Tabitha menatap tubuhnya di cermin yang cukup besar di kamar mandinya. Sekian detik memandang pada satu titik. Akhirnya Tabitha menghela nafas kasar.
Bagian dada dan sekeliling rusuknya memar. Pasti karena insiden tersedak daging kemarin malam. Tubuhnya memang rentan memar sejak operasi itu.
Akhirnya Tabitha menggunakan kimono mandinya dengan rapat dan langsung menuju area walk in closet miliknya.
Memilih pakaian yang dirasa sangat tertutup. beruntung cuaca sedang berangin meski untuk Sebagian orang, cuaca ini tidaklah dingin, melainkan sejuk. Tapi berbeda halnya dengan Tabitha.
Jari kukunya bahkan sudah mulai membiru.
Selesai mengenakan turtle neck sweater berwarna abu-abu, dipadukan dengan celana jeans biru gelap. Tabitha segera meraih sling bag miliknya.
Saat hendak keluar kamar, Tabitha meraih coat biru tua yang digantung dekat area pintu. Memakainya sembari berjalan menuruni tangga menuju ruang makan.
"Morning dad, mom, kakak-kakak tampan." Tabitha mengecup pipi Fella dan memberikan flying kiss pada ayah angkatnya.
Bukannya tak ingin mencium, melainkan Tabitha tetaplah sadar diri bahwa dirinya hanyalah putri angkat. Tetap menjaga batasan sentuhan fisik terhadap lawan jenis Kiehls, rasanya diperlukan. Apalagi keluarga Kiehls mengangkatnya ketika Tabitha dikategorikan sudah dewasa.
Para pria Kiehls tidak tersinggung dan justru bangga dengan pemikiran Tabitha. Mereka jadi tidak perlu khawatir dengan pergaulan Tabitha diluar sana. Karena dirumah sudah dicerminkan secara tidak langsung.
"Sarapan untukmu adalah omelette daging beserta salad sayur dan tidak lupa susu hangat tinggal diminum saja." Fella mengeja sembari tangannya bergerak lincah memberikan menu yang disebutkan ke piring Tabitha.
Tabitha merasa hatinya hangat. Sudah beberapa hari tinggal di keluarga Kiehls dan dirinya merasa benar-benar memiliki keluarga. Jujur, Tabitha menjadi sedikit merindukan keluarga aslinya. Meski kekurangan namun tergolong cukup harmonis. "Terimakasih, mom."
Fella membalasnya dengan senyuman.
Ketika semua memulai makan, tak ada suara yang terdengar lagi selain suara benturan antara sendok garpu dengan piring.
***
"Hari ini di kampus jangan jauh-jauh dari Josh. Jangan pernah paksa diri sendiri kalau kamu sudah merasa lelah. Mengerti?" Dengan lembut Fella memberi petuah sembari menyodorkan sekotak bekal beserta tote bag nya. "Dan ini berisi buah-buahan yang bisa kamu cemil nanti. Untuk makan siang, mommy yakin kamu pasti mau nikmatin kantin kampus, jadi, mommy udah percayain sama Josh."
Dengan senyuman cantiknya, Tabitha mengangguk patuh. "Siap. Kalau gitu, Rara dan Josh pergi dulu. Bye!" Tabitha langsung masuk ke dalam mobil Steven sembari melambaikan tangan. Dan kembali memberikan flying kiss pada kedua orangtua angkatnya.
"Udah duduk yang bener." Tegur Steven yang kini mulai melajukan mobilnya.
Patuh. Tabitha menggunakan seatbelt lalu menyandarkan tubuhnya dengan nyaman. Baru saja ingin memanjangkan kakinya, tapi kaki jenjangnya membentur kotak yang diletakan di bawah dashboard. "Apaan nih?"
Steven melirik sekilas, sebelum kembali fokus menyetir. "Kak Luke yang masukin, Itu P3K khusus buat lo kalau misal tiba-tiba sakit." Berhubung sudah diluar area rumah, mereka kembali menggunakan bahasa santai mereka.
Tabitha mengangguk-angguk mengerti sembari matanya melihat interior mobil yang mewah dengan bau kulit namun juga nyaman disaat yang bersamaan. Saat menoleh ke belakang, matanya membulat menemukan bantal, guling, dan bedcover? "Lo mau camping apa gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0.2
FantasiSuara Tabitha terdengar kembali, "lihatlah, saya meninggalkan semuanya disini, saya tidak membawa uang sepersenpun milik kalian, saya hanya meminta pakaian yang melekat pada saya sekarang, nyonya Hartigan dapat mengecek dalaman saya bila khawatir sa...