~Reygan's POV~
Setelah pertemuan singkat yang Reygan lakukan di koridor area toilet. Kini Reygan tengah berkumpul dengan para anggota BEM yang tengah menentukan siapa yang akan menjadi ketua masing-masing kelompok.
Terdapat seribu calon mahasiswa atau mahasiswi sehingga dibuat pengaturan sepuluh orang dalam satu kelompok, sehingga terbentuk seratus kelompok.
BEM sendiri ada seratus lima puluh anggota yang terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi tingkat dua sampai lima.
Reygan masih berada di tingkat dua namun entah mengapa semua orang sepakat menjadikannya ketua BEM. Mungkin lebih tepatnya karena semua orang segan padanya, yang merupakan pewaris perusahaan raksasa Sanjaya.
Mulanya Reygan sangat malas mengikuti organisasi, tapi demi pengumpulan poin softskill sebagai salah satu syarat kelulusan kemudian hari. Reygan terpaksa bergabung dengan BEM daripada mengikuti banyak kegiatan lainnya untuk mengumpulkan poin.
Kampus Marrine ini menetapkan beberapa keharusan yang dipenuhi oleh para pelajarnya untuk kelulusan. Seperti nilai minimum dan pengumpulan poin softskill salah satunya.
Untuk mendapatkan poin softskill dapat diraih dengan mengikuti beberapa kegiatan seperti mengikuti seminar, menjadi bimbingan pengajar relawan bagi kalangan tidak mampu di kelas dasar, maupun mengikuti organisasi yang tersedia di kampus.
"77." Suara Reygan terdengar secara tiba-tiba, hingga membuat semua orang menoleh padanya dengan tatapan bingung.
Meski Reygan ketua, namun yang lebih sering mengatur biasanya wakil BEM. Kembali lagi, mereka terlalu sungkan untuk meminta Reygan melakukan sesuatu. Jadi, selama ini Reygan hanya diam sebagai pengamat dan sedikit berkomentar bila kiranya keputusan wakil dan anggota lainnya, kurang tepat.
Dan kini, Reygan berucap sesuatu, itu membuat semua orang fokus padanya. Mengira Reygan akan berkomentar atas ketidak setujuannya akan sesuatu.
"Hmm, maksudnya gimana ya?" Carissa, sosok wakil BEM yang menjabat. Seorang mahasiswi tingkat empat. Mencoba mencari jawaban pasti dari Reygan.
Reygan dengan raut wajah yang tak berubah, alias malas dan datar, menjawab. "Saya yang akan menjadi ketua kelompok nomor 77."
Mulanya semua orang dilanda kebingungan karena mengapa seorang Reygan, mau merepotkan dirinya sendiri untuk hal seperti ini. dan ketika melihat ada sosok Reihan di data yang mereka pegang. Mereka langsung berasumsi bahwa Reygan ingin berdekatan dengan adiknya.
Andai Reygan mendengar pikiran mereka. Pastilah Reygan akan merasa mual. Hubungannya dengan Reihan tidak sedekat itu karena memang sejak kecil mereka sudah terpisah.
Reygan baru kembali dari Kanada setahun yang lalu, itupun tak langsung kuliah karena perlu melakukan kursus pelatihan bahasa agar lebih fasih terlebih dahulu. Itu sebabnya mengapa dirinya yang berusia 18 tahun, baru berada di semester dua atau tingkat dua.
Setelah semua sepakat perihal pengaturan ketua kelompok. Mereka kembali ke lapangan kembali dan mata Reygan langsung mencari letak kelompok tujuh puluh tujuh.
Alisnya bertaut tak suka ketika mendapati sosok Tabitha berdiri paling depan dengan sorot matahari yang begitu pekat.
'Shit!' maki Reygan dalam hatinya. Kakinya langsung bergerak menuju kelompok itu dan semakin dekat, semakin Reygan mampu melihat bahwa kepala Tabitha tengah tertunduk.
Tapi bukan itu fokusnya. Mata tajam Reygan melihat tubuh Tabitha sedikit bergetar.
Tiba di hadapan Tabitha, Reygan sedikit bergeser untuk menghalangi sorotan matahari langsung pada Tabitha. Pandangan Reygan hanya melirik singkat yang lain, sebelum fokus kembali menatap Tabitha.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0.2
FantasySuara Tabitha terdengar kembali, "lihatlah, saya meninggalkan semuanya disini, saya tidak membawa uang sepersenpun milik kalian, saya hanya meminta pakaian yang melekat pada saya sekarang, nyonya Hartigan dapat mengecek dalaman saya bila khawatir sa...