Part 24

7.9K 730 56
                                    

Tabitha terbangun ketika merasa tidurnya telah cukup. Ketika mencoba melihat sekelilingnya. Alis Tabitha mengernyit karena dirinya tertidur di kamar tamu dan bukan kamarnya sendiri.

Menoleh keluar jendela, langit tampak gelap.

"Zee? Apa ada orang diluar?" Tabitha hanya berwaspada karena ditakutkan ada dua sahabat rasa saudara itu yang memang suka menghabiskan waktu di Apartmentnya.

"Ya, nona. Figuran Reygan tengah memasak makan malam, dibantu oleh figuran Steven. Dan figuran Diaz tengah membersihkan ruang tamu."

Tabitha terkikik geli. Dirinya seperti memiliki butler. Beruntungnya Tabitha karena para butler itu sangatlah tampan.

Dengan perlahan Tabitha mencoba menurunkan kakinya dan hendak pindah ke kamarnya sendiri untuk membersihkan diri.

Cukup Tabitha syukuri. Tubuhnya kini terasa begitu lebih segar. Mungkin karena hadiah misi. Bahkan Tabitha merasa sangat sehat.

"Nona hanya diberikan energi tambahan, bukan berarti nona dapat seenaknya melalaikan kesehatan." Peringat 0.2

Senyum lebar masih terpatri di bibir cantik Tabitha. "Gak papa, yang penting gue masih bisa aktivitas normal."

"Tidak normal juga, nona."

Kali ini senyuman Tabitha berubah menjadi kesinisan. "Gak bisa apa buat orang seneng dikit. Jangan terlalu jujur lah."

"Saya di program untuk berbicara apa adanya, nona."

Karena kesal, Tabitha tak membalas lagi dan memilih membuka pintu kamar tamu, hendak menuju kamarnya sendiri.

Ketika baru membuka pintu, terlihat sosok Diaz yang sedang memasukkan vacuum ke bawah sofa dengan susah payah. Membuat Tabitha tertawa kecil.

Andai semua orang tahu tingkah Diaz yang dikenal 'sok cool' berubah menjadi tukang penyedot debu, Pasti mampu membuat para penggemarnya berteriak histeris.

Tak ingin menunda waktu, Tabitha segera melesat ke kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian.

Sekitar setengah jam Tabitha habiskan. Barulah Tabitha keluar dengan tampilan yang lebih segar.

Melihat tak ada siapapun di ruang tamu, Tabitha langsung melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Dan ternyata ketiganya tengah menyusun beberapa menu makanan di meja. Ketiganya tampak kompak menyajikan itu semua.

"Wah, berasa nyonya besar ni. Tidur nyenyak, pas bangun udah ada hidangan tersusun di meja." Sapaan mengejek Tabitha, mengalihkan fokus ketiga laki-laki bertubuh kekar tak berlebihan itu.

"Udah bangun lo? Yok lah makan, udah itu minum susu." Diaz membukakan kursi untuk Tabitha. Tanpa menolak, Tabitha duduk sembari menatap hidangan yang tersaji dengan tatapan aneh.

Kepintarannya seketika bekerja cepat sembari mencoba mereka ulang kejadian dan perilaku ketiga laki-laki di depannya.

"Kalian udah tau ya gue gak sehat?" Jantung Tabitha berdegup. Entah mengapa kini dirinya menjadi sensitive seketika. Apakah selama ini perlakuan Diaz dan Steven ternyata karena kasihan pada dirinya?

Pergerakan ketiga pemuda itu pun membeku seketika.

Ternyata benar. Tabitha melihat ekpresi ketiganya dan itu sudah sangat menjawab. "Dari kapan?" Tabitha mencoba tenang dan menepiskan perasaan sesak di dadanya. Dirinya benci dikasihani dan paling benci ketika dirinya sudah nyaman dan ternyata pikirannya menjadi buruk karena mengira bahwa perlakuan baik ini semua karena ketidak tegaan.

New Me : 0.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang