Part 23

7.8K 695 36
                                    

"Aku berat gak, kak?" Tabitha mulai menggunakan kosakata yang santai. Terus menggunakan kata saya, seperti berbicara dengan orang asing. Bolehkah Tabitha merasa bahwa Reygan bukan lagi orang asing?

Reygan membenarkan gendongannya sebelum berjalan lagi dengan santai. Keduanya menghiraukan beberapa BEM dan bahkan calon mahasiswa atau mahasiswi sepertinya yang belum pulang.

"Ini sangat ringan." Bibir Tabitha mengerucut kesal. Tanpa segan kini menumpukan dagunya pada bahu kekar Reygan.

"Kak, bisa gak ngomongnya santai aja? Jangan terlalu formal soalnya berasa orang asing. Apa aku masih orang asing ya buat kakak?" Tanya Tabitha dengan suara memelan karena nyaman dan mengantuk.

Reygan terdiam sesaat. "Saya coba."

"aku kak. Aku. Jangan saya. Aku kamu. Atau lebih bagus gue lo bisa gaul." Kekeh Tabitha.

Helaan nafas terdengar. "Sa.. ekhem.. aku masih belum lancar berbahasa Indonesia. Perlahan akan bisa. Tapi untuk kosakata gue lo, itu tidak cocok dengan sa.. aku."

"Hm." Pelukan di leher Reygan mulai mengendur.

"Hei. Jangan tidur. Sebentar lagi kita sampai mobil." Reygan menggerakan sedikit tubuhnya agar Tabitha terusik namun tak berhasil. Akhirnya dengan cepat Reygan melangkah agar Tabitha tidak benar-benar terlelap dan membuatnya kesulitan.

"Berbahaya sekali. Tidur nyenyak ketika bersama lelaki. Entah apa yang akan terjadi bila lelaki itu lelaki mesum." Keluh Reygan tidak habis pikir. Bisa-bisanya Tabitha menurunkan kewaspadaannya.

Ketika tiba di mobilnya. Reygan sedikit kesulitan mengambil kunci mobil yang berada di saku celananya. Hingga harus membungkuk sembilan puluh derajat demi Tabitha tak terjatuh karena telah benar-benar terlelap.

Setelah berhasil. Dengan perlahan membaringkan Tabitha pada kursi penumpang disisi kemudi yang telah di turunkan sandarannya.

Ketika hendak memutar tubuh, mata Reygan membelalak. Dan seketika membuka kembali pintu bagian Tabitha dan menepuk pelan pipi Tabitha. "Hei. Kau tidak pingsan lagi, kan?"

Reygan terus menepuk pelan hingga Tabitha dengan setengah sadar menepis tangan Reygan. Barulah saat itu Reygan mampu merasa lega. Dengan cepat, Reygan kembali menutup pintu mobil dan memutar ke arah kemudi.

Setelah semua dirasa aman, Reygan baru mengemudikan mobilnya.


***

Setibanya di Apartement milik Tabitha. Reygan yang memang telah tahu password pintu Apartment Tabitha, langsung memasukinya dengan mudah. Tentunya dengan Tabitha di gendongannya. Namun kali ini, Reygan menggendongnya dengan bridal style.

Tidak tahu pasti dimana kamar Tabitha. Reygan hanya membuka asal dan ketika menemukan ranjang tidur. Reygan langsung membaringkan tubuh Tabitha dengan lembut.

Sejenak Reygan duduk menatap wajah Tabitha yang pucat dan tirus. Reygan sungguh terusik dengan keadaan Tabitha.

Pikirannya berkecamuk. Apakah Tabitha mampu bertahan?

Tangan Reygan terulur dan mengusap lembut pipi kurus Tabitha. Membayangkan Tabitha yang lemah dan sakit, tinggal sendirian. Membuat perasaan Reygan tak nyaman dan tak tenang. Ingin membawa ke rumahnya, namun disana ada Reihan. Tabitha pasti menolak.

Tak mungkin pula memaksa Tabitha tinggal berdua bersamanya.

Apa yang harus Reygan lakukan agar Tabitha tak sendirian?

Seketika pikiran Reygan mengeluarkan ide yang cukup konyol. Tapi itu tidak salah untuk dicoba dan ditanyakan.

CEKLEK

New Me : 0.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang