Seusai kelas pertama, Tabitha kini tengah membawa bekalnya untuk menghampiri kelas Steven dan Diaz.
Sistem perkuliahan di Marrine International University ini tidak seperti perkuliahan pada umumnya, dimana kelas ditentukan oleh pihak mahasiswi dan mahasiswi. Lalu para dosen yang hanya menunggu di kelasnya, menanti para muridnya datang.
Tapi sistem perkuliahan disini lebih mirip seperti sistem highschool dimana jadwal telah terpaket dan para dosen lah yang memasuki kelas dan kita pun akan terus bersama teman sekelas yang sama hingga masa perkuliahan usai.
Meski sama-sama jurusan bisnis. Namun Tabitha tidaklah sekelas dengan Steven dan Diaz. Mereka terpisah menjadi tiga kelas berbeda.
Tabitha justru sekelas dengan Simon namun Tabitha sama sekali tak menyapanya. Benar-benar menganggap Simon sebagai orang asing.
Sebenarnya banyak yang ingin berkenalan dengan Tabitha, namun Tabitha yang terlanjur pergi lebih dahulu seusai bel istirahat berbunyi pun, membuat teman sekelasnya menunda acara perkenalan lebih lanjut.
Ketika hendak berbelok menuju koridor kelas Steven. Seseorang menubruk bahu Tabitha hingga Tabitha oleng dan terjatuh.
"Awssss." Desis Tabitha ketika kotak makannya yang cukup berat menimpa kepalanya sendiri. Tabitha langsung mendongak untuk melihat pelaku yang membuatnya terjatuh dan saat itu pula dirinya melihat sosok Ririn yang tersenyum menghina namun seketika merubah tatapannya menjadi merasa bersalah.
"Kakak maafin Ririn. Ririn gak sengaja." Dengan ekspresi penuh rasa bersalah. Ririn mengulurkan tangannya.
Tabitha melirik ke sekitar dan ketika melihat banyak mata memandang. Membuat Tabitha yakin bahwa Ririn sengaja memprovokasinya.
Ririn tahu bahwa Tabitha enggan berkomunikasi dengannya, dan bila dirinya menolak 'kebaikkan hati' Ririn yang berusaha meminta maaf dan membantunya berdiri, pastilah image nya akan dipandang buruk.
Sebenarnya Tabitha tidak peduli dengan pandangan orang lain. Hanya saja merasa kesal karena di hari pertama perkuliahan harus diganggu oleh tokoh utama novel ini.
"Nona, anda memiliki misi.
Misi : Menggagalkan rencana protagonis Ririn yang ingin merusak citra nona.
Hadiah : Mendapatkan surat kepemilikan warisan asset keluarga besar Hartigan khusus untuk nona, yang tengah disembunyikan oleh orangtua nona."
Alis Tabitha mengernyit bingung. "Apa maksudnya, Zee?"
"Kakek nenek nona dari pihak ayah pemilik tubuh ini memberikan warisan berupa asset property dan 30% saham perusahaan Hartigan kepada pemilik tubuh. Namun, orangtua pemilik tubuh menyembunyikan kebenaran itu."
Sejujurnya Tabitha masih ingin bertanya namun suara Ririn mengusiknya. "Kenapa kakak gak mau raih tangan aku? Apa kakak jijik sama aku?"
"Ya! Sangat!" Rasanya Tabitha ingin meneriakkan kalimat itu selantang mungkin. Tapi akhirnya memilih berdiri tanpa menerima bantuan Ririn dan itu membuatnya menerima bisikan bahwa dirinya sombong. Dan Tabitha melihat senyum tipis tersungging di bibir Ririn.
Tabitha heran, apa Ririn masih tidak sadar bahwa dirinya sudah berubah dan bukan gadis bodoh yang hanya diam saja ketika di tindas?
Tabitha memang berkata bahwa dirinya enggan berbicara dengan Ririn, tapi bukan berarti Tabitha akan membiarkan kelakuan Ririn.
"Saya sudah pernah peringatkan bahwa anggap saya orang asing. Kita tidak saling mengenal dan jangan panggil saya kakak karena saya bukan kakak anda." Dengan raut datar Tabitha menatap tajam Ririn.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0.2
FantasySuara Tabitha terdengar kembali, "lihatlah, saya meninggalkan semuanya disini, saya tidak membawa uang sepersenpun milik kalian, saya hanya meminta pakaian yang melekat pada saya sekarang, nyonya Hartigan dapat mengecek dalaman saya bila khawatir sa...