
~ Tabitha Eira Hartigan ~
Usia : 16 tahun
Status : Pelajar SMA tahun ke 3
Kecantikan : 100%
Daya Tarik : 100%
Kecerdasan : 100%
Kesehatan : 100%
Poin : 3.624
Bakat : Semua tanpa terkecuali
Hadiah :
1.Penthouse Elite di ibu kota
2.Parfum tubuh alami beraromakan powdery musky
Pembelian item :
1.Mobil SUV – Rolls Royce Cullinan."
Tabitha terdiam untuk melihat datanya dan akhirnya mengangguk kecil. "Ternyata ngangkut barang bawaan sendiri termasuk perbuatan baik ya?"
"Benar, karena anda masih memiliki tangan yang sehat dan sedang tidak membawa apapun, untuk apa menyusahkan orang lain? Tidak baik bila sedikit-sedikit bertopang pada orang lain. Itu tidak menjadikan anda kuat dan mandiri, Justru menjadikan anda menjadi manja."
Tabitha tertawa kecil dengan perkataan o.2 yang begitu logis. Tidak salah bagi Tabitha karena Tabitha sendiri penganut yang paling pantang menyusahkan orang lain apalagi dirinya bisa melakukannya sendiri. Berbeda cerita bila memang Tabitha sendiri sedang kelimpungan akan sesuatu dan menyulitkannya untuk melakukannya sendiri, maka dengan permintaan tolong yang sopan, dirinya akan meminta bantuan.
Tabitha dulu adalah anak dari keluarga sederhana. Tidak kurang dan tidak lebih juga. Keluarganya hidup dengan kecukupan. Setidaknya cukup untuk makan sehari-hari meski sederhana. Cukup untuk dirinya bersekolah hingga ke jenjang kuliah, itupun dengan sedikit bantuan dari Tabitha yang kerja sampingan.
Jujur saja, di hidup Tabitha dulu, dirinya jarang sekali memberikan bantuan kepada orang lain dalam hal uang. Karena dirinya sendiri hidup penuh 'kecukupan' yang bagi orang ber uang, tak lain adalah pas-pas an.
Karena kondisi hidupnya, Tabitha terpaksa harus menghemat, yang dinilai orang lain sebagai pelit. Bahkan ketika dirinya menagih akan sesuatu yang sebelumnya Tabitha yang menalanginya terlebih dahulu, Tabitha justru dianggap perhitungan.
Banyak dari mereka yang asal men judge, padahal mereka tidak tahu seberapa sulit Tabitha dalam menjalani hari-harinya. Bahkan sekedar ingin membeli makanan kesukaannya pun, perlu Tabitha hitung ulang uang yang dimilikinya.
Ah benar, perkenalkan terlebih dahulu, Tabitha di dunianya dulu bernama Natalia Wijaya. Usianya telah mencapai usia 20 tahun. Memiliki dua adik yang masih bersekolah dasar dan menengah pertama. Itu sebabnya Natalia atau yang kini beridentitas Tabitha, tidak dapat menuntut apapun pada orangtuanya selain bersyukur bahwa orangtuanya masih dapat memberikannya setengah dari uang kuliah.
Kemana hasil uang kerja sampingannya?
Tabitha kala itu adalah remaja, yang tentunya memerlukan sedikit keinginan maupun kepentingan untuk dirinya sendiri. Contohnya adalah mencicil Handphone dan Laptop untuk urusan kuliahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0.2
FantasiSuara Tabitha terdengar kembali, "lihatlah, saya meninggalkan semuanya disini, saya tidak membawa uang sepersenpun milik kalian, saya hanya meminta pakaian yang melekat pada saya sekarang, nyonya Hartigan dapat mengecek dalaman saya bila khawatir sa...